11. sisi lain Satria

116 4 0
                                    


🎵Virzha- Aku lelakimu🎵

~~

Malam hari setelah hampir tidak ada aktivitas apapun di puskesmas, pasien rawat inap juga sudah terlelap. Gita hari ini bertugas shift malam dan dia akan mencoba mengecek keadaan Satria. Ah, ya bukan sekedar mengecek kondisi pasien yang sudah dirawat beberapa hari itu, Gita ingin sekali melihat Satria walau hanya sekedar menatap wajah terlelapnya.

Setelah dokter Agus mengatakan keluarga pasien itu sedang pulang dan tidak ada yang menjaganya, entah mengapa hati Gita terpanggil untuk masuk ke dalam ruangannya. Walau entah apa yang akan dilakukannya nanti.

Benar. Satria telah terlelap dalam tidurnya. Gita mulai memandangi wajahnya lekat-lekat. Penampilan laki-laki itu ternyata sudah berbeda dari yang terakhir kali mereka bertemu. Rambutnya sudah tidak acak-acak an lagi. Dengan potongan pendek, dan sedikit lebih rapih. Kumis yang mulai tumbuh karena tidak sempat mencukurnya selama dirawat, dan tentu saja dengan bulu mata lentik yang selalu menjadi pusat perhatian Gita sejak dulu. Gita tersenyum.

Gita berdiri di samping ranjang Satria. Menatap wajah laki-laki itu dengan intens. Ternyata, yang ditatap belum terlelap sepenuhnya. Ia masih terjaga. Menyadari ada seseorang, dia membuka matanya.

Deeeng. (Anggap backsound terkejut)

Gita salah tingkah saat mata mereka telah beradu. Gita memutar bola matanya, mencari alasan yang tepat tentang keberadaannya tengah malam begini di kamar pasien.

"Ehm.. ak-aku hanya mengecek keadaanmu. Kudengar keluargamu pulang dan tidak ada yang menjagamu. Ak-" Satria perlahan mengambil tangan Gita dan menggenggamnya. Membuat sang empunya tangan mendadak terkejut dan menghentikan ucapannya.

Satria masih dengan ekspresi dingin. Rahang kerasnya mengatup dengan sempurna. Membuat Gita semakin salah tingkah hanya dengan ditatap seperti itu.

"Aku kangen." Celetuknya tiba-tiba dengan nada lirih.

Hey. Apa Gita tidak salah dengar ? Gita membelalakkan mata. Apa benar seperti itu, apakah diam-diam mereka masih saling merindukan ?

"A-apa ?" Tanya Gita sekali lagi.

Satria malah tersenyum pahit. Dan melepaskan genggamannya.

"Aku tau kamu membenciku. Tapi bisakah sedikit ramah pada pasienmu ?" Jawab Satria yang merasa sikap Gita terlalu acuh.

"Mm-maksutnya ?" Gita masih juga tak mengerti apa maksut perkataan Satria.

"Kamu masih benci kan sama aku ?" Tanya Satria mencoba memastikan.

Benci ? Tidak sama sekali. Bahkan aku sangat merindukan mu sampai saat ini. Aku bahkan belum bisa melupakanmu.

"Aku ? Ndak kog. Mungkin kamu yang membenciku dan tidak ingin lagi melihat aku ada di tempat ini,sekarang to. Aku permisi." Ucap Gita kemudian berlalu dari tempat itu.

Sembari berjalan keluar, Gita tak kuasa menahan tangisnya. Dia benci jika harus menangisi kisah pilu nya dengan laki-laki itu. Sebisa mungkin dia menghindari Satria Karena akan seperti ini jadinya, tangisnya akan pecah seketika.

~~

Besoknya, Satria sudah diperbolehkan untuk pulang. Meski dengan tangan kanan yang masih terbalut kain perban yang terlihat agak bengkak. Punggunggnya sudah tidak sesakit saat pertama kali diperiksa dokter Agus dulu.

Satria dibantu oleh ayahnya turun dari ranjang. Satu orang lagi terlihat mengemasi barang-barang mereka. Satria celingukan mencari keberadaan Gita. Dia ingin mengucapkan terimakasih karen selama ini telah merawatnya.

Mountain i'm in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang