"Jadi, berapa pelajaran yang rencananya akan kau ambil untuk Newt nanti?"
Hermione berpikir sejenak, memilah-milah pilihan terbaik, sebelum menjawab pertanyaan ayahnya.
Saat ini mereka masih berada di ruang kerja ayah barunya. Setelah beberapa menit menangis, dia merasa agak malu dan menyadari bahwa Abraxas bahkan sudah menghilang.
"Sebanyak mungkin, jika itu memungkinkan. Kecuali Ramalan dan Studi Muggle," jawabnya.
Hector mengangguk dan menepuk lembut kepala putrinya, "Kenapa dengan kedua subjek itu, Ramalan dan studi Muggle? Ada masalah?"
"Well, kurasa begitu."
Pria itu mengangkat alisnya penasaran, putrinya bisa sangat keras kepala jika dia mau. "Jelaskan," lanjutnya.
Hermione membuka mulutnya, siap untuk penjelasan. "Pertama, aku tidak suka kelas Ramalan karena menurutku isinya hanya omong kosong. Apa kau bahkan sudah melihat Profesornya? Dia hanya berbicara tidak jelas, dengan teori dan nalar yang melampaui fantasi tergila, dan.. Dad, ini semua omong kosong!" Hermione menggelengkan kepalanya keras, rambutnya nyaris menampar orang.
Pria itu hanya tertawa menikmati tingkah lucu putrinya. "Sayang, kau tidak bisa menggunakan nalar untuk sebuah ramalan, subjek itu berfokus pada area batin dan bukannya pikiran." Jelasnya bijak.
"Dan aku paling tidak suka dengan sesuatu yang diluar nalar." Sangkalnya dengan keras kepala.
"Itu agak lucu bukan? Kau bicara soal nalar-menalar saat kau adalah seorang penyihir."
"Itu.." Hermione membuka mulutnya, bersiap untuk alasan logis lainnya. "Aku tau kita tidak bisa bicara banyak soal nalar saat ada sihir yang melingkupi, tapi bukan berarti semuanya hanya berisi fantasi omong kosong semata. Contohnya saja Ramuan, Astronomi, dan Rune Kuno. Ketiganya memiliki akar dan pondasi yang kuat, yang sangat akurat dalam hasilnya, tidak seperti Ramalan!" jelasnya panjang lebar, suaranya agak meninggi pada kalimat terakhir.
"Baiklah. Aku paham apa maksudmu. Jujur saja Ramalan juga bukanlah subjek favourite ku semasa sekolah dulu," renung Hector.
Hermione tersenyum mendengarnya, "Aku senang kita berbagi pemikiran dan kesukaan yang sama."
Hector membalas senyumnya, "Jadi, kita bukan pecinta ramalan kalau begitu?"
"Ya." Jawab Hermione dengan antusias.
"Lalu, bagaimana dengan studi Muggle? Kau membencinya juga?"
Hermione terdiam sesaat. Tentu, dia tidak akan membenci dari mana dirinya berasal. Tapi untuk belajar sesuatu yang sudah dipahaminya dengan baik, itu adalah pemborosan waktu baginya.
"Tidak. Tentu saja tidak." Katanya sambil menatap mata ayahnya, mencoba menyampaikan topik yang agak serius. "Hanya saja.. aku punya teman, dan dia adalah seorang Muggleborn, dan aku telah lebih dulu belajar banyak tentang dunia Muggle darinya. Saat ini aku cukup menguasai subjek itu, dan menurutku, untuk mengulangnya di kelas Studi Muggle, adalah suatu pemborosan waktu yang sangat tidak perlu."
"Well, aku senang mendengarnya. Kau bisa mengelola waktumu dengan lebih efisien. Aku bangga padamu, Pumpkin." Puji Hector.
"Terima kasih, dad." Hermione terdengar sangat senang.
Hector bergerak, menggeser posisi duduknya dan melihat arloji di tangannya. "Ah! Sudah hampir pukul 12."
Hermione tersentak mendengarnya. Dia tidak menyangka waktu berlalu begitu cepat. mereka benar-benar terlalu asyik mengobrol hingga melupakan semuanya (termasuk Abraxas!).
KAMU SEDANG MEMBACA
Lord Malfoy
Fanfiction[Lord Series: Book 1] Draco Lucius Malfoy, tidak pernah dalam hidupnya akan membayangkan Hermione Granger sebagai neneknya. Itu adalah hal yang sulit untuk ditanggung, bukan begitu? 🌹 Abraxas Malfoy & Hermione Granger 🌹 ‼️ SLOW UPDATE ⚠️ BELUM DIE...