Pertama Denganmu

199 16 0
                                    

WAKTU SEKARANG

"Tee, akhir-akhir ini bar ramai tapi kau malah bersantai disini?!" kata Phana sambil membenarkan letak minuman yang berada dihadapanku.

"Jangan berisik kalau tidak ingin dikurangi gajimu." balasku tanpa melihat wajahnya. Pikiranku akhir-akhir ini tidak menentu, seakan perasaan yang dulu terbuka lagi. Apakah mungkin ini berkaitan dengannya?

"Tee, kemarin aku merasakan sesuatu yang menyakitkan." ucapan Phana itu membuatku langsung menoleh ke arahnya. "Dadaku seakan-akan terasa meledak dan itu sangat menyakitkan. Tiba-tiba saja itu terjadi seakan-akan aku sedang berada di dekatnya."

SHIT!

"A-apa dia ada disini?"

Oh shit, jika Phana juga merasakan hal yang sama itu berarti dua orang itu sedang berada berdekatan.

"Aku gak tau. Dan sejujurnya aku gak mau tau." kata Phana sambil menyembunyikan wajahnya di meja bar.

"Aku juga merasakan kehadiran dia, tetapi aku gak tau apa perasaan ini benar atau tidak. Kau tau kan jika firasatku ini tidak sepenuhnya benar karena sejauh ini aku belum bertemu dengannya."

"Bukan hanya kalian saja, aku pun begitu." tiba-tiba Kit datang dengan menyerahkan beberapa botol dan gelas yang sudah kosong kepada bartender.

"Kau juga?" tanya Phana yang sekarang mendongakkan wajahnya melihat kearah Kit.

"Heeh, bahkan aku bisa mencium aromanya tadi malam." kata Kit sambil mengangguk dengan mantap dengan wajah yang polos. Tetapi itu malah membuat Tee dan juga Phana berteriak histeris.

"TADI MALAM?!!!!!"

"Au, aku pikir kalian juga tau kalau sebagian jiwa kalian ada disini. Aneh, berarti Ming tidak mengatakan pada tuannya itu?" ucapan Kit yang seperti itu membuat kedua orang itu semakin histeris.

"KIT! APA MAKSUDMU?" Bentak Phana pada sahabat itu tetapi itu hanya membuat Kit tertawa karena melihat wajah Phana yang sangat lucu menurutnya.

"Mongkol Intochar!! APA YANG SEDANG KAU SEMBUNYIKAN DARIKU!" ucapan Tee sontak membuat Kit berhenti tertawa dan menundukkan kepalanya saat tau jika majikannya itu sedang dalam mode serius. Dan dengan itu, Tee mengisyaratkannya untuk ikut dengannya ke salah satu ruangan khusus kosong yang diperuntukkan para tamu VVIP.

🎋🎋🎋🎋🎋

WAKTU LAMPAU

"Kau menyukai peperangan dan darah, aku menawarkan kesenangan itu untukmu dan juga pengikutmu." Afrodit berusaha untuk memberikan penawaran yang mungkin menarik bagi Ares, tetapi gelengan kepala Ares juga senyumnya membuat Afrodit harus memutar otak untuk mencari alasan yang pas. "Karena aku meminta bantuanmu..?"

"Apakah cukup untukku peperangan darah yang kau tawarkan? Aku bisa menciptakan sendiri peperangan itu jika aku ingin." kata Ares dengan senyuman dingin yang masih setia tersungging di bibirnya. "Aku ingin melakukannya jika.."

"Jika apa?"

"Jika kau menjadi ...."

"A-Apa yang kau inginkan?" Afrodit tiba-tiba merasakan aura yang tidak mengenakkan saat melihat ekspresi wajah seram dari Ares.

'Jangan-jangan ia ingin aku menjadi tumbalnya atau...'

"Tenanglah, aku tidak akan membuatmu sebagai tumbal. Haha, bahkan aku tidak ingin menyakiti tubuhmu yang indah ini." kata Ares yang seakan-akan mendengarkan pemikiran Afrodit.

"Jadi apa yang kau inginkan? Katakan dan selesaikan sekarang." kata Afrodit sambil menutupi kegugupannya itu apalagi saat Ares dengan perlahan mendekatinya dan itu sudah membuat Afrodit harus berpikir cepat jika sesuatu terjadi padanya.

"Aku hanya ingin.. Kau.." Ares dengan kurang ajarnya mendekati Afrodit dan berbisik di dekat telinga Afrodit yang membuatnya merinding sekaligus ada sedikit perasaan yang aneh dirasakan di dalam perutnya itu, "memuaskanku di atas kasurku."

***

"Argghh.. Hmm.."

"Tubuhmu ternyata sangat nikmat, Dewi.. ugh!"

Kamar besar milik Ares mulai teredam oleh suara-suara eksotik dan juga aroma percintaan yang menyeruak dari kedua Dewa dan Dewi yang sedang mereguk kenikmatan duniawi itu. Mungkin bagi Afrodit itu hanyalah sebuah ketentuan yang diinginkan oleh Ares agar ia membantu rencana darinya tetapi yang ia tidak tau adalah, Ares sudah menjadikan Afrodit sebagai mangsa seumur hidupnya.

****

"Siapkan pasukan, kita akan mengunjungi taman bermain." perintah Ares pada beberapa pengawal serta pasukan setianya. Taman bermain, yang juga dipahami oleh para pengikutnya sebagai medan perang yang juga menjadi taman bermain karena membunuh adalah salah satu kesenangan bagi mereka.

Afrodit masih tergeletak tak sadarkan diri di kamar Ares setelah pertempuran yang sengit(?) dan itu membuat Ares berbangga hati, sedangkan bagi para pelayan atau pengawal setianya menatap Ares dengan horror karena membuat Afrodit menjadi seperti itu. Seberapa ganasnya Ares di atas ranjang? Tidak akan ada lagi dari mereka yang ingin mengetahuinya.

Sedangkan di Troya, pada pasukan Akhaia telah berhasil masuk ke kota dengan bantuan tipu muslihat karena Kuda Troya dan membantai semua orang Troya (kecuali sebagian perempuan dan anak-anak yang dijadikan budak) dan mencemarkan kuil-kuil, membuat para dewa murka.

"Ares.."

Ares membalikkan tubuhnya dan menatap Afrodit yang hanya ditutupi oleh kain tipis di badannya itu.

"Tunggu aku, aku ingin mengunjungi Troya juga."

Tanpa menunggu jawaban dari Ares, Afrodit langsung masuk kembali ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa percintaan mereka. Afrodit tidak mungkin tidak melihat apa saja yang terjadi di Troya, apalagi ia ingin melakukan sesuatu pada salah satu orang Akhaia karena dia sudah membuat Afrodit marah.

"Katakan."

"Apakah Afrodit akan menjadi bagian dari kita?" tanya Enyo dengan suara pelan serta tatapan tidak percaya dari para pengawal yang lainnya. Mereka memang ingin tau tetapi bukan berarti mereka punya keberanian seperti Enyo yang dengan mudahnya mempertanyakan itu.

Tetapi sekali lagi para pengikut tercengang tidak percaya saat melihat ekspresi Ares yang benar-benar seperti bukan dirinya. Ares tersenyum!

"Ah iya, ia akan menjadi ratumu, ibumu dan juga pondasimu. Ia akan menjadi milikku."

Dan dengan perkataannya itu membuat 15 orang yang berada disana menahan nafas karena terkejut.

🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋🎋

ETERNITY LOVE FOR YOU [ᴏɴ-ʜᴏʟᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang