16

325 41 5
                                    

_____________________________________

"Kakak mu gila"

Pink hanya diam mendengar semua cacian yang nick lontarkan untuk kakaknya.

"Pink. Lebih baik kau keluar saja dari keluarga itu. Ayah dan kakakmu. Semua keluargamu tidak ada yang waras"

"Bukankah kau juga berpikir aku gila?"

Pink berbicara lirih. Nick lalu terdiam mendengar ucapan gadis itu.

"Apa lian juga ikut terseret?"

"Berdo'a saja semoga tidak"

"Haaahh... Serius. Apa kau tidak memikirkan resikonya? Lian adalah orang yang paling terluka"

"Kau benar. Tapi aku hanya ingin lian kembali seperti dulu. Lebih jujur. Apa itu salah?"

"Sebenarnya apa yang terjadi antara kalian"

Pink tidak menjawab dan hanya memejamkan matanya. Badannya terasa remuk pasca kecelakaan yang ia alami. Masih bersyukur ia tidak mati. Nick benar. Keluarganya memang gila.

Pink tidak berfikir kakanya akan mengetahuinya dengan cepat.ini di luar perkiraannya. Pink melirik ke arah samping dimana lian tengah tertidur dengan pulas. Cepat atau lambat kaka nya akan memburu lian juga.

"Aku sudah mengobati semua lukamu. Tidak ada yang serius. Kau hanya harus beristirahat. Jangan membuat lian terus dalam masalah."

"Apa? Aku?"

"Sudahlah. Aku ada urusan. Aku akan pergi. Jangan hancurkan apartemen ku"

Pink mendengus mendengar ucapan nick.

.
.
.
.
.

"Perth. Apa kau yakin?"

"Tentu"

Perth menyeret koper saint masuk ke dalam rumah keluarganya. Saint hanya mengikuti perth dari belakang.

"Perth itu kau?"

"Swadie khap mae"

Perth memberi salam begitu pun saint.

"Kenapa berdua? Lian mana?"

Perth mengernyit. Lian tidak pulang semalam?

Saint melihat raut khawatir di wajah perth. Dan itu sedikit membuatnya sedih. Saint tau, dia tidak bisa menjadi satu satunya untuk perth. Tapi dia harus bertahan.

"Semalam dia mengabari mae bahwa akan menginap di rumahsakit dan paginya pulang bersama kalian. Karna saint sudah boleh pulang"

"Lian juga yang meminta izin pada mae untuk mengizinkan saint tinggal bersama kita."

Perth dan saint saling menatap. Untuk hal ini perth cukup terkejut. Lian tidak pernah mengutarakan keinginannya meski hanya kecil. Seperti membuat kue. Tpi dia meminta izin untuk saint. Apa lian benar benar melakukannya?

Perth meremas jemarinya. Ia tidak tau lagi harus berpikir seperti apa untuk lian.

"Perth?"

"Khap mae?"

"Lian mana?"

"Ah, dia bilang akan mengurus sedikit keperluan. Benarkan phi?"

Saint tidak mengerti tapi ia hanya mengangguk.

"Baiklah. Ajak saint ke kamarnya. Itu sudah di bersihkan bibi. Lalu datanglah untuk makan"

"Baik mae. Ayo phi"

Perth berjalan terlebih dahulu.

"Terimakasih banyak mae. Saint tidak tahu bagaimana membalas kebaikan mae dan semuanya"

FAKE LOVE (PerthSaint)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang