EP 08; Different

967 76 16
                                    

To : Ayah

Ayah aku akan pulang hari ini, bisakah Ayah menjemputku di Bandara? Aku akan tiba di Bandara pukul empat sore.

Itulah kira-kira isi pesan singkat dari seorang pemuda bernama Lee Wonwoo untuk Ayahnya. Dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di Australia, jika pandangan orang mengenai Wonwoo, ia adalah anak yang pintar dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Itu salah besar, Sebenarnya Wonwoo melanjutkan pendidikan di Australia bukan keinginannya, itu semua keinginan kedua orang tuanya. Wonwoo tidak pernah menginginkan pendidikan di luar negeri.

Pukul empat sore, Wonwoo baru saja menginjakan kedua kakinya di tanah kelahirannya, yaitu Seoul-Korea Selatan. Ia berniat menunggu Ayahnya sambil meminum kopi yang baru saja ia beli. Ia membuka ponselnya dan ia harus kembali menelan kekecewaan saat tidak mendapati balasan dari Ayahnya.

"Apa Ayah tidak membuka pesanku? Mengapa ia tidak membalas pesanku?" Tanya Wonwoo pada dirinya sendiri.

To : Ayah

Ayah, aku sudah tiba di Korea. Bisakah Ayah menjemputku?

Sudah hampir dua jam Wonwoo menunggu balasan pesan singkat dari Ayahnya, tapi tidak juga dibalas. Meski Wonwoo selalu mengeceknya, dan ternyata Ayahnya hanya membaca pesannya saja.

Dengan hati yang harus kembali menelan kekecewaan, Wonwoo melangkahkan kedua kakinya untuk memilih pulang sendiri dengan menggunakan taksi.

"Aku pulang.."

Wonwoo dapat melihat seorang wanita paruh baya yang berjalan ke arahnya dengan senyum yang sangat manis.

"Kau pulang Wonwoo-ya.."

Wanita itu memeluk tubuh kurus Wonwoo dengan erat.

"Iya Bibi, aku sudah pulang. Aku merindukan Seoul."

Ternyata yang menyambut Wonwoo bukanlah kedua orang tuanya, melainkan seorang pekerja di rumah megah milik Ayahnya. Ia adalah Im Eunhee yang sudah bekerja sangat lama, disaat dirinya masih kecil dan Eunhee lah yang selalu menemaninya.

"Apa kau sudah makan?"

Wonwoo menggeleng. "Belum. Bibi mengapa rumah sangat sepi?"

Senyum Eunhee sedikit memudar. "Ayah dan Ibumu sedang di rumah sakit, Kakakmu kembali masuk rumah sakit."

"Pantas saja, Ayah tidak membalas pesanku. Dia sedang sibuk dengan anak kesayangannya ternyata."

Eunhee mengusap lengan anak majikannya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. "Sebaiknya kau masuk ke kamarmu, Bibi sudah membereskannya."

"Benarkah?"

Eunhee mengangguk. "Bibi akan menamanimu."

Wonwoo melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang telah lama ia tinggalkan. Wonwoo merasa ada yang sedikit berubah. "Bi? Mengapa pialaku disini hanya tinggal tiga? Kemana semua pialaku?"

Eunhee menatap Wonwoo dengan pandangan gusar. "Ayahmu menyimpannya di gudang dan juga menyimpannya di kamar Kakakmu."

Wonwoo menghela nafasnya berat. "Bibi boleh keluar, aku akan kembali turun untuk memakan masakan Bibi."

"Ayah memiliki alasan mengapa dia menyimpan sebagian pialaku di gudang dan juga kamar Kak Jeonghan."

-
-
-
-
-

"Apa yang sudah kau lakukan dengan Kakakmu, Wonwoo-ya?"

Wonwoo kecil menundukan kepalanya. "Maafkan aku Ayah, Kak Jeonghan mengajakku untuk menemaninya bermain sepeda."

STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang