🎵Andmesh kamaleng- Hanya rindu🎵~~
Satu tahun kemudian.
Beberapa bulan yang lalu, Gita telah berhasil mendapat gelar sarjana fakultas kesehatan masyarakat di universitas swasta yang ada di kota Semarang. Gita juga tidak lagi tinggal di kota itu. Ya, dia kembali ke kampung halamannya, tinggal dan menetap di kabupaten Kudus, Jawa tengah.
Setelah lulus kuliah, Gita mencari pekerjaan di kota kelahirannya agar bisa berkumpul lagi bersama keluarganya tercinta. Satu-satunya sumber kebahagiaan untuknya. Setiap hari bisa melihat guratan senyum ibu dan ayahnya yang berusia paruh baya, adik kecilnya, Lintang dan juga neneknya yang sudah sepuh.
"Sudah mau berangkat kerja kamu, ndok. ?" Tanya nenek Gita yang sedang duduk-duduk santai menikmati secangkir teh di teras.
"Nggih, mbah. (Iya, nek)." Jawab Gita lalu mencium tangan neneknya.
"Ati-ati yo ngger. (Hati-hati ya nak)." Kata nenek Gita memberi wejangan. Gita hanya tersenyum lalu mengangguk.
Gita mengeluarkan motornya dari dalam rumah, menaikinya dan langsung menuju ke tempat kerjanya.
~~
"Sudah berapa hari adeknya demam tinggi, bu ?" Tanya seorang petugas kesehatan yang masih terlihat baru itu. Ya, Orang itu adalah Gita. Perempuan itu mengenakan jas putih, dengan stetoskop yang masih menggantung di lehernya.
"Demam biasa sudah dari kemarin, Bu. Tadi pagi sangat panas sekali dan juga mual-mual. Tidak mau makan, dan katanya badannya sakit sekali." Jelas ibu dari seorang pasien anak berumur 10 tahun itu dengan panik.
"Saya tadi menemukan ada beberapa bintik merah di tubuhnya. Dengan mengidentifikasi gejala-gejalanya, kemungkinan anak ibu terkena DBD."
"Apa ? DBD Bu ? Lalu bagaimana ?"
"Dia harus mendapatkan perawatan intensif. Dari puskesmas akan memberikan surat rujukan ke rumah sakit untuk dirawat inap, Bu."
"Baik, Bu."
Gita melakoni pekerjaannya dengan sepenuh hati. Bagaimana pun ia harus berterimakasih kepada orang tuanya yang telah membiayai pendidikannya hingga sarjana. Sehingga dia bisa menjadi seperti sekarang ini.
~~
Minggu pagi yang cerah ini, membuat Gita ingin menikmati suasana luar dan berjalan-jalan. Ditemani Lintang, adik perempuan kesayangannya. Dia selalu senang setiap kali diajak ke CFD. Bisa jajan sepuasnya, begitu katanya.
Bersantai dan sekedar mengamati beberapa orang yang sedang berjoging ria mengitari alun-alun simpang 7 Kudus, Gita dan Lintang duduk ditepi bangku yang ada disana.
Suasana seperti ini mengingatkannya dulu ketika masih kuliah. Dia sering sekali berkunjung ke Car free day bersama teman-temannya. Dia pun teringat pada kejadian dimana Anton mengenalkan pacar barunya kepadanya. Siska, ya dia ingat namanya dan juga parasnya yang cantik. Pantas saja Anton menyukainya karena dibanding dirinya, memang tak ada apa-apanya. Gita tersenyum miris.
Jika teringat dengan Anton, dia pasti juga mengingat seseorang. Ya, Siapa lagi kalau bukan Satria. Nama yang selama setahun belakangan ini mengganggu pikirannya. Setelah putus dengan laki-laki itu, Gita tak pernah lagi menjalin hubungan dengan siapapun. Dia fokus pada kuliah semester akhirnya dan menyelesaikan skripsinya dengan baik.
Dia bahkan belum sepenuhnya melupakan Satria. Ia masih menyimpan baik-baik memori kenangannya. Tenggelam Dalam rasa penyesalan yang selalu menghantuinya.
Satria, aku merindukanmu.
Mata Gita selalu panas jika mengingat tentang pria itu. Menyebut namanya saja sudah berhasil membuatnya berkaca-kaca. Sampai kapan selalu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mountain i'm in love
Storie d'amoreMendaki gunung bagi sebagian orang adalah sebuah hobi. Tak terkecuali dengan Gadis bernama Gita. Dia sangat menyukai kegiatan itu, dan seluruh rangkaian perjalanannya. Namun di mata Satria, dia memiliki pandangan yang berbeda dari sebuah hal mendak...