Disalah satu kamar mewah disebuah hotel bintang lima. Seorang pemuda dengan perawakan langsing sedang asik menyusu dengan wanita bertubuh seksi dengan kulit tan dibawahnya. Sang wanita tertawa melihat pemuda itu asik memainkan dada besarnya, mulutnya sibuk menghisap putingnya seperti bayi.
Jemari lentik pemuda itu bergerilya, bergerak menarik turun bra hitam yang masih tersangkut ditubuh sang wanita.
"Yes, baby. Kau harus minum susu yang banyak supaya tubuhmu berisi."
Wanita yang terlihat lebih tua dari pasangannya mengusap punggung polos dengan kulit putih pemuda yang dia panggil baby. Mengibas rambut coklat panjangnya kebelakang sebelum sedikit melenguh karna hisapan didadanya.
"Kemari baby boy, give mommy a hug."
Dan pemuda itu melepas hisapannya. Ia justru menenggelamkan wajahnya pada belahan payudara besar wanita itu sambil memeluk tubuh rampingnya. Si wanita tertawa, menjepit pipi putih pemuda itu dengan payudaranya, mengecupi surai hitamnya gemas.
Namun kegiatan mereka harus terganggu oleh suara dering handphone milik si wanita.
"Sebentar baby, your uncle is calling."
"Paman workaholic?"
"Yes."
Lalu si wanita beranjak bangkit, mengangkat panggilan sembari memasang kembali bra nya. Sedangkan pasangannya duduk bersandar pada kepala ranjang, mengekspos tubuh atasnya yang putih. Pemuda itu hanya diam memperhatikan wanita tadi yang mulai berdebat dengan orang disebrang panggilannya. Sampai tidak lama kemudian, wanita itu duduk kembali disampingnya. Menghela napas berat serta mengusap wajahnya.
"Hyorin nu- eum.. sorry mommy, you okay?"
Wanita yang dipanggil Hyorin barusan mengangguk pelan.
"Mommy aku bosan, boleh aku mainkan lagi." Katanya sambil melirik payudara hyorin.
"Sorry Wonwoo sayang, Mommy harus pulang. Suami gila kerja ku sudah dirumah"
Kemudian Hyorin bergegas membenahi pakaian dan barang-barangnya.
"Thank you baby boy, here's your tip." Hyorin merunduk, memamerkan belahan dadanya yang terselip lipatan uang. Wonwoo tersenyum manis, merogoh kemeja Hyorin yang tidak dikancing dengan benar. Mengambil uang itu dari sana lalu memberikan satu kecupan diatas dada itu.
"Thank you mommy."
"Welcome baby, sampai nanti. Kau tidurlah disini, mommy sudah membayar kamar ini. See you."
Setelah itu Hyorin menghilang dibalik pintu yang tertutup. Wonwoo dengan senang menghitung uang yang dia dapat, wow Hyorin memberinya dollar dengan jumlah yang banyak. Ia lekas membenahi dirinya, memakai baju dan bersiap tidur.
Namun bukannya tidur ia justru termangu memandang jendela yang menampilkan langit malam yang gelap. Di saat seperti ini, di saat sunyi seperti ini, dia merasa hidup sebatang kara. Padahal apa yang Wonwoo inginkan selalu tersaji di depan mata, mudah baginya mendapatkan apapun jika melihat latar belakang keluarganya yang berasal dari golongan berada.
Ah, atau justru karena hal itu? Karena kondisi rumah yang tak seperti rumah pada umumnya. Secara tidak langsung apa yang dilakukan kedua orang tuanya berimbas pada cara pandang bagaimana Wonwoo menilai dunia. Dia butuh kebebasan, dia butuh kasih sayang, maka jangan salahkan Wonwoo jika berakhir menjadi 'jalang' atau 'simpanan' wanita dan pria berkantong tebal. Hanya untuk mencari kesenangan belaka.
Sekali lagi Wonwoo menghela napas panjang, merasa iba dengan hidupnya yang terlanjur jatuh dalam lubang hitam. Berbanding terbalik dengan warna putih yang menyebar di langit-langit kamar. Sesekali Wonwoo bermonolog dalam pikiran naifnya, apakah jalan yang dia ambil sekarang salah?
Namun, jawabannya sudah pasti tidak. Sebab prinsip hidup seorang Jeon Wonwoo itu mutlak. Dia tak peduli dengan predikat budak, selama nikmat? Mana mungkin untuk ditolak.
Ia membuang napas berat yang jesekian kalinya. Mencari objek lain untuk sekedar mengalihkan pikirannya. Membuang semua beban yang berputar dikepalanya sampai tidak sadar dirinya telah masuk kealam mimpi.
•••
Wonwoo berjalan dengan lunglai dikoridor kampus. Kelas dadakan dipagi hari, siapa yang tidak malas. Seharusnya ia masih bergelung dengan selimutnya diranjang.
Ia berdecak malas, lagi-lagi tatapan rendah yang ia dapatkan dari mereka yang melihatnya. Manusia-manusia yang selalu sibuk mengomentari kehidupan orang lain. Wonwoo tersenyum remeh, berjalan seolah tidak terganggu dengan tatapan dan cibiran yang tertuju padanya.
"Lihat wajahnya, seperti kurang tidur haha mungkin dia mendapat order semalam."
"Ya ampun, padahal Jeon Wonwoo itu wajahnya lumayan tampan."
Bisik-bisik cibiran dan pembicaraan mahasiswa itu mengundang pemuda dengan sebelah earphone yang menyumpal telinga kirinya melirik penasaran. Siapa yang sedang dibicarakan oleh mahasiswa pagi-pagi begini. Ia pernah mendengar kabarnya tapi sama sekali belum pernah tau orangnya. Akhirnya dengan penasaran dia bertanya kepada salah satu mahasiswa.
"Ada apa dengan Jeon Wonwoo? Memang dia kenapa?"
"Dia, Jeon Wonwoo dari departemen bisnis. Dia itu terkenal dengan service-nya sebagai sewaan."
Pemuda bertubuh atletis itu menggumamkan 'O' tanpa suara. Dia melirik Wonwoo yang masih berjalan tanpa terganggu sedikitpun. Lalu senyuman miring terbentuk diwajah tampannya.
"Sewaan ya? Hmm..., boleh juga." Gumamnya sebelum beranjak dari sana.
Tbc.
Halo, jangan tanya ini work macam apa haha.
Jadi..., Lanjut tidak?
Adakah pertanyaan atau umpatan untuk work ini? Ayo silahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA | Meanie✔️
FanficAkrasia (n.) Lack of self-control. The Ancient Greeks had a word, akrasia, to describe the lack of will that prevents us from doing something that we know is good for us. "...yes, i'll obey you daddy." "No, mommy is pretty." ...and that's what i li...