10

41.4K 5.9K 454
                                    

Jaemin mengenakan jubah mandinya, hari ini cukup melelahkan. Sepanjang hari dia harus mendengarkan ocehan para sosialita di sebuah pesta. Sebenarnya Jaemin tidak keberatan menimbrung dengan para sosialita itu. Hanya saja mereka kadang sangat menjengkelkan dan agak tidak tahu malu dengan menyindirnya berkali-kali. Kalau tidak ingat dia sudah menyandang nama Lee, Jaemin sudah memaki para sosialita sok itu dengan mengabsen seluruh penghuni kebun binatang.

Baru saja Jaemin melangkah keluar kamar mandi, pasangan hidupnya siapa lagi kalau bukan Lee Jeno dengan balutan piamanya tengah santai membaca buku sembari bersandar di headboard.

Mengepalkan tangannya Jaemin beralih ke walk-in closet mencari piamanya. 

"Bagaimana hari ini?" 

Jaemin tidak ingin memperdulikan Jeno tetapi dia tidak bisa. 

Menghela nafasnya...

"Buruk seperti biasanya" Jawab Jaemin sembari mengancing piamanyanya.

Jeno masih fokus membaca bukunya, walau begitu ekor matanya masih mengikuti Jaemin yang keluar dari walk-in closet. Jaemin menarik selimut dan tidur disamping Jeno. 

"Bisakah aku tidak menghadiri acara seperti itu lagi di masa depan? aku tidak pernah cocok dengan sekumpulan tukang pamer itu" Jaemin mengeluarkan keluhannya. Sebenarnya mereka tidak hanya pamer didepan matanya tapi juga membullynya!.

"Mengapa mengatakannya padaku? aku tidak pernah memaksamu untuk hadir" Ucap Jeno. Jaemin mencibir.

"Tapi kau membutuhkan koneksi" Jaemin berkata dengan lemah dan pahit. Dia tidak pernah biasa menjilat seseorang, sayang baginya mertuanya sendiri dengan kuat mendorongnya untuk melakukannya. Jaemin hampir sebulan ini menahan keluhannya sendiri. 

"Aku tidak perlu koneksi" Bantah Jeno, dia sampai menutup bukunya dan memandang Jaemin tajam.

Jaemin meliriknya "Kalau begitu tolong katakan itu pada ibumu"

Jeno terdiam. Jaemin yang melihatnya hanya bisa tersenyum masam. Dia tidak tau apa yang ada dipikiran Jeno. Apakah itu cinta untuk ibunya atau hanya tidak ingin dikatakan tidak berbakti...

* * *

Bibi Han pagi-pagi sekali menyiapkan makanan kesukaan Jeno. Dia tau tuan muda Na sudah sangat larut malam tiba dirumah, itu tidak memungkinkannya untuk bangun pagi-pagi sekali sekedar menyiapkan sarapan bagi tuan muda.

Somi, sang asisten pribadi tuan Na datang pagi hari dengan lingkaran hitam dibawah matanya. Dia berkali-kali menguap membuat bibi Han sedikit kasihan. Dia menyuruh Somi menyeduh kopi agar sedikit lebih baik.

"Jam berapa kalian tiba semalam?" Tanya bibi Han bermaksud basa-basi.

"Aku tidak terlalu ingat, mungkin sekitar pukul 2 pagi?" 

"Apakah tuan muda Na minum semalam?" 

"Dia selalu minum tapi tampaknya dia memiliki toleransi yang tinggi terhadap minuman" Puji Somi.

"Kalau begitu tuan muda dan tuan muda Na cocok satu sama lain" bibi Han memasukkan wortel yang dipotongnya ke dalam panci yang berisi air mendidih. Tapi gerakannya terhenti. Dia menoleh ke arah Somi penuh arti.

"Bukankah tuan muda Na tidak boleh mengkonsumsi alkohol?" bibi Han bertanya dengan senyuman. Sebenarnya dia tidak benar-benar bertanya hanya mengingatkan Somi. Mata sayu Somi seketika terbuka lebar-lebar.

"OMG!"

* * *

Somi sangat gelisah melihat pasangan yang tengah sarapan dihadapannya. Dia berkali-kali ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Sedangkan bibi Han melayani keduanya seperti biasanya. Walau begitu, matanya beberapa kali menatap perut Jaemin. 

Marrying Crazy RichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang