EP 10; I Love You, Son

1K 77 3
                                    


"Kau sudah siap nak? Bukankah kau bilang tidak akan membawa barang itu?" Tanya seorang wanita paruh baya kepada sang anak yang kini sudah duduk di hadapannya.

Tidak Ibu, aku memerlukan barang ini. Jika aku tidak membawa note ini, aku tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain.

Tulis sang anak di sebuah buku kecil yang ia miliki.

Wanit paruh baya itu tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, kau siap bertemu dengan Ayah barumu?"

Anaknya itu mengangguk.

Tentu saja, aku penasaran dengan wajah Ayah baruku. Apakah tampan Ibu?

Wanita paruh baya bernama-Park Jongyoon itu mengangguk. "Tentu saja, dia tampan. Persis sepertimu, Wonwoo-ya."

Anaknya yang bernama Wonwoo itu terkekeh kecil ketika mendengar perkataan Ibunya. Sepasang Ibu dan Anak itu bergegas untuk turun dari dalam mobil dan berjalan menuju tempat makan, dimana Jongyoon memiliki janji dengan calon suaminya itu.

"Kau sudah menunggu lama?" Tanya Jongyoon kepada seorang pria yang tengah duduk bersama dengan anak perempuannya.

"Tidak, aku baru saja tiba. Duduklah, apa kau ingin memesan sesuatu?"

Jongyoon mengangguk. "Wonwoo-ya kau ingin makan sekarang?"

Bolehkah aku memesan minum Ibu? Aku haus.

Jongyoon tersenyum. "Tentu saja boleh, kau ingin minum apa Wonwoo-ya? Ice chocolate? Atau Jus?"

Ice chocolate? Boleh Bu?

"Baiklah akan Ibu pesankan."

Setelah memesan pesanan keduanya, Jongyoon tersenyum ke arah seorang anak yang duduk di samping calon suaminya itu.

"Dia anakmu Haneul-ah?"

Pria yang seumuran dengan Jongyoon itu mengangguk. "Dia anakku, perkenalkan dirimu."

"Halo, aku Kang Seulgi. Senang bertemu denganmu Bibi."

Anak perempuan yang bernama Seulgi itu memperkenalkan diri dengan sangat ramah.

"Kau sangat cantik Seulgi-ya. Bibi ingin bertanya kepadamu, apa kau siap jika Bibi menjadi Ibumu?"

Seulgi mengangguk ragu. Lalu kedua matanya melihat ke arah Wonwoo yang sedari tadi menatapnya dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"Bibi, siapa nama anak Bibi? Kenapa aku tidak mendengarnya berbicara? Apa dia anak yang pendiam?"

Jongyoon tersenyum. "Dia Wonwoo, Jeon Wonwoo. Tapi sebentar lagi akan berubah menjadi Kang Wonwoo. Dia tidak bisa berbicara Seulgi-ya, pita suara Wonwoo terluka karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu, jadi jika kau ingin berkomunikasi dengannya kau harus sedikit pelan-pelan, Bibi harap kau mau mengerti."

Seulgi mengangguk. "Kurasa Wonwoo lebih muda dariku, kau sekolah kelas berapa Wonwoo-ya?"

Aku baru saja kelas dua sekolah menengah atas Kak.

Seulgi tersenyum ketika membaca tulisan Wonwoo. "Kalau begitu, mulai sekarang aku adalah Kakakmu, jadi kau harus memanggilku Kak Seulgi."

-
-
-
-
-

Kak, apa kau bahagia melihat Ayah dan juga Ibu menikah? Aku bahagia sekali.

Wonwoo memberikan catatannya kepada Seulgi. Seulgi membacanya dengan seksama.

"Aku bahagia, sudah lama aku tidak melihat Ayah tersenyum bahagia seperti itu."

Wonwoo mengangguk.

"Wonwoo-ya, Seulgi-ya kemari. Kita akan berfoto bersama." Panggil Haneul kepada kedua anaknya.

Wonwoo dan Seulgi menghampiri oranh tua mereka, dan mereka semua mengabadikan fotonya.

"Sekarang anakmu bertambah Haneul-ah, dan kau Seulgi. Kau mempunyai adik sekarang." Kata Nyonya Kang kepada anaknya.

Haneul tersenyum. "Iya Bu. Aku juga bahagia, dan sepertinya Seulgi menerima kehadiran Wonwoo."

"Siapa namamu Nak?"

Wonwoo, Nek.

Nyonya Kang menyeritkan keningnya ketika anak dihadapannya memberikan sebuah catatan kecil. "Mengapa kau memberikanku catatan ini?"

Haneul tersenyum. "Wonwoo tidak bisa berbicara Bu, jadi Ibu harus memaklumi keadaan Wonwoo."

Nyonya Kang langsung membuang kertas itu. "Haneul-ah dengarkan Ibu. Ibu tidak ingin mempunyai cucu bisu sepertinya!"

Wonwoo terdiam, sedangkan Jongyoon yang sedari tadi melihat interaksi Ibu dari suaminya mulai berjalan mendekati anaknya berada.

"Dia bisu! Kenapa kau menikahi seorang janda yang mempunyai anak bisu sepertinya?!"

Wonwoo menundukan kepalanya. Seulgi pun ikut menatap kecewa Neneknya.

Ibu, aku ingin ke toilet. Apa boleh?

Jongyoon menatap anaknya dengan tatapan sendu dan khawatir. "Apa kau baik-baik saja sayang? Ibu akan menemanimu."

Wonwoo hanya mengangguk.

"Seharusnya Ibu tidak berbicara seperti itu, bukankah Ibu merestui hubunganku dengan Jongyoon sebelumnya?"

-
-
-
-
-

Tok

Tok

Tok

Jongyoon melangkahkan kedua kakinya untuk membuka pintu kamarnya karena terdengar suara ketukan pintu. Senyum langsung merekah ketika melihat anaknya berdiri dihadapannya kini.

"Ada apa? Apa kau tidak bisa tidur?"

Wonwoo mengangguk.

Aku mimpi buruk Bu.

"Mimpi buruk? Ingin Ibu temani?"

Tapi Ayah? Apa tidak apa-apa Ibu tidur denganku?

Jongyoon mengangguk. "Tidak apa-apa, Ayahmu tidak akan marah. Pasti dia mengerti."

Kini mereka berdua sudah berada di kamar Wonwoo.

"Kau bermimpi buruk tentang apa Wonwoo-ya? Ingin bercerita?"

Aku memimpikan sesuatu yang menurutku seram Bu. Aku bermimpi jika Nenek tidak menyukaiku.

Jongyoon tersenyum miris. "Itu hanya bunga tidur, tidak apa-apa."

Wonwoo menggeleng.

Tapi itu seperti nyata Bu, dan aku juga bertemu dengan Ayah. Ayah Jonghyun.

Jongyoon kembali tersenyum. "Ayahmu merindukanmu Wonwoo-ya."

Kedua mata mirip rubah itu menatap wajah perempuan yang berstatus sebagai ibunya itu dengan tatapan sendu. Lalu ia tersenyum sangat manis.

Apa Ibu malu memiliki anak sepertiku? Aku tidak bisa bicara seperti anak yang lain.

Jongyoon membaca kertas yang diberikan oleh anaknya dengan ekspresi terluka.

"Tidak sayang, Ibu tidak pernah malu memiliki anak sepertimu. Ibu bahagia, kau anugrah yang diberikan Tuhan untuk Ibu. Mungkin kau berbeda dengan anak yang lain, tapi perbedaan itu menurut Ibu adalah keistimewaan yang kau miliki. Kau pelengkap hidup Ibu selama ini. Ibu mencintaimu."

Dikecupnya kening sang anak dengan sangat lembut.















END

STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang