BAGIAN 22

321 39 10
                                    

Ini adalah hari sabtu dan Seohyun sudah memantapkan hatinya untuk mengatakan segalanya pada Yoonjoo. Berhenti berbohong pada putra sewayangnya.

Malam ini Seohyun menemani Yoonjoo yang menggambar disisinya, dari awal Seohyun berusaha memfokuskan dirinya pada majalah ditangannya namun gagal, fokusnya terpecah dengan segala pemikiran yang bergejolak dipikirannya.

"Eomma... kenapa terlihat gelisah?"

"Eh?" Seohyun kaget karena keresahan hatinya mampu terbaca oleh Yoonjoo. Namun sudah terlanjur, dia harus menjelaskan segalanya, "Yoonjoo ya... apa kamu sangat mencintai appa?"

Yoonjoo menghentikan goresan crayon pada kertasnya kemudian mendongkak menatap wajah eomma nya, "Ne, Yoonjoo sangat mencintai appa dan eomma!"

"Yoonjoo ya... jika... jika... jika... seandainya appa tidak kembali, apa Yoonjoo akan membenci appa?"

Yoonjoo mengerutkan dahinya, terlihat tidak suka dengan pertanyaan Seohyun, "Aniya... appa akan kembali!" Tegasnya.

Sekilas, Seohyun terperanga. Dia seakan melihat sorot tegas Yoong pada diri putranya, namun dia tetap tidak boleh goyah. Dia harus menyampaikan kenyataan yang ada pada putranya, "Yoong appa... dia tidak akan pernah kembali!"

Kembali Yoonjoo menghentikan gerakan tangan pada kertasnya padahal kali ini dia tinggal menggambar sosok appa nya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Yoonjoo tidak mendongak menatap eomma nya. Dia terlalu terkejut dengan pernyataan tiba-tiba sang eomma.

"Mianhae sayang, harusnya eomma mengatakannya dari dulu. Appa... appa mengalami kecelakaan saat melakukan perjalanan bisnis dan meninggal!" Sangat berhati-hati menjaga intonasinya karena Seohyun juga memperhatikan setiap detik perubahan gestur putranya.

Yoonjoo tidak mengatakan apapun, dia masih diam.

"Yoonjoo ya...," Seohyun mulai gusar dengan reaksi yang ditunjukkan putranya. Terlihat sangat menakutkan. Tanpa ekspresi.

Akan sangat lebih baik bagi Seohyun jika Yoonjoo menyangkal, berteriak atau marah, setidaknya bocah itu bisa terlihat menunjukkan ekspresinya dan dengan begitu Seohyun akan tahu apa yang dirasakan putranya.

Detik berikutnya, tiba-tiba pipi Yoonjoo sudah basah karena air mata, tanpa suara. Dia sebisa mungkin berusaha merendam isaknya sendiri.

Seohyun yang melihat sikap putranya, akhirnya tidak mampu juga menahan diri, secepat mungkin Seohyun menarik Yoonjoo kedalam pelukannya. Berusaha menenangkan putra satu-satunya.

***

Sesuai janji bersama Yonghwa, Seohyun mengajak Yoonjoo keluar dihari Minggu, berulang kali Seohyun membenarkan letak syal Yoonjoo namun masih sama, Yoonjoo sama sekali tidak bereaksi dengan sikap peduli sang eomma. Dia masih mendiamkan eomma nya.

"Yoonjoo ya... bersikap baiklah pada Yong ahjussi!" pesan Seohyun sambil berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan Yoonjoo.

Kejam? Memang terdengar sedikit kejam setelah malam sebelumnya mengatakan kebenaran tentang kematian Im Yoong, sekarang Seohyun mendorong putranya agar lebih dekat dengan namja lain.

"Kalian sudah datang? Mianhae tidak bisa menjemput. Ada urusan mendadak dihotel. Jadi... kalian ingin naik wahana apa?" Yonghwa bertanya sambil memeriksa brosur ditangannya.

"Yoonjoo ya... Yong ahjussi sedang bertanya!"

Yoonjoo diam, dia tertunduk. "Aku ingin pulang eomma!" desisnya.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang