BAGIAN 1

939 51 2
                                    

Seorang namja muda  berkulit kecoklatan terus merengek pada orang tuanya, tanpa ada rasa malu ataupun segan seakan itu hal yang sangat lumrah untuk dilakukan. "Appa jebal! Tidak apa-apa kalau aku mengulang setahun lagi, aku ingin berangkat bersama kalian."

Namja setengah baya yang dipanggil namja muda tadi appa hanya menggeleng, "Hanya selisih 3 hari Yul, setelah UN, kamu dan Yoong ditemani pak Park dan pak Oh akan menyusul kami ke Inggris, Appa tidak mau kamu mengorbankan 1 tahun usia kamu untuk ini semua!"

Namja muda yang dipanggil appa nya dengan nama Yul itu semakin mengeratkan genggaman dilengan baju Appa nya, "Pernikahan hanya sekali seumur hidup Appa, aku sungguh ingin membantu persiapan pernikahan Boa noona, semua keluarga besar kita berangkat hari ini untuk membantu persiapan itu, Appa, Eomma, Grandpa, Imo juga Samchon!" Yul masih merajuk.

"Pernikahan Boa masih seminggu lagi Yul, kami kesana hanya untuk membantu persiapan pernikahan dan kamu berangkat 3 hari setelah kami, tentu masih bisa membantu persiapan pernikahan noona mu. Lagi pula tidak semua, Yoong bersedia menemani kamu. Harusnya kamu bersyukur akan hal ini."

Yul melirik Yoong, dongsaeng sepupunya itu sepenuhnya mengacuhkannya, Yoong lebih fokus bermain game ditangannya dari pada membantu membujuk Appanya.

"Appa dan Samchon juga tidak semerta merta meninggalkan kalian sendiri, appa meninggalkan asisten pribadi appa, pak Oh untuk membantu segala keperluan kamu dan asisten pribadi Samchon kamu, pak Park untuk membantu segala keperluan Yoong."

Yul diam. Dia sadar akan sangat sulit menembus pertahanan sang appa sekarang, keluarga besarnya, bahkan Yoong yang biasanya selalu mendukungnya bersikap tidak peduli.

***

Yul menikmati waktunya dengan tiduran disofa, ini sudah sekitar 5 jam sejak keluarga besarnya berangkat ke bandara, Appa melarang dirinya dan Yoong untuk mengantar, sang Appa menyuruhnya belajar untuk persiapan UN.

"Tuan muda!" Pak Oh datang dengan wajah pucat dan tangan gemetaran.

Merasa dipanggil, Yul membuka mata kemudian duduk menatap pak Oh yang ternyata dibelakangnya sudah ada Yoong yang sepertinya baru pulang dari latihan basket bersama pak Park yang mengekor dibelakangnya. "Ada apa?"

Pak Oh gelisah, dia langsung menyambar remot TV dan menghidupkannya.

"Pesawat G277KL30 1 jam yang lalu tiba-tiba terputus koneksi dengan pusat dan dari berbagai kamera warga kami bisa menemukan terjadi ledakan pesawat diatas permukiman warga, sampai ini korban diperkirakan..."

Duk duk duk duk...

Hening....

Hanya suara bola basket Yoong yang jatuh menggelinding, terdengar selain suara penyiar berita yang masih menceritakan detail kejadian jatuhnya pesawat.

"ANDWAE... MALDO ANDWAE! BOA NOONA... APPA, EOMMA, GRANDPA, SAMCHON, IMO... TIDAK BERADA DIPESAWAT ITU KAN?!"

Pak Oh diam sambil menunduk, tangannya masih gemetaran, tidak tahu harus menjawab apa karena dirinya sendiri yang mengurus keberangkatan tuannya.

Yul seakan kehilangan akalnya, dia menyambar kerah baju pak Oh, "Mereka... mereka tidak ada dalam pesawat itu kan?" Kali ini suara Yul terdengar putus asa.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang