SIXTEEN

67 4 0
                                    


(Diva pov)

Sudah 2 minggu berlalu dan akhirnya nenek bisa terbebas dari infus yang menempel di tangannya. Bahagia sekali akhirnya sebagai cucu aku bisa merawat nenek ku hingga pulih ya walaupun tidak sepenuhnya tapi aku yakin nenek akan sehat sampai dia melihatku dan suami ku berada di pelaminan dan tersenyum kepadaku atas kebahagiannya.

"Hah senang sekali berimajinasi memikirkan kalau aku akan menikah dan dilihat oleh nenek. Bahagianyaaa."

"Kamu ini kenapa lah div?"

"Hehe ngga nek ngga. Hanya lelah dan ingin melepaskannya."

"Oh ya? Apa kamu lelah merawat nenek,ya sudah tidak perlu nenek bisa sendiri ko."

"Ihh nenek ko gitu. Aku bukan bermaksud kaya gitu,nenek jangan baperan dong,udah kaya cewe di gombalin aja."cemberut ku kepada nenek.

"Hahahaha lucu sekali cucu nenek yang cantik mempesona ini. Dan Diva nenek ingin bertanya."

"Apa nek?"

"Apa itu baper?"

"Aduh ampun nek aku lupa kalau nenek ngga muda lagi."

"Ishh mana ada nenek masih jiwa jiwa remaja loh div. Lihat tubuh nenek masih kaya model kan?"

"Oh no no nenek kurang berisi karna cairan infus itu. Ayolah kita buat tubuh nenek jadi model,"

"Kuy!!!"

"Hahahahaha nenek apa tadi 'kuy' nenek tau darimana itu?"

"Dari temanmu Lauren itu. Temanmu selalu mengajarkan nenek bahasa bahasa anak gaul sekarang tapi hanya satu yang tidak dia ajarkan ya tadi kata yang kamu ucapkan barusan."

"Sepertinya aku harus memberi dia nasihat agar tidak meracuni otak nenek deh."

"Jangan dong dia kan baik. Menambah wawasan nenek terhadap jaman millenial sekarang."

"Sudahlah nek. Sepertinya kita akan terus berlama lama di ruangan tidak nyaman ini kita lanjut di rumah lah obrolan tidak bermutu ini,oke nek? Hmm tapi sebelumnya kita harus mengisi perut dulu. Kuy nek!"

"Kuy Div!"

"Haduhh nenek."

***

Setelah sampai dirumah aku meminta agar nenek segera masuk ke kamar dan beristirahat.

"Bosan sekali rasanya tidak melakukan pekerjaan apapun hari ini. Hmm oh iya aku ingat bagaimana kondisi pak Richard yah,apa aku jenguk saja. Aku merasa bersalah meninggalkan nya waktu itu. Yasudahlah mari kita siap siap!"

Setelah bersiap aku pamit kepada nenek untuk pergi menjenguk Pak Richard dan nenek malah mengatakan begini

"Salam ya untuk calon suamimu."

"Apa sih nek."

"Mukamu merah div,apa kamu sakit?"

"Tidak nek. Aku pamit lah sekarang,Assalamualaikum."

"Waalaikum salam.Hati hati!"

"Iya nek."

Sebal sekali rasanya. Jika atasan ku yang gila itu dengar maka dia akan besar kepala sepertinya.

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dari rumah nenek kerumah sakit. Akupun sampai aku segera menanyakan kepada resepsionis dimana ruangan Pak Richard sekarang, karna terakhir kali aku kesini Pak Richard masih berada di ruangan UGD.

"Atas nama Pak Richard Marvelio Hathaway berada diruangan VVIP mbak nomer 23."

"Oke terimakasih."

Segara aku bergegas jalan untuk mencari ruangannya. Setelah ku menemukan aku berfikir dahulu untuk masuk tiba tiba pintu terbuka.

"Kamu? Diva kan?"

"Iya om hehe. Maaf."

"Masuk masuk Richard sudah menunggumu."

"Emm?"

"Masuklah."

"Terima kasih om."

Aku terkejut melihat wajah Pak Richard terlihat berseri seri dan bahagia sekali melihat kedatanganku, apa aku terlalu geer.

"Diva!Kamu datang!"

"Ehehehe iya Pak. Kemarin...Cup..."

"Aku kan sudah bilang berkali kali padamu untuk tidak memanggilku dengan embel embel pak! Apa kau ingin aku mencium bibirmu,hmm?"

"Kau ini kenapa sih. Aku tidak mau kamu menciumku lagi,kamu menganggap aku wanita seperti apa yang dengan mudah dicium."

"Ya makanya jaga ucapan mu sayang."

"Ya ya ya. Aku hanya ingin meminta maaf karna kemarin aku meninggalkanmu disini sebelum keluarga mu datang dan sekalian karna aku manusia yang baik maka aku sekalian menjengukmu."

"So sweet nya permaisuri ku ini. Apa kamu mulai menyukai ku sayang?"

"RICHARD BERHENTI MENYEBUTKU DENGAN KATA SAYANG! ATAU AKU TIDAK AKAN MAU MENEMUI MU LAGI!"

"Calm down sayang maafkan aku kalau begitu,upsss keceplosan,hhehe."

"Ishh sudahlah menyesal aku pergi menjengukmu bila kamu seperti ini mending aku pulang saja."

"Iya iya maaf maaf Diva."

"Nah good boy ."

"Hm. kamu yang semalam menemaniku disini?"

"Iya semalam ada yang menelfonku dan meminta ku untuk datang ke rumah sakit. Dan sampai sini apa yang ku dapatkan hanya duduk menunggu hingga aku bosan dan akhirnya aku menyerah dan pulang ke rumah tanpa tahu keadaan mu."

"Tenang Div aku tidak apa apa. Terima kasih kamu sudah mau menjengukku."

"Sama sama. Aku hanya prihatin padamu."

"Oh yah? Kenapa ?"

"Aku khawatir kamu sendirian dan juga aku membalas budi atas apa yang kamu lakukan pada nenekku sebelumnya."

"Tidak perlu merasa begitu Div. Aku suka dengan nenek mu dia wanita yang kuat walaupun dia sedang berada di rumah sakit tapi dia tetap tersenyum dan seringkali bercanda denganku. Mungkin memang benar sifat itu turun kepadamu sehingga aku pun menyukaimu juga seperti aku menyukai nenekmu."

"Apakah kau sudah mulai gila?"

"Apa maksudmu mengatakan aku gila."

"Kamu bilang kamu menyukai nenek ku maka dari itu kamu pun menyukai ku DASAR SERAKAH!"

"Apakah kamu cemburu pada nenekmu hmm?"

"Emmm sudahlah kita akhiri obrolan tidak penting ini aku mau pulang. Get well soon Untukmu."

"Ett dasar kamu mau mengalihkan semuanya dan kamu ingin pulang begitu saja? Jawab dulu pertanyaanku tadi,apakah kamu cemburu pada nenekmu?"

"Tidak.  Aku pamit dulu,satu lagi tadi ada salam dari nenek."

"Waalaikumsalam. Salam kembali dari ku untuk nya."

"Hmm. Aku pergi assalamualaikum."

"Ahh kamu tidak asik. Pundungan ihh."

"Serah!"

"Ya sudah nanti jangan lupa jenguk aku lagi yah,akan ku ingatkan nanti."

Tanpa berbicara lagi aku segera pergi. Aku tidak ingin memperpanjang obrolanku lagi dengan dia,entah kenapa aku bingung kenapa aku bersikap seperti itu tadi.

Dan soal nenek yang menyebut Richard dengan sebutan calon suamiku tadi mengapa membuatku menjadi blushing  sih. Ahh ini membuat ku gila!

***

Mustahil bila kau tidak percaya cinta,karna kita ada karna cinta....

IM FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang