Terik matahari yang menyelinap di sela awan, menerpa langsung wajah Alucard yang tengah terduduk lelah di tepi lapangan basket. Ia saat ini tengah mengikuti pelajaran olahraga yang dibina oleh salah satu guru killer disekolahnya, sebab itulah ia terpaksa mengikuti pelajaran olahraga yang menurutnya sangat melelahkan tersebut. Tapi jangan salah, walaupun ia jarang olahraga ia tetap memiliki roti sobek yang menggoda iman para kaum hawa.
"Mabar kuy". Ajak Dika yang memang satu kelas dengan Alucard.
"Ogah gue nggak mau dijadiin bola basket sama pak Bimo". Jawab Alucard.
"Yaelah lo penakut banget sih, lagipula tuh pak Bimo lagi fokus ngajar anak cewek main basket, nggak mungkin ketahuan". Bujuk Dika.
Setelah menimbang dampak positif dan negatifnya, Alucard pun setuju dan segera cus! menuju roofftop.
~oOo~
"Bangsat!". Umpat Alucard.
"Siapa sih nih orang?!". Tanya Alucard dengan dahi mengkerut maksimal.
"Kayaknya dia lebih pro daripada loh deh". Ejek Dika sembari menepuk pundak sahabatnya tersebut.
Sungguh, dirinya merasa tertantang untuk mengetahui siapa identitas sebenarnya dari pemain tersebut. Mengetahui siapa manusia satu-satunya yang bisa menandingi dirinya di dunia game yang dikuasainya.
Takec4re96?.
~oOo~
Bau alkohol yang memuakkan menyebar secara leluasa di indra penciumannya. Gadis culun yang tengah berusaha menahan genangan air mata kepedihan yang terus menghujam bak ribuan anak panah yang mencelos di hati.
Apa salahnya sehingga harus menghadapi kenyataan sepahit ini?. Kenyataan, dimana Ayahnya adalah pejudi berat yang kini tengah mendekam di penjara, sosok ibu yang sedari kecil tak menginginkannya, sedangkan saudara satu-satunya selalu mabuk-mabukan seperti orang gila yang kehilangan arah.
"Eh lo punya duit nggak?". Tanya Ziko.
"Nggak". Sungguh ia sedari tadi berusaha untuk tak menggubris kelakuan saudaranya tersebut.
"Jangan bohong deh lo, sekarang kan udah awal bulan, Oma pasti kirim duit kan!".
"Kalo emang ada, aku nggak bakalan kasih ke abang".
"Berani ya lo sama gue!". Sembari bersiap menampar adik satu-satunya itu.
"Bukan berani bang tapi udah terbiasa".
Plakk!
~oOo~
Bulir air bening tampak terus berjatuhan menemui bumi. Bagaikan rasa jatuh hati untuk menemui kekasih. Beberapa kisah cinta memang ibarat hujan, ia rela lama menunggu, sembunyi diatas awan, selalu tergantung pada harapan, entah menunggu sang bumi menerimanya atau membiarkan dirinya jatuh terluka. Percayalah, tidak semua kisah hujan semenyakitkan itu, ingat akhir dari sebuah hujan adalah pelangi.
Setidaknya itulah yang dipercaya oleh gadis culun yang tengah berada di salah satu minimarket di dekat rumahnya tersebut. Gadis yang cuma menumpang berteduh selagi awan tak bersedih lagi. Merasa bosan, ia pun memilih memainkan handpone-nya yang menampilkan game yang laris dimainkan oleh para gamers.
Sementara disisi lain Alucard tengah menepuk jaketnya yang tampak basah berkat hujan, berharap akan kering dengan cepat.
Alucard yang sedari tadi fokus dengan jaketnya yang basah, kini beralih menatap gadis dengan rambut kuncir kuda yang membelakanginya.
Wih nih cewek pro banget!.
Anjir rank-nya!. Batin Alucard menggebu.Tak berselang lama mengagumi skill cewek berkuncir kuda itu, Alucard dibuat tersadar dengan nama user Takec4re96.
"Lo?!".
Gadis yang sedari tadi membelakangi Alucard dibuat bergidik ngeri sendiri akan teriakan pria dibelakangnya. Serasa mengenal suara itu, ia pun berbalik dan mendapati sosok yang sudah ia terka dengan tepat.
"Kak Alucard".
"Lo bukannya cewek yang di perpus, lo juga cewek yang di kantin kan?".
Belum sempat gadis itu menjawab Alucard kembali mengutarakan isi pikirannya.
"Lo TAKEC4RE96?!".
~oOo~
Cantik~
Ingin rasa hati berbisik~
Untuk melepas keresahan~~~
Dirimu~Tampak Hero tengah bersenandung ria diiringi alunan gitar milik Alucard. Para anak cewek yang berlalu lalang pun tak bisa menahan untuk tidak menonton konser para cogan itu. Ada yang tersenyum malu-malu, berteriak histeris, bahkan ada yang jingkrak-jingkrak tak karuan.
Mereka semua memang memiliki kharisma tersendiri yang membuat melayang bukan kepayang. Bisa disebut ''most wanted gamers" -nya SMA Rajawali.
"Kak Alucard".
"Eh lo, yuk gabung". Ajak Alucard antusias, sementara para temannya hanya bisa menampilkan wajah cengo penuh tanya.
Di tempat lain dengan suasana lain, Marsha tengah menatap tajam ke arah Alucard dengan seorang gadis yang entah siapa namanya. Ia tak peduli, yang ia ketahui Alucard saat ini adalah pacarnya jadi ia berhak untuk cemburu.
Bukan tanpa alasan Marsha tiba-tiba cemburu kepada pacarnya tersebut, Alucard ialah salah satu pria yang sedikit risih jika berada di dekat cewek. Tunggu, hempaskan dulu pikiran kalian kalau Alucard adalah pria penyuka sesama jenis, Alucard itu cowok tulen, ia hanya kurang nyaman berada dekat dengan orang yang membuatnya tak nyaman. Ya, bisa kalian artikan sendiri maksudnya. Hanya Marsha satu-satunya wanita yang bisa membuat Alucard nyaman.
"Kalo lo mau nge-labrak tuh cewek, gue bantuin". Bisik Rara geram.
"Tuh adek kelas keganjenan banget sih jadi orang". Murka Chika.
"Tenang guys, nggak perlu pakai cara bar-bar". Jawab Marsha.
Marsha dkk pun berjalan dengan anggunya mendekati meja tempat perkumpulan Alucard dengan teman-temannya, walaupun kini nampak seonggok upil penggangu disana.
"Eh, siapa nih?". Tanya Marsha basa-basi sembari mengulurkan tangan tersenyum manis.
Tak ingin dianggap kurang ajar kepada kakak kelas gadis itu pun menjabat tangan Marsha.
"Lara Hertya Putri".
Marsha manggut-manggut mengerti sebelum bertanya lagi.
"Jadi gue bisa manggil lo apa?, Lara, Hertya, atau Putri?". Tanya Marsha ramah.
"Lebih cocok sih PHO". Sindir Kyna.
"Maksud lo apa?!". Bentak Alucard yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Kenapa marah?". Heran Marsha.
"Nggak gitu Sha, mulut temen kamu tuh udah kelewat batas".
"Kelewat batas gimana, semua kemungkinan itu ada Luc, mungkin aja kan dia bakalan jadi PHO antara kita berdua".
Para murid yang sedari tadi hanya fokus dengan makanannya masing-masing pun, kini beralih menatap perdebatan yang terjadi di tengah keramaian kantin yang sunyi seketika. Bahkan teman-teman Alucard yang sedari tadi bersenandung ria juga ikut terdiam menyimak. Hanya satu kata yang dapat mendefinisikan gejala aneh pada para manusia ini, yakni 'kepo'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Or Me
Teen Fiction"Pilih aku atau Game?!". Alden Alucard Hudson. Pria yang kini dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memutuskan memilih pacarnya sendiri atau game yang merupakan separuh nyawanya itu. "Tapi...". "Nggak ada tapi-tapian!". Sekiranya itulah kemurkaa...