Hari itu, setelah kunjungan mereka ke kediaman Dagworth, Hermione dan Abraxas kembali ke Hogwarts sekitar pukul 5 sore.
Mereka kelelahan, berjam-jam dihabiskan untuk mengobrol dengan Hector. Tapi itu tetap menyenangkan tentu saja.
Setelah berpamitan pada Kepala Sekolah Dippet, mereka pun berencana untuk kembali ke asrama masing-masing.
Hermione memimpin jalan menuruni tangga di kantor Kepala Sekolah, dibelakangnya, Abraxas menyusul.
Hermione terlalu asyik berjalan untuk bahkan menyadari jika Abraxas hanya mengekorinya sejak tadi. Well.. ini sudah setengah jalan menuju asrama Gryffindor! Hanya perlu menemukan tangga dan menaikinya mereka akan sampai.
“Apa yang sedang kau kalukan?” dia berhenti, menengok kebelakang.
“Apa lagi menurutmu?” gumam Abraxas sambil terus berjalan. Dia telah mendahului Granger sekarang.
“Malfoy, kau pikir kemana kau akan pergi? Itu jalan menuju ke Menara Gryffindor!”
“Aku tau kemana aku akan pergi dan aku juga tau dimana letak asrama Gryffindor itu, Granger.” balas Abraxas acuh.
Hermione hanya melihatnya terus berjalan dan menaiki tangga yang baru terlihat, sebelum bergumam: “Apa yang salah dengannya?”
Beberapa menit setelah berhasil naik dan mencapai pintu masuk asrama, mereka berhenti dan menatap lukisan Nyonya Gemuk.
Wanita itu menatap penasaran pada kedua pasangan muda dan mulai bersenandung.
“Apa yang kita miliki disini? Sepasang anak muda yang sedang panas diperbincangkan!”
“Please.. jangan mulai,” gerutu Hermione. Dia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk menghadapi yang satu ini.
“Selamat sore, Fat Lady. Bagaimana kabarmu hari ini?” suara Abraxas mengejutkan Hermione.
Dia menatap tak percaya pada Malfoy, saat penyihir itu bahkan membuang-buang waktunya untuk memulai percakapan dengan lukisan wanita cerewet di pintu asramanya!
Yang lebih mengejutkan lagi adalah senyumnya, yang sialan Hermione tidak ingin mengakui, sangat menawan.
“Oh.. Mr. Malfoy! Kau tidak tau betapa membosankannya terjebak di dalam bingkai kotak ini sepanjang waktu!” racau Nyonya Gemuk.
“Aku sangat menyesal mendengarnya,” Abraxas bahkan memiliki nada simpatik yang meyakinkan dalam suaranya, yang membuat Hermione mengedipkan matanya bingung, tidak biasa melihat pemandangan ini.
“Bukan apa-apa, sayangku. Setidaknya, hari ini aku mendapatkan pemandangan gratis dari pria tampan!”
Hermione mengerut jijik mendengar nada wanita gila itu. Sungguh tak tau malu.
Sedangkan disampingnya, Abraxas hanya tertawa. “Aku berasumsi bahwa pria tampan itu adalah aku.”
“Tentu saja kau! Tidak ada satupun anak laki-laki di asrama ini yang bertingkah layaknya pria sejati.” Keluh wanita dalam lukisan.
Tawa Abraxas semakin panjang dan kedua orang itu terus melanjutkan percakapan, mulai menghiraukan Hermione.
“Aku melihat itu adalah gambaran umum dari Gryffindor, ceroboh dan nekat.”
Wanita tua dalam lukisan itu mengangguk setuju.
“Tapi kau akan banyak menemukan anak-anak Slytherin yang lebih menawan, aku berani bertaruh.” Abraxas menyatakan dengan bangga.
Mereka benar-benar berbagi tawa, seolah disini adalah tempat mereka, bukan Gryffindor!
Kesal karena asrama favoritnya di olok-olok, Hermione segera menyela perbincangan menyenangkan kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lord Malfoy
Fiksi Penggemar[Lord Series: Book 1] Draco Lucius Malfoy, tidak pernah dalam hidupnya akan membayangkan Hermione Granger sebagai neneknya. Itu adalah hal yang sulit untuk ditanggung, bukan begitu? 🌹 Abraxas Malfoy & Hermione Granger 🌹 ‼️ SLOW UPDATE ⚠️ BELUM DIE...