EP 02; I'm Sorry Mom

1.6K 100 3
                                    


"Mohon maaf Bu, ini sudah yang kesekian kalinya anak Ibu tidak pernah mau belajar. Bahkan informasi dari teman-teman sekelasnya, anak Ibu selalu tidak membuka Buku ataupun menulis apa yang sedang dipelajari."

Im Yoona, seorang single parent yang tinggal bersama anak semata wayangnya bernama Jeon Wonwoo harus menelan kepahitan ketika mendapati kabar jija sang suami mengalami kecelakaan tiga tahun yang lalu dan merenggut nyawa suaminya. Dan kini Yoona harus mengurus anak semata wayangnya yang memiliki kekurangan dan juga ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ia dan juga anaknya.

Kembali kecerita.

"Lalu apa yang akan Ibu lakukan untuk masalah ini? Saya mohon jangan membuat anak saya keluar dari sekolah ini." Mohon Yoona kepada wali kelas Wonwoo di sekolah menengah atas.

"Maaf Bu, masalah ini sudah kami rundingkan. Kami dari pihak sekolah memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika kami tidak bisa membiarkan Wonwoo sekolah disini lagi, dengan kata lain, kami dari pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Wonwoo dari sekolah ini."

Kedua mata Yoona berkaca-kaca. "Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Saya mohon."

"Mohon maaf Bu."

Yoona melangkahkan kedua kakinya menuju ke arah anaknya yang tengah duduk di salah satu kursi panjang yang berada di koridor sekolah, kepala anaknya menunduk, menyembunyikan wajahnya ketika banyak siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor tersebut.

Perempuan cantik itu duduk di samping anaknya.

Wonwoo menolehkan kepalanya. "Aku dikeluarkan ya Bu? Maafkan aku, aku bodoh, aku telah mempermalukan Ibu."

Yoona meneteskan air mata ketika mendengar perkataan anaknya. Tangan lentik miliknya menggenggam kedua tangan anaknya yang saling bertautan. Tersenyum untuk menguatkan anaknya. "Kau tidak bersalah, Ibu yang bersalah. Ibu bukan Ibu yang baik untukmu."

"Tidak, Ibu adalah seorang Ibu yang berarti untukku sangat berarti. Aku akan terus berusaha agar dapat membaca dan membuat Ibu bangga. Aku janji, aku tidak akan mempermalukan Ibu lagi."

Yoona tersenyum lalu mengangguk. "Apa putera Ibu lapar? Kau ingin makan?"

Wonwoo mengangguk.

"Mari kita berkencan untuk hari ini."

"Ibu tunggu aku disini, aku harus ke kelas membawa tasku."

"Baiklah, Ibu akan menunggumu di sini, jangan lama."

"Baik Bu."

Wonwoo berjalan menuju ke kelasnya untuk membawa tas miliknya. Sedangkan Yoona menunggu anaknya di tempat dimana ia bertemu dengan anaknya.

Hingga perhatiannya teralihkan ketika dia mendengar nama anaknya disebutkan oleh murid lain.

"Kudengar Jeon Wonwoo anak 11-A dikeluarkan dari sekolah?"

"Dia memang seharusnya di keluarkan dari sekolah, bukankah dia murid terbodoh di sekolah ini. Kudengar juga peringkatnya berada di paling bawah untuk semester ini."

"Jika aku menjadi orang tuanya, aku akan sangat malu. Mungkin aku akan membuangnya."

"Kau benar, entahlah. Kuharap denga ketidak hadiran dia disekolah ini bisa membuatku bersekolah dengan tenang disini."

Yoona mencoba untuk tidak mendengarkan semua perkataan murid yang membicarakan anaknya. Hingga Yoona harus kembali menelan perasaannya yang khawatir karena sang putera tidak juga kembali. Akhirnya Yoona berjalan menuju ke arah kelas dimana puteranya berada.

Kedua mata Yoona terbelakak ketika melihat anak semata wayangnya tengah dijahili oleh beberapa siswa. Wajah Wonwoo sudah penuh dengan coretan oleh lipstick, spidol dan juga bolpoin. Mungkin saat ini bisa disebut anaknya itu sudah seperti badut.

"Kau dikeluarkan dari sekolah ini?"

"Aku ingin memberimu hadiah terakhir."

"Kuharap kau tidak merindukan kami, aku sangat sedih ketika mendengar kau dikeluarkan dari sekolah ini. karena aku tidak akan punya mainan lagi."

Suara tawa terdengar, sudah cukup, hati Yoona sudah sangat sakit melihat penampilan anaknya itu.

Yoona berjalan mendekat ke arah anaknya dan mendorong beberapa siswa dan siswi yang mengerubungi anaknya. Tatapan tajam itu Yoona berikan kepada siswa dan siswi di dalam kelas.

"Sudah puas?! SUDAH PUAS KALIAN MEMBUAT ANAKKU SEPERTI INI?! APA INI YANG DIAJARKAN ORANG TUA KALIAN KEPADA KALIAN?!" Yoona berteriak di depan semua siswa dan siswi. "KALIAN TIDAK BERHAK MEMPERLAKUKAN ANAKKU BERBEDA! DIA SAMA DENGAN KALIAN, DIA HANYA MEMILIKI KEKURANGAN! KALIAN TIDAK BERHAK MEMPERLAKUKAN DIA SEMATA-MATA DIA ADALAH MAINAN GRATIS KALIAN!"

Wonwoo menggenggam tangan Ibunya. "Ibu sudah, ayo pulang."

"Ibu harus memberikan mereka pelajaran."

Wonwoo menggeleng. "Tidak usah Bu, tidak apa-apa. Ayo pulang aku lapar."

Yoona menatap anaknya dengan pandangan sendu. Dia sungguh tidak menyangka jika anaknya mendapatkan perlakuan seperti ini dari teman sekolahnya, dalam bayangan Yoona, Wonwoo mendapatkan teman yang berada di sekitar anaknya dan bermain bersama. Namun pada kenyataannya sangat berbeda.

"Saya akan melaporkan hal ini kepada Guru kalian."

Semua siswa dan siswi disana terdiam, masih terkejut ketika melihat kedatangan Yoona. Im Yoona yang mereka tahu adalah seorang pengusaha terkenal yang sudah sukses, dan yang paling membuat mereka terkejut adalah dengan status Wonwoo sebagai anak Yoona.

Sepasang Ibu dan Anak itu pergi meninggalkan kelas dan berencana untuk pulang kerumah mereka.

Selama perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti sepasang Ibu dan Anak itu. Sang Anak masih sibuk membersihkan wajahnya yang penuh dengan coretan.

"Ini bukan yang pertama kali kan?"

Wonwoo terdiam ketika mendengar pertanyaan Ibunya.

Merasa pertanyaannya tidak didengar oleh anaknya. "Mengapa kau tidak memberitahu Ibu?"

"Aku tidak ingin membuat Ibu sedih, Aku tidak ingin membuat Ibu terbebani karena masalah ini. Ibu sudah susah dan memiliki beban yang berat untuk mengasuhku."

Hatinya kembali sakit ketika mendengar perkataan anaknya. "Kenapa kau bicara seperti itu?"

"Bu, aku tahu Ibu merasa malu dengan keberadaanku. Aku tidak ingin nama baik Ibu jelek karena memiliki anak sepertiku, aku tidak ingin Ibu sedih. Maafkan aku Bu.."

"Apa kau tidak menganggap Ibu?"

Wonwoo dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak Bu, tidak seperti itu. Ibu salah paham."

Yoona menghembuskan nafasnya berat, mengusap air matanya dengan kasar. Memarkirkan mobilnya di garasi rumah megahnya.

"Wonwoo-ya dengarkan Ibu, kau adalah anugerah yang diberikan Tuhan untuk Ibu. Ibu tidak malu sama sekali memiliki anak seperti dirimu, Ibu sangat bersyukur memiliki anak sepertimu."

Wonwoo akhrinya menangis, air mata yang sebelumnya ia tahan akhirnya menetes juga. Ia memeluk tubuh kurus Ibunya. "Maafkan aku Bu, dan terima kasih atas semuanya. Terima kasih telah melahirkanku ke dunia ini dan juga maafkan aku karena telah membuat Ibu malu."

Yoona mengangguk. "Ibu selalu memaafkanmu, Ibu juga berterima kasih karena kau telah hadir di hidup Ibu. Ibu menyayangimu. Sangat menyayangimu."

Wonwoo mengangguk. "Aku juga menyayangimu Bu."














END

STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang