"Apa-apaan dengan jawaban ambigumu itu, Abraxas!" teriakan Hermione bergema di perpustakaan yang sepi.
Dia tidak bisa menahannya. Malfoy sangat menyebalkan, dan hanya perlu sedikit dorongan untuk membuatnya meledak.
Abraxas hanya mengangkat bahunya acuh dan berkata: "Bukan apa-apa, sungguh. Hanya masalah anak laki-laki."
Hermione merasakan kedutan jengkel di dahinya. Anak laki-laki selalu begitu bodoh, tak tertahankan.
"Dan apa tepatnya.. yang menjadi masalah 'anak laki-laki' ini? Jangan katakan jika kalian ber-"
Hermione berhenti di tengah, sedang mengingat dan memikirkan sesuatu.
"Tunggu! Kurasa aku pernah mendengarmu mengatakan bahwa kita bertengkar di hari aku sampai ke time-"
Hermione berhenti lagi. Merutuki lidahnya.
"M-Maksudku.. dihari saat aku cidera, gegar otak, ya.. ya.." dia mengangguk pada dirinya sendiri.
"Oh, soal itu." Abraxas menyahuti.
"Jelaskan!" Hermione kembali menatap tajam pada penyihir pirang. "Apa karena semua kelakuan burukmu? Seperti dalam surat yang kutulis untuk dad?"
"Kau mengadu padanya?" Abraxas tersentak dan ikut melotot padanya.
"Knock.. knock.. bukan itu yang sedang ingin kita bicarakan sekarang, bukan?"
Abraxas berdehem gugup dan mengangguk mengiyakan.
"Mungkin saja," katanya pelan. "Well, kita memang sempat bertengkar tentang beberapa hal sebelum kau cidera. Kau kesal padaku karena membully Muggleborns bersama Dolohov dan Lestrange, dan.." dia agak meringis untuk hal terakhir, "Kau marah besar saat aku mengutuk Prewett dengan.. semacam zat lengket menjijikkan," dia meringis jijik pada ingatan itu.
"Caleste?" Hermione tersentak khawatir.
"Bukan. Saudara laki-lakinya."
Hermione ternganga tak percaya mendengarnya. "Bagaimana bisa kau.."
Abraxas sekali lagi, hanya mengangkat bahunya acuh, yang langsung dipukul keras oleh Hermione.
"Aw! Granger!" teriak Abraxas kesakitan.
"Kau git, prat, pirang albino." Cercah Hermione sambil terus memukulinya.
"Granger, ini sakit!"
"Diam!" Hermione menyentak. Matanya kemudian menatap pada gumpalan rambut Abraxas, dan tangannya ikut menyusul, mencabuti helai-helai pirangnya.
"Sialan, Woman. Ini kekerasan!" Abraxas terus bergerak, berusaha melindungi rambut berharganya.
"Lucu sekali kau bicara soal kekerasan disini, saat di Hogwarts kau membully teman-teman Muggleborns ku." Hermione dengan penuh semangat menganiaya Abraxas.
"Ini kekerasan. Penganiayaan!" Abraxas berteriak dramatis. Menolak semua sindiran dari Hermione.
"Yeah. Inilah yang dirasakan teman-teman Muggleborns ku diluar sana, karena ulahmu dan teman-teman ularmu itu."
Mereka tetap seperti itu untuk beberapa menit. Saling tarik-menarik, beberapa pukulan disana-sini (oleh Hermione), sampai Abraxas hilang kesabaran dan berdiri, dia menyentak kuat tangan Hermione dari tubuhnya, dengan cepat mengangkat dan melemparkan gadis itu ke sofa yang didudukinya sedari tadi.
"Aww," Hermione merintih saat merasakan punggungnya sakit akibat hentakan. "Ini kekerasan!"
Abraxas memutar matanya, tangannya mulai menata kembali rambutnya yang mencuat. "Itulah yang kurasakan beberapa detik barusan." Sindir Abraxas balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lord Malfoy
Fanfiction[Lord Series: Book 1] Draco Lucius Malfoy, tidak pernah dalam hidupnya akan membayangkan Hermione Granger sebagai neneknya. Itu adalah hal yang sulit untuk ditanggung, bukan begitu? 🌹 Abraxas Malfoy & Hermione Granger 🌹 ‼️ SLOW UPDATE ⚠️ BELUM DIE...