"Gak bisa gitu Dim!".
"Na please tolong ngertiin gue".
Memutar bola mata muak. Menatap langit malam yang tampak hujan sebagaimana pelupuk matanya kini.
"Lo milih gue atau Chika?".
"Gue nggak bisa milih Na. Gue sayang sama lo tapi gue juga sayang sama Chika".
"Bajingan lo ya Dim".
"Makanya gue bajingan gue nggak mau nyakitin lo berdua. Karna gue bajingan gue gak pantas dapet lo berdua. Karna gue bajingan Na".
Dimas mengacak rambutnya kasar. Ia bingung, Ia kesal, Ia sedih. Jujur Ia mengajak Chika pacaran hanya untuk sekedar pelampiasan. Sempat terbesit keinginan menggunakan Chika sebagai alat untuk membuat Kyna cemburu. Tapi, malah Ia sendiri yang mulai jatuh hati kepada Chika, gadis dewasa yang membuatnya kagum. Gadis yang hanya bermanja layaknya anak kecil hanya kepadanya, membuat Dimas sadar bahwa dirinya seberuntung itu mendapatkan Chika sebagai kekasihnya. Sedikit demi sedikit Ia mulai melupakan Kyna. Gadis polos yang selalu ia ganggu, wajah lucu Kyna ketika kesal adalah moodboster- nya.
"Trus kenapa lo tiba-tiba dateng ke gue dan kasih rasa nyaman Dim?". Isak Kyna.
"Gue butuh temen curhat Na,kadang ga setiap masalah gue sama Chika ada solusinya dan gue butuh orang yang kenal dekat sama Chika supaya gue bisa seleseiin masalah gue sama dia".
"Ooo gitu jadi ini semua salah gue karna baper sama lo".
"Nggak Na, ini salah gue. Seharusnya gue nggak curhat sama lo, seharusnya gue nggak curhat sama orang yang dulu gue suka setengah mati, yang ujung-ujungnya perasaan gue yang dulu udah lama mati jadi hidup lagi".
Ruah. Ya, air mata yang sekuat tenaga ia tahan kini mampu menghancurkan pertahanannya sendiri. Tangis Kyna pecah. Hancur sudah hubungannya dengan sahabatnya. Hubungannya dengan Dimas yang entah disebut apa.
"Maafin gue Na". Sembari menahan dirinya untuk tak memeluk Kyna. Sungguh ia tak tega membiarkan gadis ini menangis sejadi-jadinya. Memeluknya kini hanya memberi harapan sehingga luka yang didapati semakin dalam.
Kyna semakin meraung sembari memegang dadanya yang kian sesak. Ia kalut.
Dimas mencari kontak seseorang di handpone-nya. Mengobrol sejenak dengan seseorang diujung sana, lalu mengakhirinya.
Selang beberapa lama Marsha datang di tempat perkara.
"Na lo kenapa?". Panik Marsha.
Sementara Kyna masih meraung dalam tangis.
Plakkk!
"Lo apain temen gue bangsat".
Dimas tersenyum miris. Lebih tepatnya Ia tersenyum sembari menahan air matanya.
"Lo bisa tampar gue lebih kuat lagi gak Sha?".
"Ha?". Bingung Marsha.
"Jagain Dia ya".
~oOo~
Dengan langkah ringan nan ceria Ia memasuki kelas. Mengambil buku pelajaran yang diperlukan dari dalam loker dengan hati yang sangat lapang. Merapihkannya diatas meja sembari bersenandung ria.
"Hahahahahahah". Tawa gadis itu pecah.
Sudut ruangan itu diisi oleh tawanya yang tampak sangat puas. Tawa yang sedari lorong kelas sudah ia tahan akhirnya tak terbendung lagi.
"Idih gila".
"Cuekin aja tuh orang".
"Gila merinding gue".
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Or Me
Teen Fiction"Pilih aku atau Game?!". Alden Alucard Hudson. Pria yang kini dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memutuskan memilih pacarnya sendiri atau game yang merupakan separuh nyawanya itu. "Tapi...". "Nggak ada tapi-tapian!". Sekiranya itulah kemurkaa...