04 - Labirin Tak Berujung

85.5K 3.6K 76
                                    


Rena memasang wajah kesal. Ia melirik pada pria yang sedang mengendalikan kemudi, kemudian pada Julian yang duduk di sampingnya. Dulu, Rena juga sempat bertemu dengan pria itu, pria baik yang sayangnya harus bekerja pada pria brengsek seperti Julian.

"Surprise?" Julian mengejek saat melihat Rena hanya duduk diam dan mengamati situasi.

"Aku lelah Julian, biarkan aku pulang."

Rena benar-benar lelah. Kehadiran sopir sekaligus pengawal Julian sama sekali tidak membuatnya tenang. Sepertinya Julian sengaja, membawa orang-orang yang dulu sempat ia kasihi ke hadapannya hanya untuk menabrakkan Rena pada kenyataan bahwa orang-orang itu sudah tidak di sisinya lagi. Sudah tidak di pihaknya lagi.

"Aku tahu kamu tidak bisa makan dengan tenang bersama si bajingan Roundhood itu. Makanya kupersiapkan makan malam spesial untukmu."

Julian mengamati ekspresi Rena sebelum menambahkan, "Di rumahku."

Hal itu membuat Rena menoleh, jelas sekali wanita itu ingin melayangkan pukulan pada Julian tapi ia tahan. Julian tidak takut dipukul, malah lebih baik Rena memukulinya sampai sekarat jika setelah itu Rena bisa memaafkan dan menerimanya kembali.

"Arash, tolong tepikan mobilnya. Aku ingin pulang!" ucap Rena berusaha tenang. Matanya masih menatap Julian, entah kesal, marah atau takut. Rena sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini.

Arash, pria yang duduk dibalik kemudi bergeming. Tidak menjawab ataupun menepikan mobil. Julian tersenyum melihatnya, ia sadar ketika Rena mengeluarkan suara genggaman tangan Arash mengerat pada setir mobil.

Mungkin Julian tampak seperti antagonis yang akan menyekap dan memperkosa Rena. Mungkin juga Julian terlihat seperti psikopat yang mempermainkan Rena menggunakan rasa takut wanita itu pada masa lalunya. Namun yang diinginkan Julian hanya satu, Rena kembali menjadi miliknya. Cara dan prosesnya bagaimana sudah tidak dipedulikannya lagi.

"Sepertinya kamu lupa, Arash bekerja padaku. Perintahmu bukan prioritas utamanya."

"Berhenti bermain-main seperti ini Julian. Tidakkah kamu sudah semakin dewasa?" Rena mendesis marah. Jarinya menunjuk-nunjuk pundak Julian dengan berani.

"Laki-laki tidak pernah dewasa, sayang." Julian meremas tangan Rena yang menyentuhnya. Tetap tidak berubah, sentuhan Julian selalu terasa begitu lembut bagi Rena. Hanya saja, lidah pria itu sangat berbisa tidak pernah mengeluarkan kalimat yang baik.

Dengan paksa Rena menarik tangannya. Membuat derai tawa Julian terdengar. Lelaki itu melipat tangannya di dada kemudian menyandarkan punggungnya, mencoba mencari posisi yang nyaman.

"Tidak ada protes, istirahat saja dan setelah itu kita akan makan makanan yang enak. Aku tahu kamu tidak bisa makan dengan nyaman tadi."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Julian menutup matanya seolah-olah tidur. Pasrah karena memang tidak bisa melawan lagi, Rena menghela nafas dan ikut mengistirahatkan punggungnya yang sudah menjerit sakit. Matanya bersinggungan dengan Arash melalui kaca mobil.

Zaky, Arash dan Julian adalah orang-orang yang dulu pernah berada di dekatnya. Membawa Arash hari ini jelas adalah rencana Julian untuk menunjukkan pada Rena bahwa semuanya masih dalam kendali pria itu.

Saat mobil akhirnya berhenti, Julian dengan sigap langsung keluar dan membukakan pintu untuk Rena. Pria itu juga mengulurkan tangan, siapa tahu Rena mau menyambutnya. Tapi tentu saja Julian bermimpi, karena dengan wajahnya yang lelah dan kesal, Rena turun dari mobil dengan derap kaki yang keras. Mengabarkan bahwa tekanan darahnya semakin naik.

Mata Rena menjelajah, ia mengingat rumah ini. Rumah mengerikan yang membuatnya kabur tujuh tahun lalu. Tubuhnya merinding, mungkin karena angin malam atau akan ingatan dari kecelakaan yang dirinya alami.

A Gentle TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang