Jeno sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar mandi. Didalamnya ada manusia setengah rubah yang sejak satu jam yang lalu tak kunjung keluar dari kamar mandi. Pikiran jeno sudah kemana mana. Bagaimana kalau si mungil itu memakan sabun?Injun memang tidak jadi tidur. Katanya si mungil ingin berendam air bunga seperti saat di istana dulu. Tapi karna jeno tak punya bunga jadi injun berendam air busa :(
"Injun? Kau sudah selesai? Jangan bermain main.." jeno mengetuk pintu lagi. Lagi lagi tak ada respon. Yang jeno dengar hanyalah suara tawa milik si rubah.
"Jeno! Menyenangkan sekali ada air terjun didalam sini hihihi" pekik si mungil. Jeno berfikir apakah air terjun yang injun maksud itu adalah keran air?
"Jangan bermain main injun! Kau sudah selesai?!" jeno sedikit berteriak. Ia hanya terlalu khawatir kalau kalau injun terpeleset dan gagar otak. Yah.. Jeno memang berlebihan.
"AAAAAAKKKKKK" tiba tiba si mungil berteriak. Jeno yang panik langsung masuk tanpa berpikir panjang.
"Ada apa injun?! Kau terluka?!" jeno berjongkok karna injun sedang berendam di bath up. Meneliti wajah injun terutama keningnya. Siapa tau kening injun terantuk tembok lagi.
"Ugh... Mataku sakit. Busa busa itu membuat mataku sakit.." injun mengucek matanya. Jeno yang melihat itu langsung mengambil air bersih dan membasuhkan ke wajah injun.
"Sudah lebih baik?" jeno memperhatikan raut wajah injun. Seketika jantung nya berdebar. Astaga injun sedang mandi dan jeno menyusup masuk! Injun kan sedang tidak memakai apapun! Yatuhan jeno rasanya ingin tenggelam ke rawa rawa.
"Uhmm.. Ya ini lebih baik. Tapi sekarang aku lapar" simungil memandang jeno dengan wajah memelas. Dasar! Jeno mana tahan kalau seperti ini! .
"Pakai handuk mu. Lalu kita makan" jeno berdiri dan keluar kamar mandi. Dia memegang dadanya. Sial punggung injun sangat mulus!
Tak mudah memakaikan injun baju. Rubah kecil itu selalu menolak jika jeno memilihkan bajunya. ketika jeno sudah jengah dia asal memberikan hoodie milik kakaknya pada injun. Si mungil langsung setuju untuk memakainya. Ingin rasanya jeno mengigit pipi gembil itu. Kenapa tidak dari tadi saja jeno memberikan baju milik mark?!
Sekarang jeno dan injun sedang di dapur. Injun duduk dimeja sedangkan jeno memasakkan sesuatu untuknya.
"Duduklah di kursi injun. Jangan duduk dimeja" jeno berkata tanpa melihat injun. Dia sedang fokus pada masakannya. Jeno hanya tinggal bersama kakaknya. Jadi dia terbiasa memasak. Yah.. Walaupun bukan masakan seperti di restoran.
"Tidak mau. Kursinya terlalu rendah. Aku kan jadi tidak bisa melihat jeno.." pernyataan si mungil membuat jeno bersemu. Entah sejak kapan jeno dibuat mudah salah tingkah seperti ini.
"Nah makanan mu sudah siap!" jeno meletakkan makanannya di meja.
Injun yang tadinya semangat langsung lesu. Mungkin kalau jiwa rubahnya kembali. Telinga rubah injun sudah layu seperti bunga yang tidak disiram.
"Ada apa injun? Bukankah kau lapar?" jeno heran. Tadinya si mungil begitu antusias untuk makan. Sekarang kenapa terlihat tidak bersemangat?
"Aku tidak suka ikan jenooo! Ewhh.. Baunya tidak enak" suara injun berdengung karna dia menutup hidungnya. Jeno pikir rubah itu seperti kucing. Diberi makan ikan langsung mau. Oh ternyata tidak.
"Lalu? Kau mau makan apa?"
"Aku mau ummmm....." injun melihat sekeliling. Matanya terfokus pada siaran iklan di tv.
"Injun ingin itu!" si mungil menunjuk kearah tv dengan semangat. Matanya berbinar seakan itu adalah makanan terenak didunia.
"Nata de coco? What? Injun kau sudah dua hari belum makan nasi dan sekarang mau apa? Nata de coco? Tidak tidak kau harus makan nasi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox Under The Moon [Noren|markren|jaeren]End
ФэнтезиAku menemukannya kemarin saat berkemah dihutan. -MARK- -RENJUN- -JENO- and others. . .