Rena sudah menggerutu sejak tiba di bandara. Ini adalah salah satu hari di mana dirinya harus hadir ke rapat para stake holder, yang artinya ia mau tidak mau akan bertemu Julian di kantor. Benarkah? Mungkin saja seperti rapat-rapat sebelumnya, Julian tidak datang. Pikiran itu terus tumpang tindih dalam kepala Rena.
"Safe flight, Bunda."
Rena mengecup puncak kepala Azka kemudian berjalan menjauh sambil melambai. Ia memesan tiket paling pagi, sehingga begitu rapat usai ia bisa langsung pulang. Mungkin sepatah dua patah kata dengan Zaky. Rena harap Julian tidak bermulut besar dan memberi tahu Zaky soal keberadaan Azka.
Tapi sepertinya, rencananya hanya sebuah rencana. Setelah tiba di kantor dan menemukan ruang rapat yang sangat sepi, Rena langsung menghela nafas kesal.
"Berhenti menghela nafas, Rena!" tegur Zaky sambil melirik Rena tajam. Di tangannya ada laporan bulanan pembangunan The Gradient.
"Aku naik pesawat pagi-pagi sekali bukan untuk menunggu rapat yang sudah terlambat satu jam lebih!" gerutu Rena dengan suara rendah. Meskipun hanya ada beberapa orang di ruangan ini. Julian tidak termasuk tentu saja.
Entah Rena harus merasa lega atau merasa khawatir dengan ketidakhadiran Julian dalam rapat ini. Biasanya pria itu memang hanya mempercayakan semuanya pada Zaky dan jarang datang ke rapat bulanan seperti ini. Tapi Rena tidak bisa menghentikan kecurigaannya bahwa saat ini Julian diam-diam mengunjungi Azka. Meskipun itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Sejak kejadian di mana Julian menerobos rumahnya, pria itu seperti sedang menyusun rencana dan bersiap untuk menyerang Rena di saat ia lengah. Karena tidak ada sedikit pun kabar dari Julian. Jika Rena tidak melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Julian saat menatap Azka, maka Rena pasti berpikir Julian sedang kabur. Pria itu mungkin saja takut apabila Rena meminta pertanggungjawaban dan memaksa Julian untuk memberinya tunjangan anak.
Tapi tidak mungkin Julian seperti itu. Awalnya Julian tampak marah karena Rena menyembunyikan Azka bahkan sejak dalam kandungan. Lalu saat pria itu bertemu langsung dengan anaknya, ada sorot haru dan kagum. Pria itu seolah-olah bangga akan kehadiran dan tingkah laku Azka. Sesuatu yang tidak bisa Rena pahami.
Seseorang datang terburu-buru memasuki ruangan kemudian membisikkan sesuatu pada Zaky. Membuat mata Rena memicing. Ia yakin rapat akan dibatalkan karena si kurang ajar Mr. Roundhood itu tidak bisa hadir.
"Oke, meeting kita batalkan. Silakan kembali ke pekerjaan masing-masing."
Ucapan Zaky membuat Rena mencebik kesal. Saat semua staf yang diundang rapat telah bubar, wanita itu menatap Zaky dengan kesal.
"Rapat batal, Rena!" ucap Zaky dengan penuh penekanan saat Rena tidak beranjak pergi seperti karyawannya yang lain.
"Tidak perlu mengulangnya, aku sudah dengar."
"Kalau begitu kembali ke pekerjaanmu, aku sibuk!" Zaky bangkit dan keluar dari ruang rapat. Tentu saja dibuntuti oleh Rena yang mengekor dengan langkah cepat dan sedikit mengentak.
"Bulan depan aku tidak mau ikut rapat!" cerca Rena. Mereka berdua seperti kakak adik yang sedang saling beradu argumen.
"Bukan aku yang ngatur, so, no!" jawab Zaky santai. Pria itu menarik senyum kecil sambil melirik kaki-kaki Rena yang bergerak dua kali lebih cepat untuk menyamai langkah panjangnya.
"Online meeting?" tawar Rena.
"No."
"Pelit banget toh semua lap—" Rena menghentikan langkahnya saat sosok lain tiba-tiba berada tepat di hadapannya.
Julian.
****
Terima kasih telah membaca! Jangan lupa berikan vote dan tinggalkan komentar ya. Cuplikan dari cerita ini akan di upload setiap Kamis pukul 20.00.
Bagi yang ingin membaca versi lengkap bisa menuju ke Karyakarsa/Amubamini, pilih menu "Seri" dan pilih karya "A Gentle Touch". Kalian juga bisa mendapatkan diskon-diskon menarik jika hendak membeli satu paket bacaan. Keterangan dan lain-lain bisa kalian dapatkan di menu "Paket" ya.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Salam sayang,
Amubamini.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Gentle Touch
RomansaSebuah kisah klise dari masa lalu. Jatuh cinta, terluka, kemudian jatuh cinta kembali. Julian tahu ia seorang pendosa. Setelah bertahun-tahun mencari, Julian merasa dirinya begitu lelah dan yakin bahwa sampai kapanpun, wanita itu tidak akan pernah m...