Jarum jam tak mau bergerak cepat
Tak taukah dia?
Aku sedang rindu se-rindu rindu nya
Cepatlah!Ah, selamat pagi. Hari ketiga tanpa suami. Huh, sedikit terbiasa sepertinya. Kurasa kami malah seperti dua anak muda yang menjalani hubungan jarak jauh. Yang setiap malam telfonan sampai salah satunya tertidur, eh, atau keduanya mungkin, terus paginya baru sadar kalo belum dimatiin.
Tapi tidak untuk aku dan Kak Nanda, telfon lama sedikit pasti aku akan segera menutup telfonnya. Bukan apa apa, rasa rinduku ini kalau sudah mendengar suara pujaan hati akan mudah untuk membuatku terbawa perasaan.
Mungkin ini sedikit lebay, tapi ya beginilah kalau pasangan yang baru dalam masa adem ayem nya pernikahan, gak mau ditinggal jauh, apalagi aku sedang mengandung, ribet kalau nyidam nggak ada yang nurutin. Ada sih, mama mertua, tapi agak nggak enak juga.
Hari ini Bunda akan berkunjung ke rumah, katanya rindu sama anaknya. Kemarin sempat melarang Bunda untuk datang, karena sepertinya yang lebih baik untuk berkunjung adalah aku. Tetapi Bunda melarang, katanya anak dan cucunya nggak boleh capek. Bawaannya dalam hati ingin menggerutu terus. Gimana capeknya? Tiap hari aja rebahan sambil ngemil terus sama ngelus adek bayi yang udah beberapa hari nggak dimanjain papanya.
'Kak Nanda, banyak banget ya kerjaan nya? Ayolah segera pulang, anak istrimu ini rindu sekali padamu'
Ngomong ngomong, pagi ini aku sedang rebahan. Klise. Ya apalagi yang mau diceritakan, kemana-mana saja tidak diperbolehkan, makan sudah disediakan tepat waktu, beres beres sudah ada pembantu.
Mungkin untuk orang lain ini sangat enak sekali ya, tetapi untuk aku yang dari kecil sudah dibiasakan hidup mandiri, ini cukup membuat ku cepat bosan.
Aku suka penasaran dengan alasan Bunda menikahkan ku dengan usia yang terhitung belum cukup umur, untuk segera menikah. Apa mungkin karena Bunda melihat ku yang sering membantu nya didapur, lalu Bunda berfikir kali aku sudah siap untuk dinikahkan?.
Tetapi apapun alasannya, aku yakin. Tak ada orang tua yang ingin anaknya disakiti oleh laki-laki dengan asal. Tak ada orang tua yang ingin anaknya terjebak dalam hubungan yang tak tentu tetapi sudah ingin memiliki semuanya.
Walaupun begitu, bukankah aku sudah mengecewakan orang tua ku? Karena aku, sudah pernah terikat hubungan dengan laki-laki yang hanya tau, pacaran tak akan sampai ke jenjang pernikahan.
Ya mantan kekasihku itu benar, dan dia hanya menjaga kan jodoh orang lain. Seandainya saat aku dijodohkan dengan Kak Nanda, dan aku masih berhubungan dengannya, aku tak tahu akan bersikap bagaimana. Apa mungkin aku akan bersikap seperti dalam novel yang pernah aku baca.
Wanita nya akan memilih berhubungan diam diam dengan sang kekasih, sementara sangat suami berusaha mengubah rasa dalam hatinya untuk sang istri. Untungnya bukan aku.
Kudengar suara telepon ku berbunyi, suami ku telfon.
"Assalamu'alaikum sayang... "
"Waalaikumsalam ayah.. "
"Jangan di panggil ayah dulu dong, aku ngerasa udah jadi bapak bapak banget"
"Bukannya kamu emang udah berjiwa ke-bapak an banget yah? "
"Iya kan aku, tapi bisa gitu panggil sayang, biar kaya orang yang pacaran.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wifey [END]
Teen Fiction[PLAGIATOR MINGGIR] Takdir yang mempertemukan sesuatu yang kuanggap mustahil, tapi menjadi sesuatu yang benar benar nyata. Meskipun terlalu cepat. -Ayunda Tsalisa ***** Kita memang terlalu dini untuk mengikat diri dalam ikatan sakral pernikahan. Tap...