Sasha berdiri di perempatan tempatnya bertemu Revan untuk pertama kalinya. Sekarang sudah melewati jam makan siang, jadi Revan seharusnya sudah ada di sini. Hanya saja, sejauh ini, tidak ada tanda-tanda keberadaan Revan di situ, atau bahkan pengamen lain.
Sasha bahkan sudah bertanya orang di sekitar sana—beberapa penjual toko kelontong dan seorang penjual bakso. Si penjual bakso yang begitu ramah malah bercerita panjang lebar mengenai interaksi mereka berdua beberapa waktu yang lalu, saat Revan menanyakan arah untuk menuju ke stasiun terdekat. Revan bahkan meminjam ponselnya untuk menelepon seseorang. Sepertinya dulu Revan menelepon Sasha menggunakan ponsel Mbah Kung, si penjual bakso. Sasha berakhir mengobrol lebih lanjut soal Lentera Damai dan nasib para pengamen jalanan sambil memakan seporsi bakso.
"Sebenernya memang kasian orang-orang seperti Revan itu," kata Mbah Kung sambil menyiapkan bakso. "Mereka sering nggak punya pilihan."
"Saya setuju," Sasha mengangguk. "Mereka hanya nggak beruntung."
Sasha berakhir berbicara banyak pada Mbah Kung tentang para pengamen, orang-orang yang hidup di jalanan, dan Lentera Damai. Setelah dia selesai makan pun, Mbah Kung setuju untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Lentera Damai sebisanya. Sasha mendapatkan seorang sukarelawan lain, tapi tidak menemukan Revan.
Di mana Revan mengamen? Cowok itu memang tidak bercerita banyak, tapi seingat Sasha, Revan hanya mengamen di jalan ini. Tidak ada lagi yang Sasha ketahui tentang jadwal, jalur, atau informasi apa pun yang bisa membantunya menemukan Revan. Sasha sudah mengitari lingkungan ini, tapi nihil. Dengan perasaan kalah, dia meninggalkan daerah ini dan menuju Etimologi.
Begitu sampai di Etimologi dan mendekati konter, Dirga langsung menawarkan minuman, yang Sasha tolak dengan halus. Sejak Revan ditangkap oleh organisasinya beberapa hari lalu, Dirga selalu memberikan minuman atau makanan gratis setiap Sasha datang. Sasha tahu Dirga merasa bersalah, dan berusaha membayarnya sebisanya. Sejujurnya, hal ini malah membuat Sasha tidak nyaman.
Setelah meminta Dipta, salah satu barista Etimologi, untuk menggantikannya, Dirga mengajak Sasha ke gudang untuk berbicara. Gitar putih yang teronggok tak digunakan di pojok ruangan mengingatkan Sasha pada saat suara Revan mengisi sudut-sudut Etimologi. Harapan kental dalam suaranya.
"Ehm." Dirga berdiri di hadapan Sasha, menghalangi pandangannya dari gitar putih itu. "Jadi, apa ada kemajuan?"
Sasha menggeleng. "Gue cari ke tempat dia mengamen yang biasanya. Nihil. Antara dia pindah tempat mengamen, atau...." Perkataan Sasha terputus karena dia hampir-hampir takut ucapannya akan berubah menjadi kenyataan. Dia melanjutkan dengan lirih, "Revan belum... belum mati, kan? Bosnya kan...."
"Kita nggak boleh memikirkan kemungkinan itu," balas Dirga tegas. "Menurut gue, sekesal apa pun si bos sama Revan, dia nggak akan menghukum sampai membunuh. Kenapa mereka susah payah membawa Revan kembali kalau dia hanya akan dibunuh?"
"Bener juga," Sasha mendesah. Dia berusaha mengusir jauh-jauh pemikiran terburuknya. "Kalau soal organisasi ini, ada informasi tambahan yang berhasil lo dapatkan, nggak, Bang?"
"Setahu gue mereka beroperasi di Jakarta, terutama Jakarta Selatan dan Barat. Markas mereka ada di Jakarta Barat. Kalau nggak salah, mereka punya gabungan organisasi serupa di Jabodetabek dan beberapa daerah di Jawa Barat. Jadi, kalau lo pengin benar-benar menyelamatkan Revan, lo harus bawa dia ke luar Jakarta, bahkan kalau bisa di luar Jawa Barat." Dirga terdiam sejenak sebelum menambahkan, "Orang-orang mereka dipekerjakan sebagai pengamen, pencopet, atau PSK di kelab-kelab murahan."
Sasha bergidik. Banyak orang yang tidak seberuntung dirinya sehingga harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sepantasnya hanya demi mendapatkan uang. Rasa-rasanya dia ingin menolong mereka semua. Ada kalanya dia berharap punya kemampuan untuk mengubah realitas hidup dan menjadikannya jauh, jauh lebih baik dari yang sekarang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Theory of the Universe
RomanceSasha punya teori tentang semesta: ia bekerja sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh umat manusia. Revan punya teori lain: semesta bekerja sedemikian rupa untuk mencelakakan semua orang. Namun, semesta punya teori berbeda mengenai cara dunia bekerja...