4- injun?

4.8K 804 150
                                    


Sudah dua hari injun belum juga bangun dari pingsan nya. Sekarang ini jeno sudah berada di rumahnya. Menjaga seorang pria yang tak di ketahui namanya. Bahkan jeno Sudah melaporkan ke polisi tapi belum juga ada kepastian siapa keluarganya. Jeno agak takut kalau setiap hari harus mengganti baju si mungil.

Ya.. Takut menerjang tubuh tak berdaya itu.

"Jen? Kau makanlah. Biar kuperiksa anak itu.." kakak jeno memasuki kamar jeno. Membawa peralatan dokter miliknya. Untunglah jeno memiliki kakak seorang dokter. Yahh.. Walaupun dia dokter hewan tapi tak apalah.

"Tidak hyung. Biarkan aku melihatmu memeriksanya" jeno menyingkir dari tempat tidur. Mempersilahkan kakaknya memeriksa injun.

"Ohooo lee jeno.. Tenanglah aku tak akan macam macam dengan pacarmu. Aku hanya akan memeriksanya" kakak jeno mulai memeriksa injun dengan serius. Bahkan wajah jeno lebih serius!

"Hyung! Dia bukan pacarku! Aku hanya penasaran ada yang aneh atau tidak di tubuhnya! Dua hari dia tidak sadar. Itu membuatku bingung...."

"Tidak ada. Mungkin dia hanya lelah dan sedikit trauma. Kita sudah membawanya ke rumah sakit kemarin. Dia tak apa. Besok dia pasti sadar jen.." kakak jeno membereskan peralatan miliknya dan menyelimuti tubuh injun.

"Pasti??"

"Aku yakin.." kakak jeno tersenyum sangat manis.

"Baiklah hyung..." jeno kembali memandangi tubuh mungil itu. Besok kalau dia bangun tapi tak ada seorang pun dirumah bagamana?! Jeno harus sekolah besok.

"Ah ya.. Aku akan kembali ke klinik. Mungkin akan menginap disana jen" kata kakak jeno.

"Kenapa hyung? Ada masalah? " tanya jeno khawatir. Tak biasanya kakaknya memilih menginap di klinik.

"Bukan masalah serius. Ada seekor anjing jalanan yang terluka kakinya. Besok anjing itu harus dioperasi. Aku harus memastikan dia baik baik saja.."

"Baiklah..." jeno mengangguk dan berdiri hendak kedapur mengambil minum. Kakak jeno langsung pergi.

Jeno meletakkan gelas air minumnya di meja kecil dekat tempat tidur dan memastikan injun tidak deman. Setelah mengecek suhu tubuh injun jeno duduk di meja belajarnya dan memainkan ponsel agar tidak bosan.

"Ummm... Mmm..." jeno terlonjak kaget ketika mendengar gumaman dari mulut si mungil. Reflek jeno langsung berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan injun.

"Ummhh.. A-" tangan jeno terulur untuk menyeka keringat yang membasahi dahi injun. Jantungnya berdegub kencang menunggu si mungil ini membuka matanya.

Perlahan mata cantik itu terbuka. Dia perlu menyesusikan cahaya yang ada di kamar jeno. Matanya beberapa kali mengerjap.

"Kau merasa pusing?"

"AAAAAAAAAAKKKKKKKK" pertanyaan jeno malah dihadiahi pekikan yang cukup keras. Hebat sekali si kecil ini. Baru sadar sudah berteriak.

"Hey.. Tenang oke... Tarik nafas..." jeno hendak menyentuhnya namun injun memundurkan tubuhnya. Memandang jeno dengan ketakutan. Bahkan menutup sebagian wajahnya dengan selimut.

"A-aku bukan orang jahat. Tenanglah..."

"PERGI PERGI PERGI! " si mungil menendang nendang dan mengayunkan tangannya seakan melihat monster.

"Pergi kemana? Ini rumahku"

Si mungil seketika diam. Rumahnya? Injun dimana? Siapa orang berhidung besar ini?

"K-kau siapa?!" injun berteriak seperti orang ketakutan.

"Pertama kumohon kau jangan berteriak. Kedua aku bukan orang jahat. Kau tak perlu takut. Dan nama ku jeno. Lee jeno.."

Fox Under The Moon [Noren|markren|jaeren]EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang