13. keluarga Satria

101 5 0
                                    


Keesokan harinya, Satria menepati janjinya untuk mengajak Gita pergi ke Semarang bertemu dengan orang tua Satria. Perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam.

"Emm.. tunggu." Kata Gita saat mereka sudah sampai di halaman rumah Satria yang luas. Rumah Satria ternyata cukup besar. Gita tidak pernah menyangka, ternyata calon suaminya adalah anak orang kaya. Beberapa mobil terlihat bertengger di garasi. Namun selama mengenal pribadi Satria sejak dulu, pemuda itu tak pernah menunjukkan kekayaannya di depan Gita. Ya, dia mengenal Satria sebagai sosok yang bersahaja.

"Iya, kenapa ?" Satria mengamati perubahan wajah Gita yang menjadi agak pucat sekarang. Mungkinkah dia gugup akan bertemu dengan orang tuanya ?

"A-aku takut." Ucap Gita tiba-tiba.

"Takut apa sayang ?" Gita mendongak menatap Satria yang memanggilnya dengan panggilan itu lagi. Ia sedikit menyunggingkan senyum.

"Takut kalau orang tuamu, tidak menyukai ku." Gita kembali tertunduk.

"Hey, tenang. Mereka baik, pasti mereka akan langsung menyukaimu."

Benarkah begitu.

Satria menggandeng tangan Gita saat mereka masuk ke dalam rumah. Hari minggu seperti ini Ayahnya libur bekerja dan ibunya seperti biasa ada dirumah.

Ayah Satria yang sedang bersantai membaca koran di ruang tamu, perhatiannya langsung tertuju pada perempuan yang dibawa oleh Satria.

Gita mencium tangan Ayah Satria.

"Lho iki kan mbak puskesmas sing ngerawat kowe mbiyen to, Sat ? (Lho, ini kan mbak puskesmas yang merawatmu dulu, Sat ?)." Ternyata Ayah Satria masih mengingat betul wajah Gita.

"Nggih, pak." Jawab Gita sambil tersenyum.

Setelah di persilakan duduk, Satria ke dalam untuk memanggil ibunya.

"Sopo jenengmu ndok ?. (Siapa namamu, ndok ?)"

"Nami kulo Gita Oktaviani putri, Pak." Ayah Satria mengangguk sambil menyesap kopinya.

Setelah itu, suasana menjadi hening. Tak tahu lagi apa yang akan dilakukan selanjutnya selain menunggu kedatangan Satria dan ibunya.

Tak lama Satria pun akhirnya kembali bersama Ibunya. Meski di usianya yang sudah paruh baya, namun ibu dari Satria terlihat masih muda dan cantik. Pasti beliau selalu melakukan perawatan di salon. Penampilannya juga terlihat seperti Ibu-Ibu sosialita. Wajar, horang kaya. Ahihihii

Gita bangkit dari duduknya dan mencium tangan ibu Satria.

"Gita ini ternyata suster yang merawat Satria di kudus, Buk." Bapaknya Satria memberitahu kepada istrinya. Gita sedari tadi hanya tersenyum kikuk.

"Oh, kamu seorang perawat. Lalu, bagaimana nanti kamu mengurus keluargamu, ndok ? Kamu pasti akan sibuk bekerja." Kata Ibunya Satria.

Gita terkejut dengan penuturan Ibunya Satria. Ternyata benar dugaannya, bahwa dia pasti tidak diterima dikeluarga ini. Apalagi dia bukan anak orang kaya. Nyali Gita mulai menciut sekarang.

Satria yang mengamati perubahan Mimik wajah Gita, merasa kasihan karena dipojokkan oleh ibunya.

"Buk, Gita ini sudah sekolah tinggi-tinggi. Ya, wajar kalau dia bekerja. Malah bagus, dia bukan anak manja yang bisanya hanya berpangku tangan. Nantinya dia akan membantu keuangan suaminya." Satria angkat bicara.

Wanita itu hanya mengangguk. Tak lagi ada sebuah senyuman diwajahnya. Saat itu, mbok darmi pembantu keluarga mereka datang membawakan minuman dan beberapa camilan.

Mountain i'm in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang