11

775 117 51
                                    

Halo semuanya!

Selamat Sore!

Aku tetiba kepikiran, jumlah view sama votenya itu kan hampir selisih setengahnya gitu, berarti kan silent ridernya juga lumayan... Tapi ya udah, nggak papa. Semoga kalian semua terhibur ya baca cerita aku...

Next chapter bakal di post kalo view nya udah mencapai target 😄

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Memasuki awal bulan, pekerjaan Nicole kembali normal seperti biasanya. Meskipun begitu, tubuhnya terasa semakin lelah dari hari ke hari. Entah dia mulai gila, tapi Nicole benar-benar merasa ada yang mengawasi setiap pergerakannya. Kecuali begitu dia memasuki apartemen. Perasaannya sedikit membaik karena dia berada di tempatnya sendiri, dan dia merasa siapapun itu yang sedang memperhatikannya, sosok itu tidak akan bisa menjamahnya. Pemikiran konyol memang.

Ketika malam hari pun, Nicole tidak dapat tidur dengan nyenyak. Dia akan terbangun sekitar pukul tiga dini hari, lalu tidak bisa tidur lagi setelahnya. Ada saja yang membuatnya terbangun, mulai dari mimpi buruk yang sudah tidak dia ingat begitu bangun sampai suara tetesan air dari keran air yang tidak tertutup dengan rapat.

Seperti malam ini, dia baru saja tertidur ketika jam menunjukkan pukul 2, lalu dia kembali terbangun satu jam kemudian. Nicole menghela napas panjang, lalu menyalakan lampu di atas nakas di samping tempat tidurnya. Dia menatap obat tidur yang dia beli di apotek tadi selepas pulang kerja, dan baru akan menelan sebutir ketika menyadari gelasnya sudah kosong.

Sambil membawa gelas, Nicole keluar dari kamar. Tepat di depan pintu kamar, langkah Nicole berhenti mendadak. Ada sosok yang berdiri di dapurnya, dia tidak bisa melihat dengan jelas karena tidak ada lampu ruangan yang menyala. Tapi dia yakin, itu siluet tubuh seseorang.

"Leander?" panggil Nicole sambil berjalan pelan ke samping, menuju tombol lampu berada.

Tidak ada sahutan.

"Siapa di sana?"

Sunyi. Hanya terdengar suara detak jam dan napasnya sendiri. Namun, siluet itu masih ada di sana.

Tap.

Lampu menyala dan Nicole mengedipkan matanya untuk menyesuaikan dengan keadaan yang terang benderang. Dia nyaris saja menjatuhkan gelas di tangannya saat menyadari siluet dalam kegelapan itu adalah Justin. Justin Bieber!

"Oh Tuhan!"

"Nic?"

Nicole merasakan kepalanya berdenyut. Dia seperti berada di pusaran air dan suara yang memanggilnya terdengar sangat jauh.

"Nicole! Bangun!"

Bangun?

Perlahan, Nicole membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk penyesuaian dengan ruangan yang terang.

Ruangan? Bukankah tadi dia sedang berdiri di dekat pintu kamar dan melihat Justin sedang berdiri di tengah-tengah dapur?

Sedetik setelah ingatan itu melandanya, Nicole terduduk di kasur dalam satu sentakan. Namun, tak lama setelahnya, dia merasakan ruangan berputar dengan cepat seolah sedang mengisapnya. Dia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata rapat-rapat, berharap pusingnya bisa menghilang.

"Ya Tuhan," erang Nicole. "Ada apa denganku?"

Terdengar suara desahan. "Kau demam."

Nicole berhasil membuka matanya dan mendapati Greyson sedang menatapnya kesal. Di belakang Greyson ada Leander dan Leandra yang sedang berdiri. Wajah mereka juga tak kalah kesal, meskipun juga ada kekhawatiran. "Demam?"

AlicanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang