"Apaan sih lo!".
Ya, makian itu berasal dari Alucard. Ia sangat geram dengan sosok yang sudah ikut campur akan urusannya tersebut. Jikalau sosok itu adalah petugas perpustakaan ia tentunya bisa mentolerir-nya, namun yang ia dapati saat ini adalah gadis culun berkacamata yang sangat mengusik dirinya.
"Udah-udah Luc kita pergi yuk". Ucap Marsha yang sadar akan situasi.
Apakah gadis itu gemetar?
Atau mungkin menangis?
Jangan bilang... kalau ia berteriak ketakutan?Mungkin itulah sekiranya pertanyaan yang terus terngiang di kepala kalian bak ancaman plankton kepada Mr. Crab.
Namun, jawaban dari semua pertanyaan itu ialah... gadis culun yang masih setia di tempatnya sembari senyam-senyum sendiri persis sama dengan pasien RSJ tersebut.
~oOo~
Mata mu melemahkanku~
Saat pertama kali ku lihat mu~
Dan jujur ku tak pernah merasa ku tak pernah merasa begini~Tampak Dika tengah bersenandung ria sembari melirik para adik kelas yang berlalu lalang. Tentu saja para gadis yang dilirik Dika langsung tersenyum malu-malu.
"Inget cewek lo di SMA Raya Kota aja udah 15 lusin, mau nambah juga disini". Teriak Reza sembari menggeleng frustasi kepada Dika.
"Bukannya lo juga habis nembak cewek di SMA Raih Cita Dik". Heran Hero.
"Udah-udah nggak usah disebutin semua kan jadi jelas---". Ucap Dika menggantung.
"Jelas kalo gue yang paling ganteng disini". Ujar Dika sombong.
Reza yang tak terima pun langsung melempari Dika dengan kulit kuaci yang terus terlempar secara bertubi-tubi.
"Alucard yang most wanted sekolah aja setia sama satu cewek, nah lo yang sebelas dua belas sama penggorengan emak gue aja bangga". Ketus Gian yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Misi kak".
Alucard, Andika, Fahrezain, Giandra serta Hero langsung mengalihkan pandangannya kearah gadis yang tampak masih kelas 10 tersebut.
"Lo?!". Tatap Alucard menyelidik.
"Salam kenal kak". Sembari mengulurkan tangannya guna berjabat tangan dengan Alucard.
"Lo yang di perpus kan?". Tanya Alucard yang tak menggubris jabat tangan gadis itu.
"Iya kak". Sembari menurunkan tangannya yang tampaknya tak diterima dengan baik.
"Ngapain lo disini".
"Kan tadi mau ken---".
"Mendingan lo pergi deh, ganggu banget jadi orang".
Dengan senyum terpaksa gadis culun itu pun segera meninggalkan Alucard dkk.
~oOo~
Bruukk!!!
"Kenapa lari?". Khawatir Alucard.
Ya, yang bertabrakan dengan Alucard tak lain dan tak bukan ialah Marsha Stephanie. Gadis yang kini dengan kondisi nafas tak teratur dan juga keringat yang bercucuran dengan derasnya.
Tak ada jawaban dari Marsha, ia pun lantas menarik Alucard lari bersamanya.
Kaki yang sudah mulai lelah berlari itu kini memilih beristirahat dengan bersembunyi di salah satu lemari tua nan reot tersebut.
Disinilah mereka kini, balok nan sempit dimana deru nafas mereka saling berpacu bersamaan. Mungkin inilah yang disebut kesempatan dalam kesempitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Or Me
Teen Fiction"Pilih aku atau Game?!". Alden Alucard Hudson. Pria yang kini dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memutuskan memilih pacarnya sendiri atau game yang merupakan separuh nyawanya itu. "Tapi...". "Nggak ada tapi-tapian!". Sekiranya itulah kemurkaa...