Part 8

2.6K 359 23
                                    

Sisa hari itu dihabiskan oleh Abraxas untuk menjaga Hermione di sayap rumah sakit.

Beberapa kali di malam hari, Hermione akan terbangun dan meminta segelas air. Abraxas praktis tidak tidur setidaknya sampai pukul 2 pagi.

Keesokan harinya saat Hermione bangun, dia menemukan Abraxas yang tertidur di kursi samping ranjang rumah sakit, dengan kepala pirangnya meringkuk di lengannya.

Awalnya dia terkejut melihat pemandangan itu, tapi kemudian wajahnya mulai memerah saat mengingat kembali tadi malam. Malfoy merawatnya dan memberinya minum, seperti anak kecil saja.

'Sial. Ini memalukan' pikirnya malu.

Dia bangkit perlahan dari tempat tidur agar tidak membangunkan Malfoy, dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Begitu menemukan cermin di kamar mandi, dia langsung tersentak. Tampilannya.. mengerikan. Wajah pucat, bibir pecah-pecah, pakaian lusuh, dan rambutnya.. mengembang, seperti memiliki kehidupan sendiri.

"Ini bencana," katanya masam.

Dia cepat-cepat mandi dan menggosok giginya, dan menghabiskan lebih dari setengah jam hanya untuk merapikan rambutnya. Setelah dirasa selesai, dia berjalan keluar dengan perasaan yang jauh lebih segar.

Saat dia kembali ke bilik perawatannya, dia disambut dengan cemberut oleh Malfoy.

"Setidaknya bangunkan aku terlebih dulu saat kau ingin pergi, Granger," kata Abraxas kesal.

"Maaf," Hermione hanya meringis.

"Ck, terserah. Pastikan saja kau melapor mulai dari sekarang, agar aku tidak terlihat seperti orang gila saat mencarimu lagi."

Hermione hanya berdiri dengan canggung di sana, "Malfoy.."

Abraxas hanya mengangkat alis pada sikap canggungnya, "Apa?"

"Aku minta maaf," kata Hermione, menggoyang-goyangkan kakinya gugup. "Soal kemarin, kau tau. Maaf aku telah bersikap kasar dan membentakmu, aku tau kau hanya ingin membantu, tapi kemarin aku sangat bingung dan pusing dan kesal," jelasnya panjang lebar.

Dia mendengar Abraxas mendengus sebelum pria itu berkata, "Itu bukan pertama kalinya kau membentakku, jujur. Dan apa yang sebenarnya terjadi kemarin? Kau bertengkar dengan Riddle, bukan?"

"Tidak! Maksudku.. a-apa?"

"Kau bertengkar dengan Riddle, bukan?" Abraxas mengulangi pertanyaan.

Hermione tersentak, "Riddle? S-Seperti Tom Riddle?" tanyanya ragu-ragu.

Abraxas memutar matanya pada pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu, "Siapa lagi Riddle yang kita kenal di sini kalau bukan dia."

Otak Hermione berputar. Tentu saja..  dia terdampar di tahun 1940an (saat dia melihat tanggal di surat kabar yang ada di kantor Profesor Dumbledore kemarin), dan itu adalah tahun-tahun di mana Riddle mulai membangun kekuatan!

'Itu berarti aku akan bertemu dengan pria yang akan menjadi Voldemort, dan menjadi teman sekolahnya?' pikirnya ngeri.

"Tidak, aku tidak bertengkar dengannya," jawab Hermione pelan, menyembunyikan ketakutannya, "Kenapa juga aku melakukannya."

Abraxas tampak tidak yakin, "Sungguh?"

Hermione hanya mengangguk lemah.

"Lalu, kenapa kemarin kau bertingkah aneh?"

"Aneh bagaimana?" Hermione mulai gelagapan.

Abraxas menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan menyilangkan kakinya, "Aneh seperti kau seakan tidak mengenalku kemarin, lupa bahwa aku adalah patnermu di dua kelas kita, oh.. dan kau tampak sangat terkejut tentang pertunangan kita," Abraxas menghitung satu-persatu dengan jari tangannya.

"I-Itu karena aku sakit!" sangkal Hermione, "Kau sendiri yang bilang kemarin, kepalaku terbentur sesuatu dan aku agak bingung sekarang," tambahnya cepat.

Dalam hati dia meringis, berbohong tidak pernah menjadi keahliannya. Tapi untungnya, Malfoy percaya.

"Apa kau ingat kepalamu terbentur dengan apa? Atau lebih buruk lagi, siapa yang sengaja memukul kepalamu?" tanya Abraxas waspada, tapi Hermione masih bisa mendengar rasa khawatir yang terselip dalam suaranya.

"Kenapa kau peduli?" tanya Hermione bingung, "Apa kita memang sedekat itu? Kau tau.. sebelum kita terikat bersama?"

"Tidak, tidak." gumam Abraxas, agak melamun.

"Lalu kenapa?"

Abraxas langsung menatap ke matanya, yang membuat Hermione bertambah gugup dan salah tingkah.

Dia berdiri dari kursinya dan berjalan kearahnya, hampir membungkuk saat berhadapan dengannya karena berbedaan ketinggian di antara keduannya.

"Karena Granger, kau harus ingat satu hal ini.." kata Abraxas pelan, masih menatap lurus padanya.

Hermione hanya mengerjapkan matanya, gugup akan kedekatan yang mereka ciptakan.

"Ada banyak hal yang melekat pada kami, Para Malfoy. Kami dikenal sombong, tamak, jahat, dan berprasangka. Kami Slytherin yang penuh dengan pelestarian diri, dan akan selalu selamanya begitu. Tapi ada satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang, selain dari para Malfoy itu sendiri.."

"A-Apa itu?" tanya Hermione penasaran, saat melihat keseriusan di mata Malfoy.

"Kami Malfoys, selalu merawat wanita kami dengan baik." lanjut Abraxas.

Dan Hermione tidak bisa menghentikan warna kemerahan yang mulai menyebar di seluruh wajah dan lehernya.

Abraxas tampak sangat puas dengan dirinya sendiri, terlihat dari serigai yang terpasang diwajahnya saat dia melihat Granger memerah.

Hermione melangkah mundur, mulai pusing oleh aroma cologne Malfoy yang membuatnya gila.

Abraxas menatapya dengan geli sebelum berkata, "Sampai jumpa nanti, Granger.. sekarang aku harus pergi untuk mengurus diriku sendiri."

Dengan itu dia melenggang pergi, meninggalkan Hermione sendirian di ruangan itu dengan pipi yang masih memerah dan nafas terengah-engah.



➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖ ➖
Catatan penulis:

Ampun deh.. gak jago bikin kalimat. Sorry yah klo dirasa ada yang gak jelas dan gak nyambung gitu😅

Lord MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang