8

491 65 6
                                    







'For the Fairest"_















Pagi itu Saint menyiapkan banyak makan dan menatanya di meja kecil bundar dalam kamarnya. Saint menatap pemuda yang masih lelap dalam tidurnya. Perth.

Saint melihat perth yang sangat tenang. Semakin di perhatikan saint semakin tak bisa berpaling, seketika wajahnya bersemu. Saint pun mulai membangunkan perth pelan.

"Perth"

"Eem.."

Perth hanya menggeliat dan masih memejamkan mata erat. Saint pun mengelus pipinya lembut.

"Bangunlah"

Perth menangkap tangan saint dan membuat saint seakan tersengat. Tubuhnya membatu. Ada desiran aneh dalam hatinya.

"5 menit lagi"

Saint tersenyum melihat perth yang bergumam dalam tidurnya. Matanya masih terpejam erat.

"L.."

Saint tersentak dan memandang perth. Tiba tiba hatinya nyeri. Kenapa perth menyebutkan nama L? Apa perth memimpikan L? Apa sebetulnya perth menyukai L?

Banyak pertanyaan yang tidak bisa saint temukan jawabannya. Perlahan dia menarik tangannya dari genggaman perth.

Tepat saat itu perth membuka mata dan tatapannya beradu dengan saint. Saint sedikit terkejut begitupun perth. Seolah mulai mengingat ingat bagaimana bisa ia terdampar disini perth pun tersenyum tipis. Saint mengalihkan pandangannya.

"Bangun dan ayo sarapan"

Setelah berujar seperti itu saint bangkit dan membereskan beberapa buku nya yang berserakan. Juga baju kotor yang ada di keranjang ia bawa turun ke lantai bawah.

Perth duduk dan penciumannya menangkap aroma sedap masakan. Perth melihat di depan ranjang ada berbagai jenis masakan yang di tata sedemikian rupa di atas meja bundar kecil dalam kamar ini. Perth tersenyum dan berjalan ke arah kamar mandi.

.
.
.
.

Di tengah taman yang seharusnya di penuhi oleh beberapa orang untuk melakukan aktifitas olahraga pagi menjadi riuh di sebabkan oleh beberapa gadis yang bertengkar di sana.

Mereka saling menarik rambut dan berteriak. Namun gadis yang di tarik rambutnya itu sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Tatapannya nyalang menahan emosi yang siap meledak.

"Bukankah kau seharusnya menghentikannya?"

Gadis dengan rambut sebahu yang sedang menarik rambut sang gadis satunya berteriak kesal. Tatapan matanya bukan menunjukkan emosi melainkan seolah kekecewaan yang mendalam.

" Aku tidak tahu" jawab gadis itu tenang.

Gadis satunya semakin keras menarik rambut gadis itu dan mendorong hingga tubuh gadis tadi terhempas dan menabrak bangku taman.

"Sialan kau L. Mau sampai kapan?" Teriaknya sebal. Matanya memerah menahan liquid bening yang hampir lolos.

Lian. Gadis yang terbaring itu menyentuk bahunya yang membentur keras bangku taman. Terasa nyeri. Tapi tak sebanding dengan perasaannya yang menatap gadis di depannya ini dengan pandangan yang sulit di artikan. Lian mencoba berdiri dan memasang wajah setenang mungkin yang ia bisa.

FAKE LOVE (PerthSaint)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang