Forgiven

13.4K 1.3K 402
                                    

Seungcheol menyandarkan tubuhnya pada sofa diruang tengah tempat tinggalnya. Semenjak tragedi kopi tiga hari yang lalu rasa mualnya masih saja terasa. Dia sampai pergi periksa ke dokter tadi pagi. Tapi menurut hasil pemeriksaan, Seungcheol sehat-sehat saja alias tidak sakit. Ia malah diberi obat pencegah mual dan pusing serta vitamin.

"Memangnya aku ini ibu hamil." Ucapnya ketika membuka kantong obat.

Tangan kekarnya terangkat memijat pelipis yang terasa pusing. Sungguh, dia menjadi trauma dengan kopi. Akibat dari phobia dadakannya, stok kopi yang biasa ia minum tiap pagi menjadi mubazir. Seungcheol beralih pada jus buah atau makanan yang cenderung manis dan asam, sangat bukan Seungcheol sekali.

"Argh! Sialan, aku mau kopi." Katanya merajuk. Ia rindu dengan rasa kopi yang suka ia campur dengan susu.

"Masa bodoh aku mau kopi!"

Seungcheol beranjak ke dapur dan membuka laci tempat penyimpanan makanan. Ia mengambil sebungkus kopi dan membukanya, berniat menyeduh kopi itu. Tapi begitu bungkusnya terbuka ia malah kembali mual ketika mencium aroma kopi yang menyengat.

"Bangsat!"

Lagi-lagi dia harus berlari kekamar mandi dan memuntahkan kehampaan alias tidak ada yang keluar selain air liur. Setelah membasuh wajahnya, dengan lesu ia kembali ke sofa. Menendang-nendang udara dengan kesal.

"ADA APA DENGAN DIRIKU!!!" Seungcheol berteriak frustasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ADA APA DENGAN DIRIKU!!!" Seungcheol berteriak frustasi. Rasanya dia ingin menangis saja, semuanya menjadi serba tidak enak. Ia melirik kantong obat yang tergeletak di meja.

"Terpaksa aku harus meminum obat ini."

Pada akhirnya ia minum juga obat pencegah mual dan pusing yang tadi ia cibir.

Lain Seungcheol lain juga dengan dokter cantik yang sedang bertugas di desa terpencil. Dokter Yoon atau yang biasa dipanggil nona oleh anak-anak di desa itu. Kata mereka, wajah Jeonghan terlalu cantik dan dokter itu hanya bisa pasrah mengiyakan.

Hampir satu bulan ia bertugas didesa untuk membantu dalam sektor kesehatan yang kurang memadai. Ada kurang lebih lima belas dokter yang bertugas. Mulai dari dokter umum, dokter anak, sampai dokter spesialis juga dokter kandungan seperti Jeonghan.

"Dokter Yoon, istirahatlah. Jam tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku."

Jeonghan yang tengah menidurkan kepalanya dimeja mengangkat wajah. Tersenyum sekilas pada dokter Kim, Kim Namjoon. Partner nya dibagian khusus kandungan, dokter muda yang begitu karismatik.

"Apa di pos masih ada makanan Namjoon-ssi?"

Dokter Kim terkekeh mendengar pertanyaan Jeonghan. Ia menjawab selagi memakai snelli nya dan sedikit membenahi penampilan. "Seksi makanan baru saja membuat puding cokelat dan es buah untuk camilan."

Mendengar itu wajah Jeonghan langsung berbinar senang. Ia bangkit dan melepas snelli nya dengan terburu, menepuk pundak Namjoon sekilas dan segera melangkah kepintu. Belakangan ini Jeonghan sering mengeluh lapar, mungkin karena terlalu lelah. Kebetulan jumlah ibu hamil di desa ini cukup banyak.

AKRASIA | Meanie✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang