SEVEN

195 6 2
                                    


Akhirnya pada jam makan siang aku dan Lauren,ya Lauren adalah karyawan yang sama denganku. Kita memilih untuk makan didekat kantor. karna khawatir akan waktu yang tidak cukup. Lauren pun segera memesan makanan.

"Eh div kamu mau makan apa?"

"Apa saja lah,samakan dengan mu."

"Tapi aku hanya ingin memesan salad."

"Salad? kamu gila ini makan siang bukan sarapan ayolah."

"Tapi nanti kalau aku makan berat,badanku tidak proporsional lagi dan aku ngga mau."

"Apa yang kamu pikirkan sih? buat apa badan seperti itu. Memangnya kamu model atau mungkin artis?"

"Tidak sih. Aku hanya ingin terlihat bagus dengan penampilanku,dan satu lagi aku ingin terlihat menarik didepan CEO kita."

"Maksudnya si Richard"

"Apa kamu gila? Sangat tidak sopan sekali."

"Hehe maaf abisnya lama lama aku kesal bila sopan kepadanya."

"Iya si sepertinya Pak Richard itu suka kepadamu deh."

"Tidak mungkin lah ren masa sihh."

"Nothing impossible in the world div,bisa jadi benar kan."

"Emm sudahlah kita pesan saja. Biar aku yang memesan yang kamu juga."

"Ah tidak tidak div aku saja."

"Sudah aku saja,kalau kamu yang pesan pasti akan tidak benar. Sudah lupakan badan mu,organ mu juga butuh gizi!"

"Ya sudahlah memang keras kepala."

"Ehmm kamu bilang apa tadi?"

"Eh maaf. Aku tidak bilang apa apa ko."

"Ishh. Aku pesan dulu tunggu disini."

"Yaaa baiklah."

Disaat aku memesankan makanan untuk ku dan untuk Lauren. Entah siapa ada yang memanggilku dari belakang.

"Divaaaaa."

"Maaf anda siapa?"

"Kamu tidak mengingatku sama sekali?"

"Emm sorry tidak."

"Ingatlah div aku laki laki yang menemuimu pada 5 tahun yang lalu."

"Maksudmu aku benar benar tidak mengerti."

"Mungkin aku sudah dilupakan,maaf aku harus segera pergi."

"Eh tunggu dulu."

Aku tidak bisa mengejarnya karna ia berlari sangat tergesa gesa,dan hal yang membuatku tak bisa mengejarnya adalah karna pesanan ku sudah siap. Segera aku mengambil pesananku dan kembali ke tempat ku.

"Hey kamu ini sangat lama sekali div. Aku hampir saja diculik oleh lelaki tampan itu."

"Tampan? Yang mana si?"

"Itulohh itu yang duduk di depan kita."

"Mengkhayalmu sepertinya sudah masuk stadium akhir deh ren."

"Apasi emang aku sakit. Apakah kamu menginginkan aku sakit?"

"Eitt pikiranmu itu loh."

"Ya sudah mana makananku?"

"Nih. Aku belikan Nasi goreng untukmu."

"Apa?! Nasi goreng oh no div aku ga mau!!!!"

"Kenapa? oh ya aku mengerti kamu ingin menjaga badanmu itu kan? tapi apakah kamu mau juga sekaligus membuat badanmu itu kurus kerempeng karna tidak mengonsumsi karbohidrat hmm?"

"Aku tetep ga mau."

"Ya sudah kamu pergi sana makan sendiri."

"Diva mengerti lah aku mohon. Aku gamau makan nasi goreng."

"Makan lauren!"

"Iya iya aku makan. Aku takut jika melihatmu seperti ini."

"Makanya makan saja apa susahnya sih."

"Hmm, iya dee."

Disaat makan aku mengingat nenek ku yang sedang berada dirumah sakit. Aku belum menelfonnya sejak tadi karna kesibukanku. Akhirnya karna rasa penasaranku aku menelfonn nenek kesayanganku itu.

"Assalamualaikum nek."

"Waalaikumsalam diva,ada apa sayang kamu menelfon nenek?"

"Apakah tidak boleh cucu nenek yang cantik ini menelfon?"

"Tentu saja boleh. Nenek hanya bertanya jangan tersinggung."

"Hehe aku hanya ingin tau bagaimana kondisi nenek sekarang?"

"Nenek baik sayang, oh iya apakah kamu sudah makan ini sudah jam makan siang loh."

"Ini aku juga lagi makan nek. Harusnya aku yang bertanya apakah nenek sudah makan? apakah suster sudah memberi obat?"

"Sudah ko tadi nenek sudah makan,sehabisnya nenek minum obat."

"Syukurlah nek,kalau nenek baik baik saja."

"Iya nak. Nenek hanya berpesan jaga dirimu baik baik yah,jangan lupa hati hati."

"Baiklah nek akan ku ingat pesan nenek."

"Ya sudah lanjutkan makanmu nanti jam makan siangmu habis bila terus berbicara dengan nenek,kamu makan sendiri?"

"Hehe iya nek iya. Tidak ko aku makan dengan lauren."

"Ya sudah ingat pesan nenek tadi,dan segera habiskan makanmuNenek tutup yahh. Assalamualaikum."

"Iya nek,waalaikumsalam."

Tut tut tut...

Perasaanku sedikit tenang dengan kabar bahwa nenek ku baik baik saja. Karna menurutku kebaikan nenek ku adalah kebaikan ku juga sama dengan kebahagiaan nya adalah kebahagiaan ku juga. Nenek ku sudah aku anggap bukan sekedar nenek,tapi sudah ku anggap sebagai ayah dan ibu kuuu...

" Div sudah selesai?"

"Sudah ayo kita balik kantor."

"Yok lah."

"Eh makananmu habis? Tumben."

"Terus salahkan aku."

"Hehe peacee babyy."

"Sudahlah ayo,"

***

IM FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang