8

657 92 19
                                    

HAI SEMUA!

SELAMAT MALAM~

LONG TIME NO SEE...

Well, ini aku bawa part 8 dan sangat sangat pendek. Sorry...

Aku usahakan part selanjutnya muncul lebih cepat, dan tentunya lebih panjang dari yang ini.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOoOo

Pria itu adalah orang yang membuat hari-hari di tahun terakhir sekolah Nicole menjadi buruk sampai akhirnya dia harus berkenalan dengan bajingan bernama Justin Bieber!

Perkataan Leander terus terngiang di telinga Nicole, bahkan sampai keesokan paginya. Begitu Leander masuk ke kamarnya dengan bantingan pintu yang cukup keras sampai bisa didengar negara bagian, Nicole berusaha memanggilnya. Menggedor pintu kamar itu sampai tangannya lelah, namun tidak membuahkan hasil. Leander tetap mengurung diri dikamarnya. Mengabaikan teriakan Nicole maupun Leandra. Bahkan anaknya itu sampai mematikan ponselnya.

Tidak ada anggota keluarganya yang tahu hal sampai sedetail itu kecuali dirinya sendiri. Greyson mengetahui nama Justin setahun setelah si kembar lahir, itu juga karena dia tidak sengaja mengucapkannya. Pada akhirnya dia menceritakan beberapa hal, secara garis besar pada kakaknya itu. Tapi hal sedetail itu sampai menyangkut Zayn? Bagaimana Leander tahu?

Nicole menatap Leander yang berjalan ke arahnya. Sarapan sudah terhidang di meja, tinggal menunggu Leandra yang masih membersihkan wajahnya. Leander pun duduk di hadapannya, bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun diantara mereka tadi malam.

"Apa maksud ucapanmu tadi malam?" tanya Nicole akhirnya setelah Leander terus menyantap nasi gorengnya tanpa berniat berbicara sama sekali.

"Ucapanku yang mana?" Leander balas bertanya tanpa menatap Nicole sama sekali.

"Jangan beromong kosong denganku, Lean," balas Nicole. "Aku sedang tidak berselera."

Leandra keluar dari kamarnya, kemudian duduk di samping Nicole. Dia pun mengibaskan tangan ke udara. "Sungguh, aura di sini jelek sekali."

Hening.

Leandra meringis. Ternyata suasana memang tidak begitu bagus, karena tidak ada yang menanggapi ucapannya barusan. Padahal dia berniat mencairkan suasana.

"Dari mana kau tahu soal Zayn?" Nicole kembali bertanya.

"Aku mendengarnya dari Greyson," jawab Leander pendek.

"Dan sekarang kau berbohong padaku." Nicole menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, tidak berniat menyentuh nasi gorengnya sama sekali. "Greyson sama sekali tidak tahu soal Zayn, tidak tahu tentang tahun terakhirku di high school, dan tidak tahu nama lengkap Justin."

Leander meletakkan sendok dan garpunya, nyaris membanting kedua benda itu hingga menghasilkan bunyi yang cukup nyaring. "Tidak peduli dari mana aku tahu, oke?" ujar Leander sengit. "Apapun yang menyangkut masa sekolahmu, Zayn, terutama bajingan yang disebut kembaran bodohku itu sebagai ayah, hanya membuatku naik darah. Jadi berhenti membicarakannya!"

"Kembaran bodoh katamu?" balas Leandra tak kalah kesal. "Hey, manusia sok pintar, kau pikir kau lahir begitu saja ke muka bumi? Kau pikir kau tiba-tiba muncul di dalam rahim Nicole? Bagaimana pun dia, dia tetap alasan kau ada di sini sekarang."

"Dan aku harus berterima kasih untuk itu?" tanya Leander ketus. "Hanya karena spermanya bertemu dengan sel telur Nicole, lalu menghasilkan kita berdua, kau pikir, dia pantas disebut ayah?"

"Yeah. Dia tetap ayah kita, dan aku tidak malu mengakuinya."

Leander berdiri dari kursinya, dan menatap Leandra dengan kobaran api dimatanya, siap membakar kembarannya itu. "Astaga Leane! Apa kau sadar dengan yang kau katakan?! Aku tahu kau tidak cukup pintar, tapi seharusnya kau tidak sebodoh itu!"

Leandra tetap tenang di kursinya. "Aku yakin dia punya alasan tentang kepergiannya."

Leander mendengus. "Alasan apanya! Dia itu cuma bajingan tidak punya otak—"

"CUKUP!" bentak Nicole, nyaris berteriak.

"—yang kebetulan hidup dimuka bumi!" Leander tetap meneruskan ucapannya.

"Sudah cukup, Lean." Kali ini Nicole berkata lebih pelan, dengan intonasi yang terkontrol.

Leander menatap kembarannya dengan tatapan membunuh ketika dia memutuskan untuk duduk, dan Leandra juga melakukan hal yang sama. Keduanya merasa paling benar, dan tidak berniat untuk menyamakan pendapat sama sekali.

"Kita hentikan pembicaraan tentang Justin. Jangan pernah membicarakannya lagi," ujar Nicole. "Dia bagian dari masa laluku, tidak ada hubungannya dengan masa kini, maupun masa depan. Biarkan tetap seperti itu."

"Aku juga tidak sudi membicarakannya," balas Leander ketus. Bagaimanapun, emosinya masih berkobar, tapi dia harus menekannya karena melihat wajah Nicole. Dia hanya tidak ingin melihat wanita itu terus terluka.

"Mungkin Leandra ada benarnya. Tanpa dia, aku tidak akan mendapatkan kalian berdua, dan aku tidak menyesal untuk itu."

Leandra menggenggam tangan Nicole dan tersenyum ke arah ibunya. Wanita terhebat yang pernah dia temui.

"Ketika kau bertemu dengannya, aku tidak ingin kau menyembunyikannya dariku," ujar Leander. Mulai menyantap sarapannya kembali. Jika nanti dia punya kesempatan untuk bertemu bajingan itu, dia pasti akan sangat gembira saat membuat laki-laki itu babak belur dengan tangannya sendiri.

"Dia tidak akan kembali Lean," balas Nicole.

Sekalipun Justin kembali, Nicole akan menyelesaikan urusannya dengan cepat, dan menyimpan keberadaan Leander dan Leandra baik-baik agar laki-laki itu tidak tahu sama sekali. Dan jika saat itu tiba, Nicole tidak akan memberitahu siapapun.

oOoOoOoOoOo

Pekanbaru, 10 Desember 2019

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR YAA YG BANYAK BIAR AKU SEMANGAT UPDATENYAA

Luuuvvvv

AlicanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang