Waktu begitu cepat berlalu, sekarang aku sudah mulai mengikuti home schooling. Ya, penilaian akhir tahun sudah selesai, aku naik kelas sebelas, dan kak Nanda kelas dia belas. Sekarang perut buncit ku semakin nampak, sampai sampai sekarang kalau mau keluar rumah aku harus memakai baju yang kelonggaran, agar perut buncit ku tak terlihat orang luar.
Sebenarnya aku ingin sekali bersikap bodo amat sama penilaian orang lain tentang aku. Yang kalau aku keluar rumah pasti ada saja orang yang tidak mengenal ku, tetapi menilaiku lebih dari orang yang sangat mengenaliku.
Apalagi kalau sedang jalan ke mall, dan tidak sengaja bertemu dengan kakak kelas ataupun teman seangkatan, beh bisa ga nafsu makan sampai 1 jam. Iya, ga bisa kalau sehari ga makan soalnya. Hehehe.
Terkadang mereka yang sedikit mengenal ku akan bertanya, apa benar sedang mengandung?, dan sudah pasti aku hanya menjawabnya dengan tersenyum lalu pergi menghindar.
Lalu, kalau orang yang tidak mengenal ku sama sekali, terus kita ketemu, dia pasti cuma akan diem, dia ga akan berani nanya. Ya kan kita ga kenal, walaupun satu sekolah. Tetapi, kalau dari cerita Hana mah, orang yang nggak kenal sama aku malah lebih banyak nyebarin berita yang bisa dibilang hoax. Ya. Mereka banyak mulut.
Aku sih cuma terima cerita dari Hana, kalau Kak Nanda, dia selalu saja menghindar setiap kali aku bertanya tentang 'di sekolah ada yang gosipin aku nggak?! ' . Terdengar sangat percaya diri, tapi kan memang benar begitu adanya.
Ya aku sebenarnya mengerti apa maksud Kak Nanda menyembunyikan segala masalah yang terjadi di sekolah. Dia nggak mau istrinya banyak pikiran, apalagi aku sedang mengandung, jika banyak masalah nanti malah aku sakit. Mungkin begitu.
Lagi pula home schooling ternyata tidak terlalu buruk, gurunya asik, bisa diajak curhat, layaknya teman sekolah. Ya maklum, beliau sendiri baru lulus dan baru mendapatkan gelar sarjana nya bulan lalu.
Sekarang, aku sedang bersantai di gazebo taman belakang rumahku, baru dibuat, ternyata se sejuk ini, nyaman sekali.
"Hei... Udah makin sore, masuk aja yuk" Kata Kak Nanda yang tiba tiba muncul dan duduk dihadapan ku.
"Ngga ah, enakan di sini"
"Nggak boleh dong, kasian anak anak kedinginan, masuk yuk.. " Bujuk nya lagi.
"Eh Kak, gimana kalau malam ini kita tidurnya disini aja? Adem tau.. "
Dengan spontan kak Nanda menggeleng cepat, tanda tidak menerima permintaanku.
"Gaboleh! Banyak nyamuk! "
"Aaaaaa... Ga mau, maunya disini, gamauuu"
"Gaboleh sayang.. Kalau kita tidur disini nanti masuk angin, terus banyak nyamuk, nanti badan kamu bentol bentol"
"Kan bisa ngambil selimut di kamar, yaaa.. " Puppy eyes ku sudah ku keluarkan.
"Kali ini aku gabolehin" Katanya final, sambil menggendong ku untuk masuk ke dalam rumah.
"Turunin aku, pengen muntah... "
Ya, tiba tiba aku merasa mual. Padahal sudah lama sekali aku sudah tidak merasakan gejala hamil yang satu ini. Mungkin ini bukan gejala hamil. Aku telat makan.
Bukannya menurunkan aku, Kak Nanda malah tetap menggendongku dan berlari menuju kamar mandi di kamar.
Setelah sampai Kak Nanda segera menurunkan aku lalu membiarkan aku mengeluarkan segala yang ingin aku muntahkan. Dia juga sambil memijat tengkuk ku.
"Aduh.. Kan, bandel dibilangin nya sih... " Ocehnya sambil terus memijat tengkuk ku .
"Lemes Kak... "
"Iyaudah aku gendong kamu lagi.. "
"Kak, pengen nasi kuning"
"Aduh... Kamu ngidamnya aneh aneh, yang lain ya sayang... "
"Nggak mau, maunya itu! Cepetan kak.. Aku belum makan dari tadi.. "
"Astaghfirullah Lisa.. Kenapa kamu ga bilang dari tadi.. Aduh anak anak aku jadi kelaperan kan, ya Allah sayang... "
"Udah cepetan kak, aku makin mual ini...!!! "
Dengan segera Kak Nanda mengambil kunci motor dan jaketnya, dan segera pergi dengan salam. Apa dia akan menemukan penjual nasi kuning jam segini?, aslinya aku kasihan, tapi ya gimana... Anak-anak nya yang minta.
°
°>°
°
Jam delapan malam Kak Nanda tiba dirumah, dengan selamat. Huft, sebenarnya dari tadi ada rasa khawatir yang terus hadir, ya gimana nggak mau khawatir, kondisi diluar angin lumayan besar.
"Assalamu'alaikum... " Salam nya ketika masuk ke rumah.
"Wa alaikumussalam... "
"Ini pesenan kamu, aku ambilin piring dulu"
Ini adalah salah satu hal yang membuat aku semakin jatuh dan jatuh hati pada suami ku ini. Secapek apapun dan se gregetan apapun, dia akan tetap sabar dan senyum sama istrinya ini. Ya, kecuali kalo urusan orang ketiga, kaya masalah sama mantan kemarin.
"Kok pake susu? "
"Udah jadwal nya ini..., udah ayo makan dulu"
"Besok beli susu ibu hamil nya yang rasa jeruk aja yah.. " Ucapku asal, sebenarnya aku hanya ingin menggoda nya saja. Suamiku ini kalau terkejut ekspresi nya beda dari yang lain.
"Hah?!! Emang ada? Gausah aneh aneh deh"
"Aku juga nggak mau kali minta yang aneh aneh kaya gitu. Ini tu anak anak kamu yang minta"
"Selalu aja pake anak anak buat minta yang di pengenin" Gumamnya pelan.
"Apa kamu bilang?! "
"Eh, eng- enggak kok sayang, kamu cantik"
"Nggak ketipu!! "
Setelah selesai makan, aku segera membereskan piring piring yang tersebar cantik diatas meja depan televisi. Malas sebenarnya, harap harap Kak Nanda akan membantu untuk mencuci piring piring ini.
"Udah, kalo males besok aja dicuci nya"
Wuh, bisa peka juga ternyata. Awaww, inisih batin do your magic. Sorry sekarang anak Tweeter.
"Kalo di cuci nya besok nanti numpuk, nanti makin capek akunya.. "
"Iyaa.. Iya, aku yg beresin"
"Gitu dong.. Hehehe"
•
•
•
Bersambung.....
°
Holaaaaa
Maaf ya telat
Maaf kalo ga jelas dan kalo ada typoJangan lupa vote
Follow juga yaa..IG : @Kasyafira_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wifey [END]
Teen Fiction[PLAGIATOR MINGGIR] Takdir yang mempertemukan sesuatu yang kuanggap mustahil, tapi menjadi sesuatu yang benar benar nyata. Meskipun terlalu cepat. -Ayunda Tsalisa ***** Kita memang terlalu dini untuk mengikat diri dalam ikatan sakral pernikahan. Tap...