Pandangan lurus kedepan, debaran jantung yang tak terkendali berusaha ditenangkan. Menghirup napas dalam-dalam, mencari pasokan oksigen dan membuang segala karbon dioksida.
Lo pasti bisa Sha!.
Ucapan penyemangat tak lupa ia rapalkan. Merasa sudah siap, Marsha pun segera melangkahkan kakinya menuju lapangan parkir yang ia yakini tempat keberadaan Alucard saat ini.
Kok sakit ya?.
Marsha menyentuh dadanya yang merasa sakit seketika. Pemandangan ini, benar-benar menyakitkan. Mungkin dulu, ia masih bisa marah. Tapi, kini apa? Ia tak bisa berbuat apapun.
Di tempat lain, Alucard yang tengah berada di atas motornya itu, hanya bisa menatap Marsha penuh rindu. Ia bisa melihatnya, Marsha kini masih terpaku disana, mungkin menatapnya. Tidak, dirinya kan bukan pria itu, pria SEANDAINYA yang Marsha inginkan.
"Kak kenapa bengong?". Tanya Lara.
Tersadar akan lamunannya, Alucard langsung menancap gas melewati Marsha begitu saja. Bahkan tak menoleh sedikit pun.
Bolehkah aku berharap?
Berharap dibalik helm full face mu itu, bahwa kamu tengah menatap ku rindu.~Marsha Stephanie
~oOo~
Marsha menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Berharap ranjang itu menelannya hidup-hidup. Rasanya ingin menghilang saja!, ini begitu sakit.
"Kalo bukan karna Marsha aku nggak bakalan mau bertahan sama kamu".
Plakkk!.
"Kamu jangan sok-sok an bawa Marsha disini!, kamu sama aku nggak ada bedanya! , jadi jangan sok paling lindungin Marsha disini!".
Shower itu masih tetap terbuka. Air hangat terus membasahi tubuhnya. Marsha menatap langit-langit kamar mandi itu sendu. Kini tangannya ia angkat, seakan menggapai langit itu. Namun beda, tangannya tengah mengenggam sebuah silet kecil tua yang dirasa masih cukup tajam guna menggores luka.
Tangannya ia turunkan, menenggelamkannya di bak mandi hangat itu. Membiarkan warnanya yang bening berubah seketika. Merah darah.
Ya, beginilah Marsha. Beginilah caranya agar rasa sakit itu tak terlalu terasa. Membiarkan luka itu pedih sehingga kepedihan di hati bisa tersamarkan.
Sebenarnya cara ini sudah sedari lama ia lupakan. Setidaknya ada Alucard sang pengobat rasa sakitnya. Yah, walaupun Alucard tak tahu bahwa Marsha begini, setidaknya tingkah Alucard lah yang menyembuhkan Marsha.
Marsha memang terlihat begitu WAH di luar sana. Setidaknya itulah caranya. Cara agar ia bisa menutupi segala kehidupannya yang kelam dengan kerlap-kerlipnya cahaya. Seperti gelap malam yang dipenuhi bintang. Malam itu kehidupannya, bintang itu senyumnya. Setidaknya orang mengagumi kegelapan itu, dibalik bintang yang begitu WAH nya.
~oOo~
"Perasaan gue tadi nggak hujan ya". Heran Chika memandangi Marsha yang kini tengah mengenakan hoodie kelabu itu.
"Gue lagi nggak enak badan".
Sontak Kyna langsung menyentuh kening Marsha dan keningnya secara bersamaan. Ya, memang benar suhu badan Marsha sedikit lebih panas darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Or Me
Teen Fiction"Pilih aku atau Game?!". Alden Alucard Hudson. Pria yang kini dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memutuskan memilih pacarnya sendiri atau game yang merupakan separuh nyawanya itu. "Tapi...". "Nggak ada tapi-tapian!". Sekiranya itulah kemurkaa...