25

241 46 16
                                    

Halo semuanya!

Selamat malam!

Terakhir kalinya aku update part 24 itu oktober 2021. Gila nggak tuh? Bisa-bisanya ga kepikiran buat unpublish cerita ini wkwk

Terima kasih buat kalian yang masih simpan cerita ini di library nya. Semoga berkenan menunggu dan meluangkan waktu untuk Alicante ini 😅

Berhubung SELINDUNG baru aja aku kelarin, aku mau berusaha buat lanjutin lapak ini karena ya ampun, kapan sih aku bisa publish cerita sampe selesai (I Found You aku putuskan untuk unpublish dulu biar ga nyampah di profil) 😌

Tinggalkan vote dan komentar kalau kalian masih berharap cerita ini kelar 😆

Oh ya, sebelumnya mungkin kalian bisa baca part sebelumnya, pasti udah lupa kan gimana alurnya (yaiyalah, hampir setahun gila!)

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Setelah makan malam yang berlangsung kurang menyenangkan karena Leander terus melontarkan sindiran tajam padanya, Justin mendorong kursi roda yang diduduki Nicole meninggalkan aula.

Cuaca malam itu cukup cerah. Udara terasa sejuk dan langit bertabur bintang. Justin menghentikan kursi roda Nicole di taman tidak jauh dari ruang tidur wanita itu.

"Sudah lebih baik?" tanya Justin sambil duduk di kursi beton di samping Nicole.

Nicole mengangkat bahunya. "Yeah, aku sudah mencoba berjalan tadi, namun baru beberapa langkah, tubuhku lemas dan nyaris tersungkur."

"Jangan terlalu memaksakan," ujar Justin. "Austin bilang kau butuh waktu pulih lebih lama mengingat kau dari bumi."

"Aku tahu," Jawab Nicole. "Leander sudah mengomeliku tadi karena memaksa berjalan beberapa langkah."

"Anak itu suka memarahimu?" tanya Justin.

"Dia khawatir karena sayang padaku."

"Cih!" Justin mendengus.

"Kau tidak sedang cemburu padanya kan?" goda Nicole.

"Dia bukan sainganku sama sekali, Nic. Jangan bercanda."

Nicole berhasil tertawa. "Tentu saja bukan. Dia kan putramu. Dasar aneh!"

"Aku khawatir dia menaruh perasaan padamu."

Nicole memutar bola matanya. "Ayolah, jangan berlebihan," sahut Nicole santai. "Aku menyesal dia bisa membaca pikiran."

"Kenapa?"

"Dia jadi mengenalku sangat baik, namun membencimu begitu dalam."

Justin mendesah. Dia kemudian mengambil tangan Nicole yang berada di pangkuan dan menggenggam nya ringan. "Apa sulit saat hamil mereka?"

Nicole ingin berkata tidak demi menyenangkan Justin, namun laki-laki itu pasti tau dia berbohong. Jadi akhirnya dia mengangguk. "Cukup buruk. Tapi aku bahagia."

"Seberapa buruk?"

"Aku muntah-muntah nyaris selama tiga bulan pertama. Sempat diinfus karena hanya sedikit yang bisa kumakan. Dokter mengatakan padaku jangan terlalu kecewa kalau kandunganku tidak bertahan meskipun sudah diberi vitamin dan penguat janin."

Justin semakin mengeratkan genggamannya tanpa sadar.

"Tapi mereka bertahan. Masuk trimester kedua, semuanya membaik. Nafsu makan, berat badan, dan perkembangan mereka berdua. Lalu di bulan terakhir menjelang kelahiran..." Nicole menghentikan ucapannya. Dia tidak ingin membuat Justin semakin merasa bersalah.

AlicanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang