Tidak sulit membayangkan kenapa Revan ingin jadi polisi. Hidup besar di lingkungan buruk membuatnya ingin mendapatkan keadilan. Dan siapa lagi yang memerangi kejahatan selain polisi? Sudah menjadi tugas mereka untuk memberantas kejahatan.
Semua jelas-jelas bermula saat Revan lahir dan dibesarkan. Awalnya dia tidak tahu apa-apa soal latar belakang keluarganya. Dia hanya tahu orangtuanya terlalu sibuk bekerja, sehingga dia sering ditinggal di tempat penitipan anak bersama kakaknya, Nindi. Revan senang bisa ada di sana—banyak teman sebayanya, dan mereka bebas bermain sesuka hati. Bermain musik, kejar-kejaran, hingga berdandan bagi anak-anak perempuan. Revan tidak kesepian, meski orangtua dan kakaknya jarang berada di dekatnya.
Semakin Revan bertumbuh, semakin dia tahu bahwa hidupnya tidak pernah seindah itu. Umurnya tujuh saat dia melihat anak-anak berseragam merah dan putih masuk ke sebuah gedung, diam di sana selama beberapa jam, lalu dijemput orangtua masing-masing. Itu dinamakan sekolah, dan Revan tidak bersekolah. Dia terus-terusan ada di tempat penitipan yang sama, bersenang-senang dengan belajar main gitar dan bermain. Ayahnya, yang dia kira bekerja di tempat penitipan, ternyata adalah seorang kriminal yang mengepalai organisasi kampret. Ibunya, yang dia kira bekerja di restoran, ternyata adalah pelacur yang menjajakan badannya dan beberapa gadis lain di bar. Dan saat Revan menanyakannya pada kakaknya, Nindi berkata bahwa sudah takdir mereka untuk berada di dalam dunia kotor ini.
Revan membenci orangtuanya. Revan membenci Nindi. Revan membenci tempat penitipan itu beserta seluruh isinya. Di atas semuanya, Revan membenci semesta kampret yang memberikan takdir kampret padanya. Seorang anak memang tidak bisa memilih tempat dia dilahirkan dan dibesarkan, tapi ayolah! Di tengah para kriminal? Takdir kampret macam apa itu?
Meski begitu, Revan tidak benar-benar punya pilihan untuk memberontak. Yang membangkang akan dipukuli, yang menolak akan ditendang. Revan akhirnya harus memilih satu dari sekian pekerjaan yang tidak menyenangkan: pengamen, pencopet, tukang pukul, atau pekerja seks. Dia tidak cukup lincah untuk jadi pencopet, tidak cukup kuat untuk jadi tukang pukul, dan, yah, tidak cukup menarik untuk jadi pekerja seks. Satu-satunya bakatnya adalah menyanyi, dan jadilah dia mengamen.
Butuh sepuluh tahun dan entah berapa puluh tonjokan sebelum akhirnya Revan tidak tahan lagi. Rencananya sederhana: melaporkan perbuatan Dadan ke polisi. Hari itu dia mengamen, mengumpulkan uang secukupnya, lalu tidak pulang saat dijemput. Tidak pulang untuk sehari adalah hal yang lumrah asalkan dia sudah izin. Entah di emperan toko mana dia tidur malam itu. Tekadnya bulat. Dia akan pergi ke kantor polisi dan melaporkan kelakuan si bos kampret, ayahnya sendiri.
Setelah diusir dari emperan itu, Revan segera menuju kantor polisi terdekat. Dia melaporkan semua yang dilakukan Dadan pada polisi yang bertugas di sana. Revan bahkan menunjukkan parut di punggung dan perutnya. Melihat polisi muda itu mencatat laporannya dengan tekun memberinya harapan bahwa semua akan baik-baik saja sekarang. Dia bisa bebas dari bos kampret.
Tapi apa yang dia dapatkan? Hanya ucapan seorang sersan buncit yang begitu menyakitkan, mengusirnya meski dengan begitu lembut.
"Sudahlah, Nak, kamu hanya membuang-buang waktumu. Lebih baik kamu pulang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa. Anggap saja hari ini nggak pernah terjadi."
Revan bahkan ingat, polisi muda itu pun kehilangan harapan yang dulu terpancar dari matanya. Polisi tidak mampu melindunginya karena mereka bahkan tidak peduli. Bahkan, bisa saja mereka sudah dibungkam.
Dia melarikan diri entah ke mana, bersumpah tidak akan pernah mau berharap lagi. Semesta akan menghancurkan harapannya semudah membalikkan telapak tangan. Semesta tidak akan melepaskannya dari takdir kampret miliknya—takdir yang mengharuskannya menjadi pengamen seumur hidupnya. Semesta jahat, dan apa pun yang Revan lakukan untuk melawan, dia tidak akan menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Theory of the Universe
RomanceSasha punya teori tentang semesta: ia bekerja sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh umat manusia. Revan punya teori lain: semesta bekerja sedemikian rupa untuk mencelakakan semua orang. Namun, semesta punya teori berbeda mengenai cara dunia bekerja...