3

914 103 7
                                    

Halo semuanya!

Selamat siang!

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

NICOLE baru keluar dari kamar mandi ketika pintu apartemennya di ketuk. Dia pun berjalan ke depan untuk membukakan pintu karena tidak ada siapa pun di ruangan itu. Leander tampaknya belum pulang dari toko buku bekas yang ada di dekat apartemen mereka, sementara Leandra pasti masih di kamar, mendengarkan lagu seperti saat Nicole tinggalkan untuk mandi. Tampaknya kedua anaknya itu lupa kalau Greyson akan datang sore ini.

"Hai, Grey!" sapa Nicole saat membuka pintu.

Greyson menekuk wajahnya. "Aku sudah mengetuk ribuan kali, asal kau tahu."

Nicole menggeser tubuhnya agar Greyson bisa masuk. "Aku sedang mandi, dan keponakan kesayanganmu sedang sibuk dengan urusan mereka."

"Yeah, aku tahu. Lean tidak bisa dihubungi dan Leandra masih memblokir nomorku."

Nicole terkekeh. Dia berjalan ke dapur, mengeluarkan soda dari lemari es dan menyerahkannya pada Greyson. "Kau sudah janji akan membelikannya handphone baru. Salahmu sendiri karena tidak menepatinya."

Greyson mendengus setelah meneguk sodanya. "Bukan salahku kalau ternyata bulan kemarin mobilku harus masuk bengkel dan menghabiskan separuh uang untuk handphone Leandra," ujarnya. "Lagi pula kenapa tidak kau belikan dulu dengan uang yang dikirim Lisa? Aku kan bisa menggantinya."

Nicole mendelik. "Oh, tentu tidak bisa. Itu tabungan untuk kuliah mereka. Aku tidak akan mengambil satu sen pun."

Greyson memutar bola matanya. "Dasar berlebihan. Seperti aku tidak akan membantu biaya kuliah mereka saja."

Nicole duduk di seberang Greyson setelah sebelumnya dia hanya bersandar pada lemari es. "Kau sudah sangat membantu selama ini, begitu pun Mom dan Dad. Tapi mereka anak-anakku, dan sudah jadi tanggung jawabku untuk mengurus mereka."

"Tapi mereka juga keponakanku dan cucu dari Lisa dan Scott," balas Greyson. "Dan kau adikku. Aku juga punya tanggung jawab padamu, setidaknya sampai kau menikah. Tapi apa? Kau mengurus dua orang anak sejak umurmu masih sangat muda, sendirian. Sementara brengsek itu entah di mana." Greyson mendesah. "Aku benar-benar berharap dia ada di neraka."

"Kau masih membencinya."

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Dan Greyson mengangguk. "Aku masih sangat menbencinya. Bahkan sampai sekarang, satu hal yang ingin kulakukan saat bertemu dengannya adalah membunuhnya."

"Dia tidak akan kembali," ujar Nicole.

"Siapa yang tahu?" Greyson menatap Nicole selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali berbicara, "Jangan menyembunyikannya dariku jika dia kembali."

"Aku tidak sudi bertemu dengannya."

Greyson meneguk habis sodanya kemudian mendengus. "Dasar pembohong!"

"Aku sudah melupakannya," kilah Nicole.

"Kau masih mencintainya."

"Tidak!"

"Dan sekarang kau merindukannya."

"Greyson!"

"Kau akan menangis sekarang."

Nicole mendelik. "Tutup mulutmu!"

"Dia memang membuatmu bersedih, tapi pria itu juga yang bisa membuatmu bahagia, benar kan?"

Nicole mengusap air matanya dengan kasar. Tidak berniat membalas kata-kata Greyson.

"Aku tidak percaya seseorang bisa mencintai selama itu," ujar Greyson. "Itu cinta, atau hanya kebodohan semata?"

AlicanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang