🎵Fana merah jambu- Fourtwnty🎵
Gunung, kopi dan senyummu sama-sama bikin candu.
~~
Sekitar pukul setengah 2 pagi, rombongan Anton dkk bersiap-siap untuk nanjak. Gita sedang memakai sepatu pinjamannya dari Rizki, Anya sedang memakai sarung tangan tebalnya, Anton yang terlihat mengecek lagi barang bawaan dan beberapa anak lain sudah menggendong tas carrier mereka yang beratnya berkilo-kilo itu. Sangat berat, kamu nggak akan kuat😂
Gita dan Anya hanya membawa tas biasa yang berisi pakaian ganti dan beberapa makanan ringan yang dibawa dari rumah, ditambah satu botol air mineral ukuran besar, itu saja sudah terasa berat apalagi membayangkan membawa tas carrier 60 L itu. Membawa diri sampai ke puncak saja, sudah berat. Wkwk Pendaki mah harus kuat.
Setelah Anton memimpin do'a untuk perjalanannya, mereka segera memasuki kawasan hutan dan meninggalkan basecamp mawar. Perjalanan sampai puncak diperkirakan membutuhkan waktu 4 jam. Kebayang dong, betapa lelahnya.
Diawal perjalanan, mereka gantian bercerita tentang apa saja dan kadang memancing tawa yang lainnya. Jalanan setapak mereka lewati langkah demi langkah, pijakan demi pijakan bebatuan terjal mereka lalui. Jalan pun semakin menanjak dan menguras tenaga mereka.
Gita sama sekali tidak memiliki rasa takut disaat seperti ini. Ditengah hutan, melewati bebatuan terjal, dan dalam kegelapan. Hanya sebuah senter ditangannya yang menerangi jalannya, serta sebuah Do'a didalam hatinya. Ia percaya bahwa Tuhan akan selalu melindunginya.
Tidak terasa mereka sudah tiba di pos 1, trek masih ringan cukup terbuka dan tidak terlalu menanjak, dikelilingi perdu, rumput, dan jarang pepohonan besar. Mereka pun beristirahat sembari minum dan ada juga yang membaringkan tubuhnya.
Beberapa kali mereka menjumpai pendaki-pendaki lain dan saling bertegur sapa. Anak pendaki memang ramah-ramah, gaes. Tapi nggak semua juga, sih.
Perjalanan mereka lanjutkan dengan langkah semakin berat. Tak ada pembiracaan sama sekali jika itu tidak penting karena mereka harus menghemat tenaga. Pos 2 dan pos 3 sudah mereka lalui, sambil beristirahat sebentar disetiap pos.
Jalan benar-benar menanjak terus hingga menuju pos 4, dengan bebatuan yang semakin terjal pula. Sisi sebelah adalah tebing, sedang sisi satunya adalah jurang. Tergelincir sedikit saja, nasibnya akan terperosok kedalam jurang yang curam dibawah sana. Mengerikan.Gita menghentikan langkahnya. Mengambil napas sebanyak banyaknya dan terlihat terengah-engah. Anya yang berada dibelakang Gita memberikan arahan supaya mengatur napasnya.
"Tarik napas dalam, tahan 3 detik, 1 2 3 lepaskan... "
"Huuuuufff" Gita membuang napas pelan. Merasa lebih baik ia pun mengulangi hingga beberapa kali. Tim di depan terus berjalan tanpa menunggu yang dibelakang. Membuat Anya dan Gita mendengus kesal. Tak terkecuali Rizal, dan Dika yang ada dibelakangnya.
"WOI" Pekik Dika memberi instruksi tim yang ada didepan agar berhenti dan istirahat.
"Kalau capek istirahat. Jangan maksain." Kata Anton diatas sana.
"Yang didepan jangan buru-buru dong, tungguin lah yang belakang." Kata Dika dengan nada sedikit jengkel dengan pasukan depan yang berjalan cepat sekali seperti dengkul balap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mountain i'm in love
RomanceMendaki gunung bagi sebagian orang adalah sebuah hobi. Tak terkecuali dengan Gadis bernama Gita. Dia sangat menyukai kegiatan itu, dan seluruh rangkaian perjalanannya. Namun di mata Satria, dia memiliki pandangan yang berbeda dari sebuah hal mendak...