ARES, Dewa Perang

196 19 2
                                    

-12/07/2018-

AUTHOR’S POV

Transformer milik Tae membelah jalanan kawasan Bang Rak yang dikemudikan oleh Ming. Mereka memutuskan untuk bepergian dengan menggunakan dua mobil, Tae dan Ming memakai mobil TR Transformer kesayangan Tae sedangkan Godt dan asistennya, Suradet atau Bass menggunakan Toyota C-HR milih Godt. Sedangkan bawahan Godt yang bertugas untuk memastikan bahan material untuk projek itu telah lebih dulu berangkat.

“Boss, kau baik-baik saja?” tanya Ming saat melihat Tae bersikap lumayan berbeda dari biasanya. Memang jika sebelumnya Tae lebih banyak bersikap dingin terhadap interaksi manusia, tetapi hari ini Ming melihat Tae lebih dingin dari biasanya. Semenjak meninggalkan kantor hingga sekarang mendekati situs projek, Tae tidak mengeluarkan sepatah katapun. 

“Baik. Hampir sampai, lebih baik kau memikirkan bagaimana keadaan nanti disana.” ujar Tae dengan acuh. Ia menyadari jika sejak tadi Ming sedang memperhatikannya tetapi tidak ada satupun penjelasan yang akan diberikan olehnya.

Bukan urusannya.

Tae mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, memperhatikan kehidupan manusia di kawasan itu. Bisa dibilang ia sangat tidak menginginkan berada di tempat seperti ini. Bagaimana mungkin orang-orang sangat suka berkunjung ke tempat seperti ini? Sepanjang jalan Tae hanya bisa melihat tempat hiburan seperti tempat spa, karaoke, pub dan bar ataupun tempat lainnya. Walaupun matahari masih bersinar terang tetap saja tempat-tempat itu selalu buka.

‘Apakah tempat ini menjadi tempat pelarian mereka?’ pikir Tae.

Tae kembali terhanyut dengan pikirannya sendiri, tentang bagaimana warna kehidupannya sudah ditentukan berjuta tahun oleh para Dewa-Dewi brengsek yang mungkin saat ini sedang mengejeknya dari atas Nirvana. Bagaimana hukuman itu sangat menyiksanya. Bukan hanya pengasingannya saja. Tetapi karena satu alasan dari semua itu.

Aphrodite.

Kekasihnya Aphrodite yang cantik.

Semua berawal dari sana. Dari pertama dia menjatuhkan pandangannya pada Dewi tercantik itu.

**

D

alam keindahan Olimpus atau yang lebih dikenal oleh manusia sebagai Nirvana, terdapat banyak Dewa dan Dewi yang menjadi penguasa. Ares, anak dari Zeus dan Hera ini juga termasuk dalam 12 Dewa yang terkuat. Menjadi Dewa Perang menjadikannya dewa yang berkuasa atas alat-alat perang, penyerangan, pemberontakan, keberanian dan juga haus akan darah. Kemunculannya pasti akan diiringi oleh suara lengkingan dari Burung Hering atau burung Bangkai dan anjing, itu sudah terkenal sebagai binatang keramat baginya. 

“Tuan, Dewa Zeus menunggu anda di ruang strategi.” Salah satu pengawal setianya Enyalius mendekatinya.

“Mau apa lagi tua bangka itu memanggilku?” tanya Ares masih fokus memberikan perhatiannya pada Khesa, burung Heringnya.

“Maafkan hamba tuan, hamba kurang tau.” Enyalius menundukkan kepalanya,“Tetapi mungkin saja ini berhubungan dengan kejadian tempo hari mengenai anda dan Dewi Athena.” lanjutnya lagi.

“Hah, laporan apa lagi yang si ular itu berikan.” Ares menghentikan gerakan mengelus pada paruh Khesa dan mengamati pengawal setianya itu. “Enyo, kunjungi sebentar saudara tiri lacurku itu dan lakukan apa yang harus kau lakukan.” kata Ares sambil menatap ke arah pengawal setianya yang sejak tadi berdiri di belakangnya. “Dan Enyalius, kau ikut denganku menemui tua bangka itu.”

Enyo dan Enyalius adalah para pengawal Ares yang paling setia. Enyo, Dewi Kekejaman dan Perang yang haus darah, sedangkan Enyalius adalah dewa Perang lainnya dan anak dari Enyo. Selain mereka berdua, Ares juga mempunyai pengawal yaitu adiknya sendiri Eris yang merupakan Dewi Pertengkaran dan Nike, Dewi Kemenangan.

Selama ia turun ke medan perangpun, kehadirannya juga akan disertai oleh Kidoimos Dewa Hiruk-pikuk Peperangan, Makhai Dewa Pertempuran (suami Enyo), Hisminai Dewa Pembantaian, Polemos Dewa Perang dan Alala, anak dari Polemos yang merupakan Dewi Seruan Perang.

Ares bisa dibilang adalah penggerak dari segala masalah yang muncul di muka bumi ini. Ia akan menyuruh Eris untuk memicu peperangan di antara para manusia karena Ares sangat mencintai perang untuk kesenangannya sendiri. Ia menikmati teriakan sengsara dari manusia yang terbantai dan juga menyaksikan kehancuran kota karena perang tersebut. Ia tidak memikirkan apapun untuk nyawa yang ikut terlibat dalam perang itu. Ia hanya melakukannya sesuai kehendak hatinya.

Ares memasuki ruang strategi dan menemukan Zeus sedang duduk di kursinya. Ruang Strategi adalah tempat berkumpulnya para dewa untuk membahas permasalahan yang berada di muka bumi, baik itu kabar baik ataupun buruk seperti peperangan.

Wajah Zeus semakin terlihat tua oleh jenggot putihnya itu yang menghiasi wajahnya. Apalagi dengan ekspresi gelap yang diberikannya saat melihat Ares memasuki ruangan itu.

“Apa yang kau inginkan pak tua?” ucap Ares angkuh.

“Perhatikan cara bicaramu Ares!” potong Zeus. “Ingat posisimu! Dan jangan lupakan kalau aku masih ayahmu!” kata Zeus menahan emosinya pada anak dari hasil perkawinannya dengan kakak perempuannya, Hera, itu.

“Kau mungkin ayahku, tetapi aku juga seorang 12 Dewa Olimpus.” jawab Ares dingin.

Hera hanya diam memperhatikan suami dan anaknya itu berbicara dari ujung ruangan. Ia masih belum mau mengatakan apa-apa, karena itu masalah yang memang harus Ares sendiri selesaikan.

“Katakan padaku, kenapa kau membuat masalah di Danau Tritonis dan membuat Athena mengadu padaku?” tanya Zeus dengan nada pelan tetapi mengancam.

“Hah, apa yang si pelacur kecil itu katakan padamu?” tanya Ares tanpa rasa bersalah. Ia memang sangat membenci saudara tirinya itu, anak kesayangan dari Zeus. Ia memang sudah menduga jika Athena pasti akan melaporkan tindakannya yang menghasut para penyembah di kuil Athena itu untuk membuat keributan dan persembahan manusia karena ia menyakinkan para manusia itu jika mereka bisa menumbalkan manusia maka Athena pasti senang. Dan rencana untuk menjadikan kuil keramat Athena menjadi ternoda membuatnya merasa puas.

“KAU! Apa yang sebenarnya kau lakukan, Ares?! Aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiranmu!” ucap Zeus dengan murka.

Mendengar itu, wajah Ares menghitam menahan amarah. “Kau tidak akan mengerti dan tidak akan pernah!”

“Kau! Kau adalah dewa Olimpus yang paling membenciku! Tetapi sampai detik ini aku tidak pernah tau apa dan bagaimana rasa bencimu itu bisa merasuki seluruh warna kehidupanmu! Perselisihan, perang, dan pembantaian adalah hal yang kau sukai.”

Mungkin Zeus mengira akar sifat Ares itu dikarenakan tempat dibesarkannya terletak di antara bangsa Trakia, bangsa barbar yang suka berperang. Tetapi itu juga bukan pemikiran yang mempunyai dasar, bahkan jika dibandingkan, Ares lebih brutal dari banyaknya bangsa barbar disana.

“Jika kau memanggilku kesini hanya untuk membicarakan dewi sialan itu maka aku akan pergi.” Ares tanpa rasa bersalah membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi, tetapi sebelum ia keluar ia berkata dengan nada mengancam, “katakan pada putri sialanmu itu, jangan pernah membuat Eris menangis atau seluruh kekuasaannya akan ku hancurkan.”

Mendengar ucapannya itu membuat Zeus maupun Hera terdiam. Eris menangis. Karena Athena? Apakah ini alasannya kenapa Ares membuat kekacauan itu?

ETERNITY LOVE FOR YOU [ᴏɴ-ʜᴏʟᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang