Part 16 'Painfull Discission'

1.3K 54 2
                                    

"Haruskah aku pindah sekolah?" Tanyaku pada Kak Megie. Kak Megie menatapku tajam, ingin marah padaku.

Aku tidak ingin pindah sekolah, apalagi pindah kota dan harus hidup terpisah dengan keluargaku. Aku juga tidak ingin pisah dengan Leon. Padalah kami baru saja pacaran, padahal mereka yang ingin aku punya pacar, tapi kenapa harus berpisah begini?...

Aku sadar, disini aku egois ...., karena mereka sudah menceritakan itu semua dengan berat hati, seperti membuka luka lama. Tapi aku masih saja menanyakan ini.

"Lalu, kalau kamu gak pindah? Sampai berapa lama kamu bisa bertahan? Sebulan? Setahun? Sampai kamu lulus?" Tanya Kak Megie.

Aku ingin bilang kalau aku bisa menjaga diriku, buktinya aku bisa membalas para gadis itu. Tapi aku urungkan, karena aku berpikir lagi bagaimana kalau para gadis itu mencelakakanku seperti Kak Megie.

Lalu Kak Megie pasrah denganku yang tidak menjawab pertanyaannya. Dia pun mengambil tas yang berada di laci bajunya.

"Kamu tau kan kalau pacarmu itu sebentar lagi mau lulus? Lalu setelah itu? Kamu....." Tanyanya yang terpotong karena suara hp nya bergetar. Kakakku mengecek hp nya lalu keluar dari kamarnya.

Aku benar-benar tidak berpikir panjang kalau Leon sebentar lagi lulus. Mungkin sekitar 7 bulan lagi kelas 3 balakan lulus sekolah. Setelah itu? Apa aku bisa bertahan? Apa mereka bakalan tidak membully ku lagi karena Leon sudah tidak ada? Dan pertanyaan yang paling besar, apa aku bakalan semangat untuk sekolah lagi?....

Kepalaku jadi tambah sakit.

Aku pun keluar kamar, lalu melihat ibu duduk di sofa sambil menonton tv. Lalu ibu melihatku dengan matanya yang agak bengkak. Ibu pun  menahan tawa nya, melihat mataku yang sangat bengkak.

"Sini ibu kompreskan matamu.." Kata ibu kemudian. Aku pun menghampiri ibu, lalu ibu mengambil kantong kompres yang ada di meja.  Aku menaruh kepalaku dipaha ibuku, lalu ibu menaruh kompres dimataku. Sensasi dingin menjalar dimataku. Membuatku rileks, ditambah betapa lembut dan hangatnya paha ibuku.

"Ibu hari ini gak buka salon?" Tanyaku.

"Enggak, ibu lagi gak enak badan.."

"Ibu sakit?" Tanyaku panik, lalu aku menyingkirkan kompresku. Lalu memeriksa ibu, takutnya ibu terkena demam.

"Ibu cuma sedikit flu, ibu juga sudah minum obat" Mendengar itu, aku jadi merasa lega. 

"Kamu mau sarapan sayang? Ibu buatkan pancake ya?"  Aku pun langsung mengangguk dengan cepat.

*****

Setelah sarapan aku pun, mandi, lalu merebahkan tubuhku dikasur dan mengompres mataku lagi. Tak lama suara hp ku berbunyi. Tanpa melihat, aku pun meraba layar hp ku, mengangkat telfon tersebut.

"Halo?"

"Lina? Lagi apa? Maaf ya aku menelfonmu, aku khawatir kamu tidak balas pesanku dari tadi malam,... Apa kamu sakit?.." Tanya Leon. 

Sepertinya, ini lagi jam istirahat makanya dia bisa menghubungiku. Wajah khawatirnya tampak jelas dalam bayanganku, membuat rasa bersalah dan rindu bercampur aduk. Rasa bersalah karena aku harus berpisah dengan dia secepat ini, yang kemungkinan buruknya aku harus mengakhiri hubungan ini.

"...........Maaf tadi malam aku ketiduran, aku baru saja mau membalas pesanmu" Kataku bohong, aku bahkan enggan mengecek hp ku. Enggan menghubungimu, atau sekedar mengabarimu.

"Lina....." Panggilnya 

"Iya?" Kataku.

"Aku kangen...." 

Debora AdelinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang