(Author's pov)Sunrise di pagi hari membuat siapa saja rela bangun pagi hanya untuk melihatnya. Mengapa? Karna perubahan langit dari malam menjadi siang lah yang sangat indah. Gradasi warna yang dihasilkan membuat hati seseorang menjadi damai dan juga tenang.
Pria berumur hampir setengah abad itu, tengah memandangi jendelanya yang langsung berhadapan dengan sunrise. Pria itu adalah Marvelio Thiele Hathaway.
Dia sengaja bangun pagi sekali untuk sekedar melihat indahnya langit di pagi hari. Hal itu dia lakukan setiap hari semata mata hanya untuk menenangkan diri sejenak sebelum ia kembali melakukan rutinitasnya.
Bekerja dan bekerja itulah rutinitasnya setiap hari,mungkin bisa jadi seharian penuh hanya ia habiskan untuk bekerja.
Alasan lainnya adalah ia selalu merasa menyesal saat terbangun dari tidurnya. Ia selalu dihantui oleh mimpi buruk yang membuatnya terkadang tidak bisa istirahat walaupun tubuhnya itu sudah memintanya.
Hal yang menghantui dia adalah masa lalunya. Saat itu dia tidak berpikir panjang melakukannya, ia hanya terfokus pada istrinya,ibu dari anaknya Richard dan Alm. Alfan. Renata selalu ada di dalam mimpinya dan menampilkan raut wajah yang kecewa dan sedih,ditambah dengan wajah cantiknya yang pucat dan mengeluarkan air mata.
Seketika ia terbangun mengingat masa lalunya dan selalu menangis. Bahkan pernah satu kali ia bermimpi,istri dan anaknya yang sudah meninggal mengatakan bahwa:
"Pah,kenapa papah tega kepadaku?apa kesalahanku hingga papah tidak mau menganggapku?sehingga sampai aku mati pun papah tetap tidak mau pergi ke makamku,"ucap Alfan,sang anak sulung.
Ketika mimpi ini datang,sesuatu didalam hatinya terasa sakit. Ia merasa bahwa ia sudah gagal menjadi seorang ayah bagi anaknya. Ia tidak bisa menjaganya,sampai anaknya meninggal,ia bahkan tidak tahu.
Semuanya tentang dia,dia tidak mengetahuinya yang dia hanya tau adalah anak satu satunya yang dia anggap yaitu Richard. Alfan lahir sebelum Richard tapi keluarga istrinya tidak ingin mengakuinya,karna ia terlahir sebelum Marvel dan Renata menikah.
Sangat sedih menerima itu semua,ingin sekali ia pergi ke makam anaknya itu. Apakah kamu rindu dengan papah nak? Sampai hadir di mimpi papah. Begitu isi hati nya.
Marvel berjanji suatu hari ia akan menemukan makam anaknya dan pergi kesana dan memeluk batu nisannya ya itu janjinya! Bagaimana pun Alfan masih darah dagingnya,dia harus bertanggung jawab!
"Mas aku mohon,beritahu semua ini kepada dia mas. Aku tidak ingin kalian menderita,dan bila dia masuk ke dalam keluarga kita tolong izinkan dia masuk. Berilah dia kebahagiaan yang sebelumnya kita renggut. Jangan seperti ayahku mas,aku mohonnn"ucap Renata,istrinya.
Bahkan istrinya sudah memberikan pesan agar ia memberitahu semuanya. Tapi kepada siapa? Dia? Siapa? Apakah Richard atau anak yang menjadi korban nya?
Tapi satu lagi yang membuatnya bingung,dia akan masuk ke dalam kehidupannya maksudnya apa?Memikirkan itu semua membuatnya menderita darah tinggi yang begitu membahayakan nyawanya, sehingga ia harus terus memakan obat yang diberikan dokter.
Dokter mengatakan bila ia stress maka darah tingginya akan naik dan berakibat fatal,karna ia berjanji sebelum ia mati ia akan memenuhi pesan Renata dan Alfan.
***
(Diva pov)
"Hai honey."
"Maaf permisi pak. Saya mau lewat."
"Hey mau kemana sih buru buru sekali."
"Saya mau mengerjakan laporan yang belum selesai kemarin pak."
"Kamu ingat konsekuensinya bila kamu memanggil ku dengan itu? Kamu ini pelupa sekali sih.Lama lama aku ingin memecatmu saja..."
"Maaf Richard bukan maksudku."
"Dan aku juga belum selesai berbicara. Lama lama aku ingin memecatmu dan menjadikanmu sebagai seorang menantu di keluargaku."
"Apa maksudmu?"
"Peka lah sedikit."
"Ya ampun Richard aku tidak ada waktu untuk tebak tebakan. Maaf aku permisi,ada hal lebih penting yang mesti aku kerjakan."
"Apa menurutmu perasaanku ini tidak penting div?"
"Perasaan apa?"
"Apa kamu tidak merasakannya?"
"Maaf saya permisi."
Diva mulai merasa tidak enak hati mengabaikan Richard. Karna bagaimanapun dia adalah atasannya,tapi ntah kenapa dia ingin sekali mengetahui perasaan Richard. Apa sebenarnya yang terjadi pada hatinya? Susah sekali ditebak.
"Sudahlah.Kenapa aku ini dari kemarin tidak bisa fokus, pekerjaan ku kan jadi tidak beres-beres."
"Nih aku bawakan teh untukmu."
"Hehe makasih ren."
"Iya sama-sama.Kamu itu kenapa sih? Dari kemarin sepertinya ngga fokus trus,kerjaan mu juga tumben lebih banyak dariku."
"Biasalah ren aku kan banyak masalah."
"Masalah apalagi sih Div. Apa masi soal Pak Richard?"
"Bukan ko."
"Lalu soal apa?"
"Ada lah ini privasi aku. Maaf aku gabisa cerita."
"Tuh kan aku ngambek ahh sama kamu."
"Lah kenapa? Jangan dong."
"Kamu ini selalu nganggep aku orang lain. Padahal kan aku udah anggep kamu kaya sodara aku sendiri.hiks hiks ;("
"Aduhh jangan nangis dong ren. Aduh gimana nih,berhenti yah nangisnya. Emm ada alasan lain ren bukan aku gamau tapi yah itu."
"Itu apa?!Kalau kamu gamau cerita yauda gapapa ko,mungkin aku ini emang terlalu kepo."
"Engga gitu ren. Yaudah aku mau cerita ke kamu tapi aku mohon nanti aja ya sepulang kita kerja."
"Kenapa harus gitu?"
"Karna aku gamau ada orang kantor yang denger. Nanti kita ke Cafe tempat kita dulu sering ketemu aja,Oke?"
"Yaudah iyaaa. Emm maaf ya div aku cengeng."
"Harus nya aku yang minta maaf. Maaf ya udah bikin kamu nangis bukan maksud aku kaya gitu,kamu juga udah aku anggap sodara aku. Aku sayang sama kamu ren."
"Huaaa sama divaa aku juga sayang sama kamu. Sinii pelukk."
"Hehe udah ya jangan nangis kita diliatin tau."
Seketika mereka merasa malu dan melepas pelukan persahabatan yang sangat berarti bagi mereka berdua.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
IM FINE
Fiction généraleKenyataan yang pahit ketika mendapatkan kebenaran bahwa sesungguhnya apa yang membuat kita bahagia dan senang itu ternyata ada dibalik keterpurukan yang kita alami. Semuanya berawal dari DENDAM yang disimpan dan dilampiaskan kepada orang yang sama s...