Arion mengetuk pintu kamar Rena beberapa kali. Saat terdengar suara Rena yang menjawab, pria itu langsung membukanya.
Dengan senyum laki-laki yang suka merayu wanita, Arion memasuki kamar adiknya itu.
"Gue bentar lagi mau berangkat."
Rena yang sebelumnya tidak menggubris kehadiran Arion, kini menoleh tertarik.
"Mau ke mana?" tanya Rena pura-pura tidak tahu.
Arion kali ini tidak menjawab dan hanya menaikkan sebelah alisnya. Sampai sekarang Rena masih belum terbiasa dengan wajah tampan para kakaknya, kecuali Igor. Jika sampai dewasa ia tidak pernah ditemukan oleh keluarganya, maka Rena pasti akan jadi salah satu wanita yang terkagum-kagum melihat senyum miring menggoda milik Arion.
"Kenapa jadi kakak yang ke sana?!" tuntut Rena. Mulai bangkit dari rebahan menyenangkan dan duduk bersila di atas kasur menghadap Arion.
"Ya gapapa, emang nggak boleh?" Arion meledek. "He is my best friend by the way!"
Rena menggeleng sambil memutar bola matanya sebal. "Kalo aku belom siap, kakak tetap akan ke sana?"
Arion tampak berpikir, namun jelas pria itu masih meledek adiknya. "Hmm, kayaknya sampe kapan juga lo nggak bakal siap. Jadi ya udah terima saja dia ikut balik ke sini!"
"Please?" Kali ini Rena mengeluarkan jurus merengek. Beberapa kali Arion akan luluh. Selain Igor, Arion adalah kakaknya yang sangat perhatian. Entah, Arion berkata sebagai sebuah penebusan atau apa, Rena lupa.
"No," jawab Arion tegas. Pria itu menjatuhkan pantatnya ke kasur. "Lo mulai nggak waras kalo jauh dari Azka, jadi dari pada kalian elde-er, mending gue ajak dia ke sini!"
Rena cemberut. Sesaat pikirannya melayang entah ke mana. Arion harus menyentil kepalanya dulu untuk menyadarkan Rena.
"Rumahnya udah mau jadi kan? Sementara kalian tinggal di sini dulu gapapa kali."
Rena mendesah, "Terserah kakak aja deh, lagian kakak yang paling ngerti dia kan! Katanya bestie!"
Arion tertawa. Ia mengacak-acak rambut Rena, sesuatu yang sangat dibenci wanita itu. "Ya udah, gue berangkat ya!"
"Iya sana!"
"Nggak mau nganter ke bandara?"
"Macet! Males!"
Saat Arion hendak menutup kembali pintu kamar Rena, pria itu berkata dengan jenaka, "Ongkosnya lo yang ganti ya! Miskin gue udah jarang konser!"
"Hiss!" desis Rena melemparkan pukulan bayangan tapi Arion sudah menutup pintu sambil tertawa keras.
Setelah Arion pergi, Rena merebahkan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit kamarnya dengan bimbang. Mungkin yang Arion bilang benar, jika Azka ada di sini, Rena seharusnya bisa berpikir lebih jernih. Di bandingkan bergulat akan sisa-sisa perasaannya pada Julian, Rena bisa fokus pada kehidupan mereka berdua nantinya.
****
Terima kasih telah membaca! Jangan lupa berikan vote dan tinggalkan komentar ya! Versi lengkap dari A Gentle Touch yang dipublikasi melalui karyakarsa sudah hampir mendekati bagian akhir. Yang mau ikutan serunya klimaks dari cerita itu bisa langsung mampir ke Karyakarsa.com/Amubamini.
Semoga harimu menyenangkan!
Salam sayang,
Amubamini
![](https://img.wattpad.com/cover/24406191-288-k184598.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gentle Touch
RomanceSebuah kisah klise dari masa lalu. Jatuh cinta, terluka, kemudian jatuh cinta kembali. Julian tahu ia seorang pendosa. Setelah bertahun-tahun mencari, Julian merasa dirinya begitu lelah dan yakin bahwa sampai kapanpun, wanita itu tidak akan pernah m...