Mingyu mengacak surai hazelnya, berdecak kesal karna lagi-lagi hasilnya tidak memuaskan. Ia membuang sembarangan sketch rancangan desainnya sebagai salah satu tugas akhir mahasiswa arsitektur. Beberapa hari ini ia bekerja keras untuk itu. Dia benar-benar menjadikan tugas akhir sebagai pelarian.
Mingyu mulai mengambil kertas baru, memikirkan desain yang bisa membuat dosen pengujinya terkagum-kagum. Helaan napas berat keluar, ia tidak bisa berfikir jernih saat ini, matanya melirik foto hitam putih abstrak yang ia tempel didinding meja kerjanya. Foto USG Wonwoo tempo hari, rasa sesak itu datang lagi.
"Kalian baik-baik saja kan?"
Mingyu itu munafik. Ia bisa merasakan ikatan batin itu. Ia merasakan sakit ketika menyadari Wonwoo tidak lagi terlihat disekitarnya. Apa yang mulutnya ucapkan pada semua orang adalah kebohongan. Semuanya bohong, ia merindukan Wonwoo, ia juga merasakan sakit. Tapi satu hal yang membuat ia denial, ia menampik semua yang ia rasakan.
Ragu. Mingyu ragu, apakah Wonwoo mencintainya? Apa bayi itu benar darah dagingnya atau bukan. Hanya satu cara yang bisa ia lakukan untuk membuktikan fakta tersebut. Tes DNA, ia berfikir seperti itu. Seminggu lalu ia mendatangi apartemen Wonwoo, hendak mengajaknya bicara dan menyampaikan niatnya.
Setidaknya itu jalan tengah dan ia telah berusaha untuk berdamai. Tapi mungkin ia telah menyakiti perasaan Wonwoo terlalu dalam. Keadaan membuat semuanya semakin sulit, karna faktanya saat ia menyambangi apartemen Wonwoo, pintu itu terkunci. Ia coba buka dengan password yang ia hapal betul, tetap tidak bisa. Sampai ia menelfon bagian customer service dan mendapat informasi kalau apartemen itu telah dijual.
Mingyu berusaha mencari, tapi Wonwoo tidak terlihat sama sekali di area kampus maupun area tempat tinggal mereka. Sampai beberapa hari lalu, ia berniat untuk mencari Wonwoo ketempat lain setelah menyerahkan revisiannya. Ia bahkan membawa mobil yang ia jarang pakai untuk menuntaskan niatnya. Namun belum ia mencari, Seungcheol datang dengan bogem mentahnya.
Ia terkejut, Seungcheol mengetahuinya, ia bertemu dengan Wonwoo lebih dulu entah dimana. Lagi-lagi ia kalah selangkah dan ia benci itu. Maka itu Mingyu menyibukkan dirinya dengan setumpuk tugas. Berharap jika ini selesai ia punya banyak waktu untuk menggapai kekasihnya lagi.
Mereka masih sepasang kekasih kan? Sebab dihari terakhir mereka bertemu tidak ada kata pisah, hanya perdebatan atas nama emosi.
"Tunggu aku, aku akan mencari kalian."
••••
Sedangkan Wonwoo diusia kandungannya yang dua minggu lagi memasuki bulan keempat tengah mengalami mood swing. Ia merasa kesulitan dengan yang satu ini. Baginya, lebih mudah mengatasi mual daripada lonjakan hormon berupa mood yang mudah berganti. Ia biasa dimanjakan, ditemani, diberi perhatian, maka ketika ia menghadapi ini sendirian itu terasa lebih sulit.
Beruntung sejak Seungcheol mengetahui lokasinya, pemuda tampan itu begitu baik padanya. Rencananya, Seungcheol akan kesini setelah urusan kampusnya selesai. Yah setidaknya Wonwoo tidak sendirian, dia butuh seseorang.
"Huh yang benar saja!!"
Wonwoo menggigit bibirnya frustasi. Seharian ini moodnya kacau parah, tadi pagi ia merasa kesal karena gulingnya terjatuh dari ranjang. Belum lagi ia menangis karna menonton acara tv siang tadi. Sekarang apa lagi, matahari bahkan belum lama tenggelam namun mood nya benar-benar kacau. Seungcheol masih dalam perjalanannya menuju kesini.
"Kim Mingyu anakmu benar-benar."
Lonjakan hormon. Wonwoo merasakan itu sekarang. Dan tidak lama terdengar bel dari luar. Itu pasti Seungcheol, Wonwoo segera kedepan membukakan pintu. Disambut dengan senyuman lebar Seungcheol sambil mengangkat kantung yang mungkin berisi ayam dari aromanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA | Meanie✔️
FanficAkrasia (n.) Lack of self-control. The Ancient Greeks had a word, akrasia, to describe the lack of will that prevents us from doing something that we know is good for us. "...yes, i'll obey you daddy." "No, mommy is pretty." ...and that's what i li...