Mark memijat pelipisnya. Kepalanya serasa mau pecah mendengar kata 'yang mulia' oh ayolah memangnya ini tahun berapa?!"Yang mulia! Lihat ini..." injun berlari dari dapur. Dia memperlihatkan tangannya. Mark mungkin biasa saja kalau injun membawa capung atau kupu kupu. Tapi dia malah memperlihatkan tangannya yang berdarah dan menetes dilantai. Mark hendak menghampiri injun namun mengapa telapak tangannya juga terasa berdenyut?
Mark acuh. Segera ia mengambil obat merah dan perban.
"Kau bermain apa injun? Mengapa bisa sampai terluka?" mark bertanya sambil mengobati injun. Mereka duduk di sofa.
"Apa tangan mu tidak terasa sakit yang mulia?" tanya injun sambil mendekatkan wajahnya pada mark.
Mark menaruh jari telunjuknya di kening injun dan memundurkan kepala injun perlahan.
"Kau terlalu dekat bocah. Dan apa itu? Yang mulia? Kau kira ini jaman apa? Panggil aku hyung! Aku tau kau seumuran dengan jeno" si mungil menyerngit bingung. Seorang raja harusnya kan memang dipanggil yang mulia. Oh! Jangan jangan yang mulia minhyung terkena amsenia seperti kata jeno!
Amnesia injun :')
"Seorang raja memang harus dipanggil seperti itu...."
"Yeah... Akan sangat keren jika memang aku seorang raja. Sayangnya aku hanya seorang dokter hewan" mark menyenderkan tubuhnya disofa. Luka injun sudah tertutup perban.
"Kau itu seorang raja! Astaga yang mulia sepertinya kita harus memanggil tabib untukmu. Kepalamu bermasalah.." injun memegang kepala mark. Memeluk kepala mark dengan sayang.
"Injun dengar!" mark melepaskan pelukan injun dikepalanya. Tangannya memegang bahu sempit injun. Mata mark menatap langsung pada manik milik si mungil.
"Aku ini mark. M.a.r.k! Bukan yang mulia atau minhyung atau siapapun itu! Aku ini mark! Aku seorang dokter hewan bukan raja! Sangat menggelikan mendengarmu memanggilku dengan sebutan yang mulia. Aku tak suka injun. Namaku mark bukan minhyung. Aku tidak tau siapa itu minhyung tapi tolong jangan samakan aku dengan dia. Aku mark injun bukan minhyungmu. Mengerti?"
Injun hanya menatap mark dengan tatapan kosong. Seingatnya minhyung sangat menyayanginya. Apa injun berhalusinasi? Waktu itu memang dia tidak merasakan setengah jiwanya yang ada di raga minhyung. Artinya minhyung telah tiada. Namun sekarang yang berada di depannya ini siapa? Wajahnya persis dengan raja minhyung. Minhyung bereinkarnasi? Atau apa?
"Biarkan aku memastikannya.."
"Memastikan ap-" tubuh mark menegang. Injun memeluk mark dengan erat. Menempelkan kepalanya tepat di dada mark.
Injun tak bisa merasakan apapun. Tak ada ikatan apapun di diri mark. Berarti mark memang bukan minhyungnya?
Perlahan injun melepaskan pelukannya. Tak berani menatap mark yang ada dihadapannya. Dia bukan minhyung. Lancang sekali injun menyamakan nya dengan raja minhyung. Dihatinya hanya ada minhyung. Tidak akan ada yang bisa merubahnya.
"A-aku minta maaf.. Aku... Aku akan pergi. Tolong sampaikan rasa terimakasihku pada jeno. Bolehkah baju ini untukku? Aku tak punya baju.." injun sudah berdiri dihadapan mark. Susah payah dia menahan air matanya sampai tenggorokannya sakit. Mark adalah mark. Tak ada minhyung. Maka tak ada injun..
"Ya.. Baju itu untukmu. Tapi kau mau pergi kemana?"
"Kemanapun. Aku tak mau disini.." injun berbalik dan berjalan menuju pintu.
"Tunggu injun! Biar kuantar.." mark mengambil kunci mobilnya dan menghampiri injun.
"Tidak. Aku tidak mau naik besi hitam itu. Aku ingin berjalan saja.." injun berjalan keluar. Mark hanya menatapnya bingung. Satu sisi ia tak tega melihat si mungil itu berjalan sendirian namun di sisi lain mark sudah lelah. Benar benar lelah rasanya ingin berbaring di tempat tidur sampai malam. Jadilah mark hanya menatap kepergian injun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox Under The Moon [Noren|markren|jaeren]End
FantasiaAku menemukannya kemarin saat berkemah dihutan. -MARK- -RENJUN- -JENO- and others. . .