5. Marsha and Berlian

455 23 0
                                    

Marsha yang sedari tadi berusaha untuk menyingkirkan pikiran buruknya, dibuat gagal terus-menerus. Adegan dimana Alucard lebih membela Lara daripada dirinya sendiri terus berputar di benaknya, bagaikan perputaran bulan pada bumi, yang entah kapan berhenti.

Tunggu, jangan hujat dulu Marsha yang terlalu pencemburu, karna Alucard pun tak menjelaskan apapun kepadanya.

Kegelisahan bak guntur disertai petir pun terus menyambar di hati Marsha. Ini pertama kalinya Alucard lebih memilih cewek lain daripada dirinya.

Tring!

Marsha yang sedari tadi menggigit jari gugup menatap layar handpone- nya yang menampilkan sebuah pesan dari Alucard. Dengan kecepatan secepat angin Marsha pun segera membuka pesan tersebut.

Pengen ketemu.
My Bunny😻 16.56 pm.

                                            Dimana?.
                 Bego+sayang 16.57 pm.

Sudah sekitar 15 menit berlalu, namun masih belum ada jawaban dari Alucard. Hal ini pun berakibat dengan Marsha yang mulai cemas sendiri dengan mengigit hp-nya yang berlogo apel tergigit juga.

Tak berselang lama ketukan di pintu pun terdengar menggema hingga ke penjuru kamar Marsha. Ia berharap bahwa Alucard-lah yang mengetuk pintu rumahnya tersebut. Dengan kecepatan manusia yang tengah dikejar anjing pun Marsha melesat dengan cepat.

Alucard yang masih setia di depan pintu bercat putih polos itu pun, dibuat terkaget sendiri dengan sang penghuni rumah yang membukakan pintu untuknya.

"Habis lari?". Tanya Alucard yang heran dengan keadaan Marsha yang berkeringat sepuluh ember tersebut.

Marsha pun hanya bisa tersenyum sembari mengatur nafasnya yang sesak akibat terlalu bersemangat membuka pintu untuk Alucard.

"Bi Inop, ada kan?". Tanya Alucard.

Marsha hanya bisa menampilkan wajah cengo-nya kepada Alucard.

Jangan-jangan Alucard menjalin cinta terlarang sama pembantu gue. Batin Marsha.

"Ada".

Alucard mengangguk lalu segera menyelonong masuk dan mendudukkan dirinya disalah satu sofa empuk bercorak zebra tersebut.

"BI ALUCARD NYARI NIH!". Teriak Marsha, kesal.

"Siapa yang nyari Bi Inop?". Tanya Alucard.

"Kan tadi nanyain!". Nyolot Marsha.

"Tadi mastiin aja kalau nggak cuman kamu yang ada di rumah". Ujar Alucard. "Takut kalo orang mikir macem-macem". Sambungnya.

Marsha manggut-manggut mengerti mendengar penuturan Alucard.

Hening, tak ada pembicaraan yang terjadi dalam beberapa menit terakhir ini. Entahlah, tak terlalu berani untuk menyuarakan atau terlalu gengsi untuk memulai pembicaraan. Untung saja keadaannya tak terlalu canggung, sebab suara Bi Inop yang tengah berdangdut ria terdengar begitu nyaring di indra pendengaran mereka.

"Maaf". Ucap Alucard dan Marsha serentak.

"Kamu duluan". Tutur Marsha.

"Ladies first". Jawab Alucard.

"Maaf, aku tadi marah-marah gak jelas sama kamu". Lirih Marsha.

Alucard tak berkutik sekalipun, ia lebih memilih mendengar alasan mengapa gadisnya melakukan hal tersebut.

"Aku cemburu, biasanya kamu nggak pernah mau deket-deket sama cewek lain selain aku". Air matanya sudah meronta ingin keluar tapi Marsha terus menahannya.

Game Or MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang