Theory 1: A Good World

1.3K 146 34
                                    

Sasha mencatat materi yang sedang dijelaskan oleh dosennya. Selagi mencatat, dia melirik ponselnya yang tergeletak di atas buku catatannya. Sedari tadi, pesan yang dia tunggu-tunggu belum tiba.

Sasha tidak bermaksud bermain ponsel saat kelas. Biasanya, dia tidak melakukan itu. Hanya saja, sekarang, dia menunggu pesan yang sangat penting. Ada seorang pengusaha yang ingin memberikan donasi pada Lentera Damai. Pengusaha itu bilang dia akan mentransfer dananya siang ini, maksimal jam satu siang. Sekarang sudah jam dua dan belum ada tanda-tanda donasi itu sudah dikirim.

Dosennya menanyakan sesuatu pada seisi kelas dan Sasha mengalihkan pandangan. Materi hari ini agak susah dipahami, jadi dia harus fokus.

Semenjak bergabung dengan Lentera Damai dua tahun yang lalu, Sasha menjadi sangat sibuk. Dia harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah, belajar, dan membantu di organisasi tersebut. Seringkali dia kelabakan karena punya banyak tenggat waktu di saat yang bersamaan. Dia nyaris saja menyerah dan ingin keluar dari organisasi semester lalu kalau saja dia tidak ingat apa alasannya bergabung pertama kali.

Ponselnya menyala. Sasha melirik ke bawah. Pengusaha tadi sudah mengirimkan donasi. Sambil tersenyum kecil, Sasha membalas pesan pengusaha tersebut dan mengecek tabungan. Hatinya tenang setelah itu.

Sasha kembali memperhatikan materi. Berada di kelas ini sama pentingnya dengan bantuan yang dengan sukarela dia berikan lewat Lentera Damai. Dia harus belajar dengan baik.

:::::

"Sha, tungguin!"

Sasha menoleh. Naya menyelinap di antara para mahasiswa yang bergerombol di lorong sambil mengobrol. Sasha menunggu hingga teman dekatnya itu mendekat, baru lanjut berjalan ke parkiran. Langit tampak agak mendung. Semoga hari ini tidak hujan.

"Lo mau ke Etimologi, nggak?" tanya Naya, mengikuti langkah Sasha. "Gue kangen nih sama abang lo."

"Mending lo daftar jadi barista atau waitress di sana, biar ketemu Bang Dirga tiap hari." Sasha memutar bola matanya. Meski begitu, mulutnya membentuk senyuman geli.

Etimologi merupakan kafe sekaligus coworking space yang didirikan dan dikelola oleh Dirga, kakak sepupu Sasha. Sebagai laki-laki lajang, mapan, dan punya tampang lumayan, Dirga menjadi magnet yang menarik para perempuan, termasuk Naya. Untung saja, Naya cukup tahu diri dan tidak mengejar Dirga secara berlebihan.

"Lo bisa bayangin gue bikin kopi?" Naya menggerutu. "Bisa bikin kopi instan tanpa masalah aja udah bersyukur. Kalau gue jadi barista, yang ada gue langsung dipecat begitu menyentuh biji-biji kopi pilihan."

Sasha tertawa. "Iya, gue ke Etimologi, kok. Tapi mau ke Lentera dulu. Mau ngabarin soal donasi."

"Siapa mau ke Etimologi?" teriak Yasmin seraya merangkul kedua sahabatnya. "Kalian nih, ninggalin gue. Gue kan, juga mau deket sama abang ganteng."

"Yas, lo malu-maluin di Etimologi, mending nggak usah ikutan," balas Naya.

"Ih, ngusir." Yasmin menggerutu. "Mik, gue diusir nih. Bantuin, dong!"

Mikaela, yang sedari tadi menatap layar ponsel selagi berjalan di sisi ketiga temannya, mengangkat bahu. "Bang Dirga terlalu baik buat lo. Lo tuh pantesnya nyari fuckboy kayak Donny Juan."

"Pertama, Donny nggak pantes jadi Don Juan. Kedua, gue ogah balikan sama mantan. Ketiga, gue juga pengin kali, dapet cowok baik-baik." Yasmin mendesah berkepanjangan. "Kalian jangan jahat-jahat dong, sama gue."

"Iya, iya, lo diajak, kok." Sasha menyeringai. "Tapi kalian duluan aja. Gue ke Lentera dulu."

Yasmin bergegas merangkul Sasha. "Sash, honey, lo yang paling mengerti gue."

The Theory of the UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang