6. Gadis lain

463 21 0
                                    

Memang benar bahwa doa orang yang terdzolimi itu terkabul dan Marsha sendiri sudah membuktikannya. Lihatlah sekarang, Alucard sudah datang di rumahnya namun, baru selangkah ia keluar dari rumah hujan terus jatuh tanpa ampun. Ia tak bisa menyalahkan Tuhan, ia sendiri pun terlalu lama berdandan.

"Hujannya nggak mau berenti, aku pulang aja ya?". Ujar Alucard.

"Nggak, pasti berhenti kok!". Kekeh Marsha.

Alucard menggeleng frustasi, pacarnya ini benar-benar menakjubkan sehingga ia kerap kehilangan akal menghadapi Marsha. Gadis galak yang jika diusik namun dapat bersikap baik hati bak malaikat kepada orang yang peduli. Bukan gadis menye-menye ketika dibully dan juga bukan gadis bar-bar yang berbuat suka hati.

"Gimana kalau disini aja apelin-nya?". Tanya Alucard ambigu.

Marsha terbelalak kaget, bagaimana bisa pacarnya ini dengan teganya membuat Marsha serangan jantung.

"Kok ekspresinya gitu?, mikir apa hayo...". Goda Alucard sembari menoel hidung Marsha.

"N-nggak mikir apa-apa". Elak Marsha.

"Kalo gitu mau nggak". Sembari mendekatkan wajahnya ke arah Marsha.

"Nggak disini ada Bibi!". Teriak Marsha spontan.

"Emang kenapa kalau ada Bibi, nggak berani". Lagi-lagi ambigu. Tidak!.

Disaat Marsha kelagapan disaat itulah sang penyelamat Bi Inop datang.

"Kenapa manggil-manggil Bibi?".

"Pengen masak bareng Marsha Bi, bolehkan?".

Tentu saja Bi Inop mengangguk setuju. Sementara Marsha, ia terlalu berharap lebih yang berakibat wajah cengo yang tak terkendali.

"Kenapa?". Heran Alucard.

"Kecewa?". Alucard tertawa sendiri melihat ekpresi Marsha.

"Mau beneran nih?". Goda Alucard sekali lagi.

Marsha yang tak bisa menahan malu, memilih mendorong bahu Alucard menjauhi wajahnya yang kian memerah. Sepersekian detik kemudian Marsha langsung menuju dapur.

"Mau dibuatin apa?". Tanya Alucard sembari menyingkap lengan hoodie-nya.

Perasaan, kok ambigu terus ya?. Batin Marsha.

"Mau Chicken Noodle Soup with The Soda On Side". Ucap Marsha yang tampak sedang nge-rapp ala rapper aslinya, siapa lagi kalau bukan I'am your hope i'am J-Hope. Diiringi tangan yang mengepak bak ayam.

"Nasi goreng mau?". Sembari mengacak rambut Marsha gemas.

"Tapi enaknya dimakan pagi".

"Mau nggak?". Tawar Alucard sekali lagi.

"Iya-iya mau".

                              ~oOo~

Dengusan nafas kesal sungguh kentara ditunjukkan Marsha. Memangnya ia ini apa?, bisa-bisanya Alucard membawa Lara ketika mereka sedang makan bersama.

Flashback on!.

Lengkungan indah terus terpajang di bibir manis Marsha. Hari ini, senin adalah hari penebusan janji Alucard yang terhalang oleh hujan. Ya, Marsha kini tengah berada disalah satu toko donat S.Co yang amat teramat ia gemari.

Namun, kebahagiaan itu tidak berselang lama. Lara, seorang cewek penganggu yang dengan polosnya datang sembari menyapa ia dan Alucard.

"Eh Ra, sini".

Apakah Alucard tidak peka, bagaimana mungkin ia memanggil seorang cewek di tengah-tengah mereka.

Dapat dibaca jalan pikiran Lara, tentu saja ia mau, bukannya ia sudah terpesona dengan Alucard sedari awal, ditambah lagi game yang selalu menjadi alibi agar dirinya selalu dekat dengan Alucard. Oh iya, jangan lupakan rasa iri Lara yang ingin mengambil salah satu kebahagiaan Marsha, siapa lagi jika bukan Alucard.

Flashback off!.

Game mulu yang dibahas, nggak sadar apa pacarnya disini. Batin Marsha.

Ia bisa saja menyeret Alucard untuk menjauh dari Medusa ini, namun ia tak ingin memperlihatkan kecemburuannya secara terang-terangan. Jika ia berbuat demikian, aksi Lara membuat dirinya cemburu akan berhasil, ia tak mau itu terjadi.

"Donatnya udah habis Sha?".

Sungguh, setelah setengah jam berlalu baru sekarang Alucard menanyai keadaannya. Ingin sekali ia mengumpat dan meneriaki Alucard tepat di telinganya, namun hal itu ia urungkan. Tenang, masih ada waktu saat ini ia hanya perlu bersabar.

"Udah, enak... banget aku suka". Sembari memeluk Alucard dengan erat.

Alucard pun dengan senang hati membalas pelukan Marsha, meski kini para pengunjung menatap mereka dengan berbagai tatapan yang menyiratkan emosi.

"Makasih ya sayang". Ucap Marsha mendongak menatap Alucard yang masih berada di pelukannya.

Entah faktor cuaca atau hati, Lara benar-benar merasa panas saat ini. Bisa-bisanya mereka bermesraan di depannya, memangnya ia ini apa 'kerupuk rengginang', dasar menyebalkan!.

"Habis ini mau kemana lagi?". Sembari mencubit pipi Marsha gemas.

"Langsung pulang aja". Alucard mengangguk setuju mendengar penuturan Marsha.

"Gue duluan ya Ra". Pamit Alucard.

"Ya kak". Jawab Lara sembari tersenyum manis namun miris.

                             ~oOo~

"Kamu kenapa Sha?".

Sungguh Alucard tengah dirundung rasa penasaran bercampur heran. Tiba-tiba saja Marsha ngambek tanpa alasan kepadanya, baru saja Marsha manja-manja sekarang malah... ah sudahlah benar-benar tak terdefinisikan.

"Pikir aja sendiri". Seru Marsha sembari bersedekap dada.

"Ya gimana aku bisa mikir kalo kamu nggak kasih tau".

"Ya peka dong!".

Alucard memutar bola matanya malas, pilihan terbaik saat ini ialah menyuruh Marsha untuk segera memasuki rumahnya. Ya, pertengkaran dua sejoli itu bertempat di depan pintu gerbang rumah Marsha.

"Ya udah aku salah oke, mendingan kamu masuk gih".

"Kamu ngusir aku?!".

"Bu-bukan gitu Sha a---".

"Ok fine". Sergah Marsha sembari memasuki rumahnya.

                               ~oOo~

"Kusut amat mas-nya...". Ejek Dika.

Alucard hanya bisa mendelik kesal menanggapi ejekan Dika, kini ia lebih fokus ke layar persegi yang menampilkan chat- nya yang tak kunjung dibalas oleh Marsha.

"Lo kenapa?". Tanya Reza penasaran dengan sahabatnya tersebut.

"Marsha tiba-tiba ngambek sama gue".

"Karna...?". Tanya Gian.

"Yah itu masalahnya, gue nggak tau salah gue tuh dimana".

"Emangnya kronologinya kayak gimana?". Timpal Hero menanggapi.

Alucard yang terlalu malas bicara akhirnya terpaksa juga menjelaskan kronologi sebelum Marsha ngambek kepadanya. Bermacam ekspresi terpampang jelas di wajah para sahabatnya itu. Ada yang prihatin, kesal, bahkan ada yang hampir mengumpat kepada Alucard.

"Ya lo nya bego!, ngapain juga ajak cewek lain pas lagi jalan sama pacar".

Alucard menaikkan satu alisnya, memang apa salahnya mengajak cewek lain terlebih lagi itu adalah Lara. Ia bisa membahas tentang game dengan Lara, lagipula ia juga tak mengacuhkan Marsha. Jika gadisnya itu marah ia dekat dengan Lara maka akan ia jauhi tapi ini, Marsha hanya bersikap biasa saja. Bagaimana ia bisa tahu?. Ah, cewek benar-benar rumit!.

Game Or MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang