Wajah manis itu tertekuk, kerutan kekesalan jelas tercetak di keningnya.
"Dasar nyebelin!".
Berusaha meredam emosi Marsha pun menyeruput habis minuman dingin di tangannya. Lagi, kejadian itu terulang lagi.
Flashback on!
"Good morning everybody". Teriak Marsha ketika memasuki ruang kelasnya.
Riuh memang, tetapi keriuhan itu bukan karna kedatangan Marsha yang telah beberapa hari bersemedi.
"Mampus gue belum bikin contekan lagi". Panik Mia
"Santai aja kali ulangan doang". Ucap Bian seenaknya.
"Bismillah aja deh buat cap cip cup". Harap Bimo.
Marsha hanya bisa melongo melihat keadaan kelasnya. Ok, tak apa jika teman kelasnya tak peduli akan kedatangannya tapi jika itu sahabatnya sungguh kejam kelakuan mereka.
"Cepetan dong Na, nanti bu Jihan keburu masuk". Desak Rara
"Sabar dong Ra, liat aja tu temen lu sabar nunggu gue sambil catokan". Tunjuk Kyna dengan dagunya.
"Sans aja kali...". Ucap Chika santai.
"Sans pala lu emang lo mau isi apaan nanti ulangan?". Heran Rara.
"Tenang babang bra*nly selalu menemani gue".
Berdeham untuk kode namun tak ada satu pun yang peduli. Mengetuk meja tiga kali seorang pun tak menoleh. Ok, tak boleh ada teriakan setidaknya coba bicarakan dulu secara perlahan.
"Hai guys". Senyum cerah terpancarkan.
"Oh... Sha, duduk gih". Ucap Rara.
"Ehm, Na". Panggil Marsha.
"Tunggu Sha gue lagi sibuk".
Chika yang sedari tadi catokan menyadari keberadaan Marsha disebelahnya. Melihat tampang masam Marsha, Chika pun berinisiatif berbagi catokan dengan sahabatnya.
"Kenapa lo? Belom catokan?". Sembari menyodorkan catokan rambut miliknya.
Sungguh! Apa mereka tak sadar apa mau dirinya. Sudahlah daripada naik darah Marsha pun melarikan diri menuju kantin.
Flashback off
"Sendirian aja kak?".
Marsha menoleh, dirinya yang tengah kesal kini harus dihadapkan dengan gadis ular mematikan ini.
"Apa mau lo!". Ketus Marsha.
Lara tersenyum, ia mendudukkan diri tepat di depan Marsha. Sungguh! Apakah ia tak sadar diri jika muka masam Marsha tak menginginkan keberadaanya disini.
"Kakak yakin nanya kemauan aku?". Sembari tersenyum penuh arti.
Marsha hanya mendelik dan melihat ke arah lain.
"Kalo aku bilang... mau pacar kakak gimana?". Smirk Lara.
"Lo mau pacar gue?". Sembari tertawa meremehkan Lara.
"Pacar gue emang banyak sih yang mau...". Ucap Marsha sembari mengambil salah satu minuman perasa yang tak jauh dari meja mereka.
"Tapi sayang... pacar gue cuman maunya sama gue". Sembari menyiramkan minuman itu ke Lara.
Lara hanya bisa melongo mendapati dirinya yang sudah basah kuyup disertai noda warna merah dibajunya. Ia menatap Marsha dengan tatapan kemarahan disertai kebencian.
"Jangan pernah lo coba bagaimana jahatnya gue! Karna lo nggak bakalan sanggup". Tunjuk Marsha.
Lara menatap sekeliling, kantin saat itu memang sepi. Tapi, setidaknya ada beberapa orang yang bisa membantunya membersihkan diri. Namun, kemana mereka? Kata teman yang tak pernah ia tahu artinya apa. Ingin rasanya ia memberitahu bagaimana rasanya hidup tanpa ada kata teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Or Me
Teen Fiction"Pilih aku atau Game?!". Alden Alucard Hudson. Pria yang kini dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memutuskan memilih pacarnya sendiri atau game yang merupakan separuh nyawanya itu. "Tapi...". "Nggak ada tapi-tapian!". Sekiranya itulah kemurkaa...