Venice adalah negara yang terkenal akan sebutan car free land, kota yang sangat indah dan klasik yang sangat cocok bagi pasangan pengantin baru seperti Jaemin dan Jeno. Jaemin bahkan semenjak mereka tiba merengek meminta menaiki gondola. Meninggalkan Mark membereskan semuanya, Jeno dengan patuh mengikuti keinginan Jaemin.
Jeno tersenyum kecil mendapati raut wajah bahagia Jaemin, mereka menikmati keindahan Venice dengan ditemani lantunan arus air dan musik klasik yang dimainkan oleh para gondolier, juga sensasi yang dirasakan saat gondola bergoyang karena gelombang kecil pada kanal, membuat suasana semakin sempurna. Mulut Jaemin tidak bisa menutup melihat begitu cantiknya Venice, arsitektur yang khas, keramaian pada pusat kota, memberi kesan tak terlupakan.
"Aku ingin kesini lain kali" Kata Jaemin sembari menyandarkan kepalanya di bahu Jeno. Jeno langsung merengkuh bahu Jaemin membawanya kedalam pelukan hangat. Cuaca sedang dingin tapi si manis ini tidak peduli dan hanya mengenakan sweater tipis.
"Kita akan kesini lagi... Bertiga" Jawaban Jeno membuat Jaemin mengerutkan keningnya.
"Dengan Mark lagi?"
Jeno hanya melirik, terlalu malas menjawab pertanyaan bodoh Jaemin.
* * *
Haechan sedang menikmati tehnya ketika pelayan kediaman bibi Sunny membisikan sesuatu ke telinganya. Senyum Haechan mengembang, dengan kedipan matanya sang pelayan segera tau apa yang harus dia lakukan. Bibi Sunny mau tidak mau mengeryitkan kening. Calon menantunya ini sudah pandai mengambil hati para pelayan kediamannya.
"Sepertinya kau sudah bisa mengendalikan mansionku dengan sangat baik"
Haechan tertawa mendengar sindiran calon mertuanya.
"Ibu jangan marah, para pelayan masih sangat patuh padamu. Aku hanya meminta sedikit bantuan"
Bibi Sunny tersenyum.
"Tidak mengapa, Mark adalah anakku satu-satunya dan kau akan menjadi calon menantuku satu-satunya. Sudah seharusnya kau bisa mengendalikan mansion sejak awal. Begitu kau memasuki mansion kau adalah tuan sejatinya. Tetapi, ingat tuan sesungguhnya dari semua tempat di Neo Village adalah Jaemin. Walaupun dia tidak diinginkan tapi kasih sayang Jeno tidak bisa diremehkan. Bergesekan dengannya akan menimbulkan ketidaknyamanan bahkan jika kau hanya diam di mansion" Bibi Sunny mengingatkan Haechan. Haechan mendengarkan dengan seksama.
Bergesekan dengan Jaemin?
Haechan menyesap tehnya, sejak Jaemin menikahi Jeno. Haechan sangat tau justru Jaeminlah yang harus di'tenangkan' daripada anggota keluarga Lee yang lain.
* * *
Puas menelusuri Canal Grande, Jaemin merengek ingin memakan pasta. Mereka mencari restaurant yang ada dekat kanal. Di dekat restaurant terdapat air mancur, bukan hal itu yang menarik tetapi banyaknya merpati yang memenuhi tempat itu. Jaemin dengan riang berlari mendekati merpati-merpati itu. Jeno melihati Jaemin sembari memasukkan tanganya ke dalam saku mantelnya.
"Jeno-ya... coba lihat!" Jaemin dengan heboh menangkap satu burung merpati. Jeno menghela nafas..
"Lepaskan Na" Jaemin dengan cemberut melepas merpati yang sudah susah payah dia tangkap.
"Jeno-ya setelah ini kita ke Piazza San Marco ya..." Jaemin menarik ujung mantel Jeno.
"Hotel kita memang didekat sana bodoh" Jaemin mencibir.
"Ayooo kita makan dulu" Jeno meraih tangan Jaemin dan menggenggamnya. Mereka berjalan ke restaurant dengan bergandengan tangan. Jaemin yang tidak bisa diam kembali berbicara hal-hal acak dan Jeno hanya menanggapinya dengan gumanan tidak jelas. Walau begitu keduanya sesekali tersenyum saat pandangan mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Crazy Rich
FanfictionJika kalian ingin bertanya maka bertanyalah pada Na uh sorry maksudku Lee Jaemin seperti apa rasanya menikahi orang kaya raya? ⚠ ini story nomin yang bisa nambah beban hidup ⚠ bagi yang ga kuat cerita berat-berat disarankan menjauh sejauh mungkin �...