"Sebuah kata yang tak bisa terucapkan lagi lewat suara, tapi melalui perasaan."
-----------------------------------------
Up lagi nih gengs...
Jangan lupa VOTE &KOMEN❤😙😙
Siang ini Ataya duduk di sofa seraya menukar siaran TV secara berulang kali. Ataya tampak bosan dan tidak tau harus melakukan apa. Rina dan Stevano dan juga orang tuanya sedang sibuk membicarakan bisnis saat ini di luar kota. Mereka pergi setelah sarapan tadi dan meninggalkan dirinya sendirian di rumah. Terlalu mendadak sekali.
Soal Alaska? Suaminya itu entah pergi kemana pergi membuat dia benar-benar kesal setengah mati pada semua orang.
"Enak banget mereka pergi ninggalin Taya."
Entah kenapa ada perasaan emosional dalam dirinya.
Matanya berkaca-kaca. Ingin marah tapi percuma saja di rumah ini tidak ada orang sama sekali. Ingin pergi, tapi tidak tahu harus kemana.
Ataya menjatuhkan badan nya di sofa. Tangisnya pecah, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Suara TV yang begitu keras membuat Ataya sama sekali tidak peduli ada orang masuk ke dalam rumah. Ataya masih sama pada posisinya tidur sambil menangis.
Bau maskulin yang Ataya suka sangat terasa di indra penciumannya, siapa lagi kalau bukan Alaska. Ataya masih menutup wajahnya, sama sekali tidak berniat ingin membuka. Sangat malu jika sampai Alaska melihatnya menangis seperti ini.
"Hey," Alaska terkekeh kecil sambil melepaskan tangannya yang menutupi wajah. Cowok itu sedang jongkok di samping sofa sejajar dengan wajah Ataya.
"Ngapain?" Alaska masih tertawa dan itu membuat Ataya semakin merengek kesal. Alaska kembali mengambil tangan Ataya untuk di genggamnya.
"Sana!! Pergi aja!!" rengeknya. Ataya langsung membalikan badan nya menghadap punggung sofa. Dia benar-benar kesal.
Alaska terkekeh kecil. "Ntar kalo pergi malah nangis, lagi." kata Alaska tanpa dosa.
Tak ada sahutan sama sekali membuat Alaska langsung meletakan tangannya di perut rata Ataya membuat wanita itu langsung membeku di tempat. Tidak pernah sebelumnya seperti ini. "Yakin? Ntar es krimnya habis loh aku makan," goda Alaska tersenyum geli di belakang Ataya.
Alaska masih setia jongkok di sana dan merayu istrinya agar tidak marah lagi.
Mendengar kata es krim Ataya langsung membalikan badannya ke arah Alaska. Lalu memeluknya dengan cepat membuat Alaska sedikit terhayung ke bawah, untung saja Alaska dengan sigap memegang pundak sofa.
Ataya memeluk leher Alaska. "Mana es krimnya?" tanya Ataya pelan.
"Liat dulu wajah nya," titah Alaska terkekeh kecil mencoba melepaskan pelukan Ataya. Istrinya ini semakin menggemaskan.
"Gamauuu!! Mau es krimnya dulu!"
"Yaudah, gini aja terus."
Ataya mendengus seraya melepaskan pelukannya dan menatap Alaska cemberut. Alaska tersenyum geli, tangannya dengan lihai membelai dan merapikan rambut istrinya yang menutupi wajah dan menghapus bercak air mata di pipi Ataya. "Kemana aja?" sungut Ataya. Bibirnya mengerucut sebal.
"Tadi keluar bentar beli sesuatu," ucap Alaska menjeda, "itu bibir kenapa di gituin? Mau dicium?" goda Alaska setelah melihat mulut istrinya yang mengerucut sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASKA 2 ✔ [SEGERA TERBIT]
Novela Juvenil[SEQUEL ALASKA] [FOLLOW SEBELUM DIBACA] Sebelum baca cerita ini. Cus baca cerita sebelumnya ALASKA. Kisah seorang gadis mungil, manja, polos dan unik yang menjadi tetangganya dulu dan sebagai adik kelasnya kini telah menjadi istrinya. Seseorang...