"Min- Mingyu.."
Wonwoo menahan dada Mingyu yang terus mendesaknya kedinding dibelakang. Ia gugup bukan main saat pemuda tinggi didepannya menyerukkan wajah keperpotongan lehernya. Mingyu menjatuhkan ciuman kupu-kupu dileher Wonwoo sampai ke rahang runcingnya.
Wonwoo tidak bisa lepas dari kungkungan tangan besar Mingyu yang memenjara tubuhnya. Melihat kegugupan Wonwoo, diam-diam Mingyu tertawa. Mereka bahkan pernah lebih dari ini tapi reaksi Wonwoo sangat menggemaskan.
"Kenapa hm?"
Wonwoo tergagap, bingung harus menjawab apa.
"A-aku malu..."
Mingyu tidak bisa menahan tawanya. Ia memeluk pinggul Wonwoo, makin merapatkan tubuh keduanya. Perbedaan tinggi keduanya memaksa Wonwoo untuk mendongak untuk menatap wajah tampan Mingyu yang tersenyum. Ia membawa tangan Wonwoo untuk memeluk lehernya.
"Kita pernah lebih dari ini."
Wonwoo jatuh dalam manik gelap Mingyu yang membawanya makin mendekat. Saat keduanya terpejam begitu belah bibir mereka menyatu. Hanyut dalam pagutan mesra yang sudah lama tidak mereka rasakan.
Terbawa suasana, tangan Mingyu menelusup masuk kedalam baju Wonwoo. Mengelus kulit Wonwoo yang terasa lembut ditelapak tangan besarnya. Yang lebih kecil pun balas meremat surai belakang Mingyu. Saling menarik satu sama lain seperti magnet. Belum keduanya saling menyentuh lebih jauh, suara tangisan bayi memaksanya untuk melepaskan pagutan.
Keduanya saling menarik diri dengan deru nafas memburu. Wonwoo buru-buru menghampiri bayinya yang menangis ditengah ranjang. Sedangkan Mingyu merutuki diri bisa-bisanya dia hampir lepas kendali.
"Iya sayang shh ini mama..., Gema haus hm?" Mingyu melirik Wonwoo yang dengan telaten menggendong bayinya.
Mingyu berjalan mendekat, mengambil tempat disamping Wonwoo yang sedang menyusui. Rambut Wonwoo yang sedikit panjang menghalangi wajah manisnya. Mingyu menyelipkan poni Wonwoo ketelinganya. Itu sukses mencuri atensinya yang tadi fokus pada Gema.
Mata keduanya bertemu, rasa malu itu datang lagi. Wonwoo menunduk, menggigit bibir bawahnya menahan senyuman. Hingga Mingyu pun tidak bisa menahan kekehannya lagi.
"Kenapa kita jadi seperti remaja yang baru jatuh cinta?" Katanya sambil tertawa.
Wonwoo ikut terkekeh mendengar ucapan Mingyu. Ia mengusap kening berkeringat bayinya. Sebelum Mingyu membawa wajah Wonwoo untuk menatapnya.
"Ibu mengabariku, beliau bilang apa kamu keberatan kalau pernikahan kita tidak mengundang banyak orang?"
Wonwoo tersenyum, menggeleng sebagai jawaban. Ia melirik Gema yang menyusu dengan mata besarnya yang melirik sekeliling. Padahal bayi yang belum genap satu bulan itu belum bisa melihat, Wonwoo jadi gemas sendiri.
"Aku tidak masalah, bisa menjadi pasanganmu saja tidak pernah terpikirkan olehku."
Cukup untuk menyentil hati kecil Mingyu yang lagi-lagi merasa bersalah.
"Kamu tau..., Aku pernah bermimpi untuk membawa pulang bulan. Itu terlalu tidak mungkin." Wonwoo menoleh menatap Mingyu, "tapi siapa sangka ternyata aku mendapatkan bulan dan bintang sekaligus."
Alis Wonwoo bertaut, ingin buka suara tapi Gema lebih dulu merengek. Wonwoo mengangkatnya, menyapihnya dipundak sambil mengusap punggungnya pelan agar bersendawa. Mingyu tersenyum gemas melihat interaksi didepannya.
"Kalian bulan dan bintangku, kalian membawa dunia padaku."
Sontak Wonwoo menoleh, raut wajah Mingyu terlihat begitu tulus sampai Wonwoo berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA | Meanie✔️
FanfictionAkrasia (n.) Lack of self-control. The Ancient Greeks had a word, akrasia, to describe the lack of will that prevents us from doing something that we know is good for us. "...yes, i'll obey you daddy." "No, mommy is pretty." ...and that's what i li...